Jumat, 30 Desember 2011

Berani Berdoa


Hikmah:

Berani Berdoa
Oleh: Muhammad Nasiruddin

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tiada tanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati …dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan. Semoga mereka bersyukur (QS 14[Ibrahim]: 37)


Tidak saja benar tetapi sesungguhnya juga pemberani jika hidup di zaman yang sarat materi sekaligus materialisme seperti sekarang ini ada orang yang masih tetap berdoa. Artinya, orang tersebut masih memohon pertolongan Allah SWT guna mengatasi persoalan hidupnya ataupun dalam ikut mewujudkan harapan dan cita-citanya. Dikatakan pemberani karena nyatanya sikap itu bertentangan dengan pemahaman awam bahwa berdoa hanya membuang waktu dan energi. Sebab, konon lewat banyak usaha yang konkret duniawi sebuah harapan belum tentu bisa tercapai, mengapa dibuang pula waktu dan energi hanya untuk berdoa yang tidak jelas kepentingan dan juntrung-nya. Bukankah dengan berdoa berarti juga memercayakan –minimal sebagian—proses keberhasilannya kepada Tuhan Allah SWT?
Memohon pertolongan kepada Allah SWT sesungguhnya merupakan kelanjutan dan risiko saja dari proses peribadahan kita manusia sebagai hamba-Nya. Artinya, kosekuensi logis dari kita telah menyembah kepada-Nya adalah kita memohon pertolongan kepada-Nya juga (QS 1[al-Fatihah]: 4). Oleh karena itu jika kita telah mengaku dan melakukan penyembahan kepada Allah SWT tetapi ternyata tidak diikuti dengan permohonan pertolongan kepada-Nya maka berarti kita tidak konsekuen, kita hanya mengambil sebagian saja. Ibaratnya antara beribadah dengan memohon pertolongan ini adalah dua sisi dari sekeping mata-uang yang tidak terpisahkan.
Sesungguhnya kegiatan berdoa bukanlah sekadar berkomunikasi sehingga muncul perasaan dekat dan memohon pertolongan-Nya, melainkan juga merupakan penorehan kesan mendalam ke dalam jiwa kita sendiri. Apalagi jika secara sadar kita mengucapkan permohonan itu disertai dengan hati yang khusyu’, sikap yang tenang dan sopan serta yakin bahwa kelak akan dikabulkan oleh Allah ta’ala. Dengan demikian orientasi berdoa ini selain ada arah ke atas juga ada arah yang ke dalam, yakni bereratan dengan spiritualitas-mentalitas kita sendiri.
Biasanya kita pahami bahwa berdoa berarti memohon agar Allah SWT mendekatkan harapan ataupun cita-cita kepada kita, namun bisa pula kita pahami secara berbeda. Sebutlah bahwa berdoa itu berarti berharap agar Allah SWT memberikan sebab atau alasan yang mengarahkan kita bergerak mendekat kepada hukum alam (Sunnatullah) hingga mengantarkan kepada cita-cita. Bisa pula dengan berdoa itu kita berharap agar Allah SWT menggerakkan hati kita sehingga timbullah kemauan kuat untuk kemudian muncul usaha konkret menuju kepada tercapainya harapan dan keinginan. Pemahaman yang demikian itu tampak lebih masuk akal dan lebih nyata jika dikaitkan dengen kecenderungan hidup saat ini yang materialistis dan ilmiah. Dengan makna yang demikian itu maka kegiatan berdoa menjadi tampak penting serta bersifat menentukan dalam ikut mewujudkan keberhasilan hidup manusia.
Sesungguhnya tidak ada hal yang tabu untuk kita mohonkan pertolongan-Nya. Pada umumnya manusia mohon kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, namun bisa pula kita minta petunjuk-Nya dalam persoalan yang rinci seperti jodoh, profesi, rezeki, anak, tempat tinggal, banjir, musibah, dll. Terdapat bertaburan contoh doa di dalam kitab petunjuk hidup kita ummat Islam, al-Quran, yang pernah dilantunkan oleh para rasul-Nya untuk kepentingan kemanusiaan. Bahkan ada pula doa permohonan yang jika dipikirkan sesungguhnya seolah mustahil bisa terjadi; ataupun dikatakan sebagai terlalu ‘berani’-nya Nabi Ibrahim AS bermohon yang terjemahannya seperti pada pembuka tulisan ini. Bagaimana tidak berani jika pada situasi yang masih kering-kerontang di lembah padang pasir dekat Kabah saat itu Nabi Ibrahim memohon rezeki berupa buah-buahan? Kini berlimpahan aneka buah-buahan di Mekah. Subhanallah.
Namun demikianlah kekuatan sebuah doa, bisa tidak terduga hasilnya. Jika para rasul, manusia yang dipilih-Nya saja banyak berdoa memohon pertolongan-Nya, mengapa kita yang manusia biasa tidak mengikutinya? Apalagi Allah SWT juga berjanji akan mengabulkannya jika memang berdoa kepada-Nya (QS 40[al-Mukmin]: 60). Wallahu a’lam bish shawab.

Selasa, 27 Desember 2011

Menikahlah atau Berpuasa!


Hikmah :
Menikahlah atau Berpuasa!
Oleh : Muhammad Nasiruddin

Menikah itu termasuk sunnahku. Barangsiapa menolak sunnahku maka dia bukan tergolong sebagai ummatku (Nabi Muhammad SAW)

Hari begini masih saja ada orang dewasa berkemampuan yang tidak menikah dan tidak pula berpuasa? Salahlah pilihan yang demikian itu. Sebab, sudah tidak ada lagi alasan bagi pengikut Nabi Muhammad SAW yang sudah dewasa, sehat dan berkemampuan untuk tidak menikah. Ke(tidak)mampuan ekonomi tidak akan benar jika dijadikan sebagai kendala apalagi sebagai momok karena setiap makhluk yang melata di bumi ini sudah dijamin bakal mendapatkan rezeqinya dari Allah SWT (QS 11[Hud]: 6). Bila beralasan belum bertemunya dengan calon yang cocok maka berkonsultasilah dengan pihak yang berkemampuan untuk membantu menemukan itu atau carilah sendiri seteliti mungkin; namun pastilah sosok yang sempurna dan ideal di dunia ini tidak akan pernah ada. Artinya, seseorang harus berani untuk menentukan pilihannya.
Berani untuk menikah sungguh merupakan penanda bahwa seseorang sudah siap hidup sesuai dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Orang yang tidak ingin menikah, apalagi tidak berusaha untuk menikah, oleh karenanya merupakan salah satu penanda tiadanya keinginan mengikuti sunnah Nabi SAW itu. Adakah hal ini juga menyangkut keber-Islamannya secara umum? Wallahu a’lam bis sawab. Tetapi hal yang jelas dan tegas adalah perlunya terbit keinginan menikah itu di hati setiap pengikut Nabi. Proses yang harus dilalui seseorang hingga sampai pada pernikahan tidak sederhana karena dibangun oleh kesepakatan kedua belah pihak; bahkan oleh dua keluarga besar dari pihak lelaki dan pihak perempuan. Kenyataannya juga tidak setiap niat menikah mampu sampai di pelaminan; apalagi hingga soal kelestariannya. Oleh karena itu niatan untuk menikah harus dibangun dan diyakini setiap pengikut Nabi terlepas apakah hidup menikahnya itu bisa terwujud ataupun tidak, sekarang atau nanti.
Metode paling tepat-efektif untuk menjaga niat baik dan juga untuk menguatkan kemauan menikah itu adalah seperti anjuran Nabi: berpuasa. Insya Allah dengan menjalankan puasa (sunnah) tersebut maka akan intensif proses realisasi keinginan menikah itu karena terus terjaganya kemauan, lurusnya niat serta selarasnya kepribadian karena didukung oleh jernihnya pikiran sehingga insya Allah berujung pada optimalnya hasil dan persiapan pernikahan. Selain niat dan rencana yang matang memang diperlukan pula usaha yang sungguh-sungguh untuk bisa berhasil atau tercapainya pernikahan yang barakah itu.
Keasyikan berkarier, keenakan dalam berandai-andai dan berkhayal ataupun kesibukan beramal salih sendirian jangan sampai melalaikan apalagi menyurutkan niat untuk menikah. Sering terjadi makin bertambahnya usia seseorang akan makin ragu untuk menikah; semakin tidak berani mengambil risiko untuk hidup berkeluarga dengan calon pasangannya. Tentu saja kecenderungan ini perlu dilawan dan dikalahkan. Lingkungan dan zaman kita yang tampak makin permisif apalagi serbuan pornografi-pornoaksi yang makin menggila hendaknya bisa dibaca dan digunakan sebagai pengingat atau penguat bagi makin perlunya hidup menikah ini.
Belum juga menikah? Berpuasalah: Puasa Dawud, Senin-Kamis atau Puasa Putih, sesuai pilihan kemampuan dan tingkat kebutuhan kita. Jika sudah dewasa dan ternyata masih saja lajang (jomblo) koq tidak berpuasa maka patut diragukan ketaatannya pada ajaran dan sunnah Nabi Muhammad SAW itu. Siapa sesungguhnya panutan kita jika bukan baginda rasul pembawa rahmat bagi segenap alam itu? Bila terdapat dua pilihan maka biasanya kita pilih mana yang sederhana atau menantang. Mendingan pilih menikah daripada berpuasa sunat, bukan? Apalagi hidup menikah sabda Nabi Muhammad SAW akan setara dengan separuh agama. Karenanya maka mari kita jalani hidup berkeluarga.  Bismillah, Insya Allah.

Minggu, 25 Desember 2011

Doa Klarifikasi

Hikmah :
Doa Klarifikasi
Oleh: Muhammad Nasiruddin


Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkan aku untuk mengikutinya; serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula aku untuk menyingkirinya (Nabi Muhammad SAW)


Selain mohon klarifikasi atas hal yang belum jelas salah-benarnya, tuntunan doa Rasulullah dari riwayat Imam Ahmad di atas juga mohon kekuatan agar kita kuasa atau mampu bersikap konsekuen terhadapnya. Jikalau hal yang kita mohonkan itu benar maka dikuatkanlah kita untuk mengikutinya serta jikalau salah dikuatkan pula untuk menyingkirinya. Inilah salah satu ikhtiar secara mental-spiritual kita manusia dengan memohon doa kepada Tuhan Allah SWT agar fenomena yang tergelar di hadapan yang sementara ini masih samar-samar mampu terkuak-terbuka sepenuhnya sehingga identitasnya menjadi jelas-tegas. Bilamana biasanya doa itu hanya dilantunkan oleh para pelajar-murid guna memulai proses belajarnya di kelas-sekolah maka sesungguhnya ditilik dari isi dan kepentingannya sangat tepat kita gunakan untuk mengatasi persoalan lainnya yakni masalah kehidupan yang banyak dan beragam: politik, sosial, ekonomi, budaya, dll. Termasuk untuk kita memilih di Pemilu nanti. Lingkup persoalannya pun bisa seluas negara, bahkan seluas dunia, apalagi hanya di tingkatan lingkungan, keluarga ataupun diri-pribadi.
Al-haq ‘kebenaran’ dalam doa itu dipertentangkan secara frontal-tegas dengan al-batil ‘kesalahan atau kebohongan’. Menurut al-Quran memang keduanya tidak boleh kita campur adukkan (QS 2 [al-Baqarah]:42), sebab posisi dan karakternya amat berlawanan. Jika al-haq secara kebahasaan bermakna sesuatu yang nyata ataupun kebenaran objektif dan kebenaran informasi yang sesuai realitas maka al-batil sebaliknya. Al-batil dipahami sebagai suatu kebohongan atau kesia-siaan yang tanpa landasan kuat.
Kemudian sikap konsekuen terhadap al-haq itu disebutkan sebagai tasdiq ‘membenarkannya’, yang diwujudkan lewat ketaatan dan ketepatan dalam mengikuti ketentuan yang menyertainya. Siapa yang tidak bersikap demikian itu, maka akan berarti sebaliknya yakni bersikap takdhib ‘mendustakan atau berkhianat’ terhadap kebenaran sehingga mereka menjadi tergolong pengikut kebatilan. Pengikut al-batil ini menolak ‘realitas’ baik itu datangnya dari Wahyu (qauliyah) maupun dari Sunnatullah (kauniyah); mereka mengatakan bahwa ‘realitas’ itu sebagai kebohongan lantas membuat-buat alasan tanpa dasar yang formatnya hanya khayalan mereka belaka.
Lantunan doa di atas sering kita dengar dari anak-didik ketika di kelas sekolah dengan maksud guna mendapatkan klarifikasi atas pelajaran yang diterimanya. Namun tidak saja berguna bagi anak-didik di sekolah, doa ini juga bermanfaat bagi kita manusia dewasa dalam menghadapi aneka permasalahan hidup, khususnya yang masih samar-samar belum jelas. Artinya, signifikan ketika kita jumpai ketidakjelasan ‘warna’ dari persoalan penting apa pun yang menghadang kita. Mungkin saja sebuah persoalan tidak mudah untuk disebut sebagai berwarna putih-bersih, namun tidak tepat juga disebut berwarna hitam-legam. Oleh karena itu perlu kita menyianginya, memilah-milah dan memilih-milih, sebelah mana benarnya dan sebelah mana pula salahnya tanpa terkontaminasi kepentingan subjektif tertentu sehingga hasilnya objektif sesuai realitas. Doa klarifikasi ini merupakan ikhtiar kita secara mental-spiritual selain ikhtiar fisik dan intelektual-organisasional.
Munculnya kejelasan ‘warna’ dari persoalan tersebut insya Allah memformat sikap konsekuen kita selanjutnya. Namun benar-benarkah kita mampu secara konsekuen? Untuk itulah kita berdoa dan memohon pertolongan kepada Dzat yang Maha Mengetahui. Pertama, kita mengkonsultasikan persoalan kita kepada sumber al-haq sehingga ada dan mendapatkan klarifikasi; serta yang kedua kita memohon ‘doping’ kekuatan agar mampu bersikap konsekuen terhadap hal tersebut.
Menunda untuk berdoa alias menunda adanya klarifikasi sungguh hanya berarti memperpanjang ketidakjelasan persoalan yang bisa berakibat melemahkan kekuatan akses kita kepada Sang Mahakuat, yakni Tuhan Allah SWT. Bukankah hidup kita yang pendek ini harus juga menjadi jelas, kuat dan bermakna sesuai dengan konsep al-haq? Wallahu a’lam bish shawab. 


Sabtu, 24 Desember 2011

Saya dan Alumni Pondok Pabelan

Saya dan Alumni Pondok Pabelan
Sebuah Esai

Oleh: Muhammad Nasiruddin


Saya bukanlah alumni Pondok Pabelan kendatipun saat ini saya adalah guru (ustadz) di lembaga pendidikan Islam ini. Memang pernah saya dikira sebagai salah seorang alumninya bahkan berkali-kali hal itu terjadi dengan alasan yang berbeda-beda: dekat dengan para alumninya, mengenal Kiai Hamam Dja’far, menjadi ustadz di Pabelan, sering mengisi pengajian, khutbah, dll. Semua alasan itu tidak salah tetapi secara formal saya tetap bukan alumni. Kalau toh harus dihubungkan dengan masa lalu maka maksimal predikat saya adalah santri kalong Kiai Hamam Dja’far, yakni yang biasanya malam-malam sowan berguru kepada beliau. Predikat terakhir inilah yang menjadikan saya yang berdomisili di Muntilan bisa terlibat dalam kegiatan Pondok Pabelan. Namun secara pribadi saat ini rasanya sudah tidak lagi menjadi ‘masalah’ apakah saya alumni ataukah bukan alumni sebab proses yang saya jalani di Pondok Pabelan telah mengaburkan perbedaan itu.

Dinamika Jarak

Dari waktu ke waktu jarak antara saya dengan Pondok Pabelan berubah-ubah, dari awalnya jauh hingga akhirnya dekat. Saat masih di SMA tahun 1980-an saya dan teman-teman saya sungguh merasa minder (minderwaadig complex) kepada para santri Pabelan. Mereka itu ganteng-gagah atau cantik-manis dan yang terutama pintar berbahasa Arab-Inggris hingga sering kami saksikan ‘aksi’ mereka: saat menunggui santri di RSU Muntilan, mengobrol di angkutan umum, apalagi di sekitar Pabelan. Mereka jelas tampak berkelas ‘atas’, meskipun berada di dekat kami tetapi tidak mudah kami bersetaraan: mereka berasal dari kota-kota (besar) Indonesia, penampilannya penuh percaya diri, luwes dalam bergaul dan tangkas dalam berbicara sehingga rasanya bertolak belakang dengan keberadaan kami para ‘pribumi’ Muntilan yang sebayanya.
Berubah jarak itu ketika mahasiswa dan ikut aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) saya mulai sering sowan Kiai Hamam di Pondok Pabelan lantas secara diam-diam saya merasa iri kepada santrinya karena kami tidak mendapatkan pendidikan yang semewah mereka. Mereka amat beruntung dididik langsung Kiai Hamam 24 jam sehari-semalam hingga selama 7 atau 8 tahun; sementara kami anak-anak PII hanya berkesempatan berguru ‘ngalong’ kepada pengasuh Pondok Pabelan itu sekali semalam suntuk dalam tiga atau empat bulan berselang. Selain iri juga timbul rasa sesal saat itu.
Jarak tersebut berubah lagi setelah tulisan-kolom saya yang berjudul “Istirahat” dimuat di rubrik Hikmah SKH Republika (Selasa, 26 September 1995 halaman I, kolom 1-2). Saat itu saya spontan dikira sebagai alumni Pondok Pabelan karena tulisan itu secara gamblang-jelas mengangkat sosok Kiai (Hamam Dja’far) yang enerjik. “Nasiruddin ini angkatan siapa, ya?” tanya seorang alumnus kepada temannya yang dianggap lebih tahu. Apalagi disusul kemudian dengan tulisan saya lainnya di rubrik yang sama  dengan judul “Penegakan Shalat” (Rabu, 15 November 1995) serta “Makan Berjamaah” (Senin, 27 November 1995). Ketiga tulisan itu memang merupakan renungan hasil sowan saya kepada Kiai. Artinya, saya hanyalah santri-kalong yang tidak pernah resmi ataupun tidak pernah tercatat tetapi dikira sebagai alumni tulen.
Pada tahun 1996 ketika saya ikut LSM yang menghajatkan programnya bisa berjalan di Pondok Pesantren maka saya pilih Pabelan. Kegiatan berupa Achievement Motivation Training (AMT) untuk para guru dan pengusaha itu alhamdulillah bisa berjalan sukses, lancar hingga kemudian berakhir; namun tiba-tiba saya di-fait accomply untuk bersedia ikut menjadi guru di Pabelan. Barang satu hari dalam seminggu saya ditantang untuk bisa mengabdikan diri di Pondok Pabelan. Bismillah. Sejak saat itu jadilah saya sebagai ustadz yang membimbing kegiatan jurnalistik dan kemudian menjadi pengajar pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Madrasah Aliyah Pondok Pabelan. Sempat pula dalam perkembangan kemudian saya diamanati sebagai Sekretaris Pimpinan.

Buku “Kiai Hamam Dja’far dan Pondok Pabelan”

Awal tahun 2007 para pimpinan Pondok Pabelan sepakat berniat melanjutkan rencana pembuatan buku tentang Kiai Hamam dengan menggandeng budayawan Ajip Rosidi. Dibuatlah sebuah tim atau Panitia Buku dan saya yang bukan alumni ini diamanati sebagai Ketua dengan tugas utama mengawal dan mengelola proses pembuatan buku tersebut hingga tuntas dan berhasil terbit. Demikianlah hal yang terjadi, berbekal SK dari Pimpinan dengan 12 orang guru, kami bekerja keras-cerdas-ikhlas mulai dari perumusan Term of Reference (TOR), berkoordinasi dengan Ajip Rosidi, menghubungi (calon) penyumbang naskah, konfirmasi kesediaan untuk ikut menulis, menagih tulisan, mewawancarai narasumber, transkrip naskah, mengumpulkan bahan dan foto-foto relevan, print-out, menindaklanjuti hasil penyuntingan, koordinasi dengan penerbit hingga kemudian buku berhasil disusun dan diselesaikan. Edisi awal ini dipatok bisa terbit pada bulan Agustus 2008 dan tirasnya 1500 eksemplar.
Alhamdulilah setelah berproses secara marathon tetapi mengasyikkan selama setahun penuh maka buku yang berisi 43 kesaksian dari para santri, kerabat dan sahabat itu terbit. Namun lazimnya buku terbit perlu ada peresmian dengan Launching Buku. Difasilitasilah kemudian adanya informal meeting dengan perwakilan alumni lantas disusunlah sebuah Panitia Launching yang melibatkan banyak guru dan alumni. Perwakilan alumni dari Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Sumatera, Kalimantan, Indonesia Timur dan tempat lainnya semua dilibatkan guna mengambil banyak manfaat dari buku yang telah terbit. Format acara pun dibuat disesuaikan dengan harapan besar pimpinan yang terdiri atas tiga hal (acara) pokok: Diskusi Buku, Refleksi Alumni serta Musyawarah Nasional (Munas) Ikatan Keluarga Pondok Pabelan (IKPP).
Karena saya yang bukan alumni ini diamanati (lanjut) sebagai Ketua Panitia Launching maka secara otomatis saya berhubungan dengan banyak pihak termasuk dengan alumni baik yang sudah terkenal maupun yang baru mulai dikenal. Man proposes and God disposes; manusia merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Perkembangan rencana acara ternyata cukup cepat terjadi baik mengenai waktu-tempat, orang, format-acara maupun taksiran yang akan (di)hadir(kan); ada yang tetap dan lebih banyak yang berubah. Sebutlah misalnya keynote speaker yang pada awalnya direncanakan menghadirkan Mendiknas, berubah menjadi Menteri Agama hingga kemudian kenyataannya yang bisa hadir di Pabelan adalah Menteri Perhubungan; demikian juga dengan pembahas-buku dan hal lainnya. Semua perkembangan dan perubahan itu tentu menghajatkan adanya sosialisasi tapi juga antisipasi agar penanganan terbaru bisa sesuai dengan keadaan, baik yang bersifat ke luar maupun ke dalam. Demikianlah perencanaan lengkap acara Launching Buku “Kiai Hamam Dja’far dan Pondok Pabelan” (Editor Ajip Rosidi, Agustus 2008, Jakarta: PT Pustaka Jaya, 496 halaman) yang melebar menjadi Munas IKPP, Refleksi Alumni dan Pentas Seni Santri-Alumni bakal digelar di pesantren induk Pabelan, Sabtu-Ahad, 8-9 November 2008.

Diwisuda Sebagai Alumni

Pada waktu koordinasi panitia malam hari menjelang acara di Ruang Kaca, saya dihadapkan pada banyak orang hebat yang namanya sering disebut (orang) ataupun mulai disebut-sebut. Perbincangan bersama pimpinan dan para tamu menjadikan arah juga tingkat pembicaraan saat itu beraneka ragam: mulai dari yang bersifat praktis-operasional, strategis-konsepsional hingga yang wacana-filosofis. Semua itu dilakukan guna menyantuni semua pihak dan dalam kerangka penyuksesan acara besoknya: Sabtu dan Ahad, 8-9 November 2008. Hal-hal yang antisipatif dipilih dan dibagi-tugas meliputi segenap lini serta mencakup semua bagian: acara, sarana, akomodasi, konsumsi, tempat, antar-jemput tamu khusus, transit, parkir, pengamanan, dll. Malam itu merupakan persiapan akhir yang tentu amat menentukan bagaimana wajah depan dan wajah belakang kita pada esok harinya. Para pimpinan memberikan arahan; sedangkan panitia-alumni berkoordinasi agar tidak terjadi saling iren ataupun tumpang tindih dalam pelaksanaannya.
Pagi hari Sabtu, 8 November 2008 pukul 08.00 WIB. Suasana kompleks pondok terasa benar-benar tegang. Rombongan mobil dan KA dari Jakarta sudah datang, tetapi Menteri Perhubungan beserta Yayasan masih dalam perjalanan.  Tempat acara dan seputar kompleks sudah rapi bersih serta siap digunakan. Sebagian panitia sudah pula rapi, sebagian yang lain baru berbenah. Tepat pukul 08.30 WIB terdengar raungan sirene fore rider dari kejauhan dan benarlah hadir Menhub ke pondok untuk acara Makan Pagi bersama pimpinan terlebih dahulu. Sekian tamu terpenting pun mengikutinya masuk ke Ruang Kaca. Suasana semakin menegangkan dengan makin banyaknya tamu dan alumni yang berdatangan. Santri diatur tempat duduknya lantas semuanya tampak siap. Inilah detik-detik yang semakin menegangkan menuju ke acara utama dimulai.
Sooner better. Karena segalanya telah siaga maka pada pukul 09.45 WIB acara dimulai, maju 15 menit dari rencana. Inilah upacara Peluncuran Buku yang dimulai dari mata acara Pembukaan, lantas Pembacaan Kitab Suci al-Qur’an, Pidato Pimpinan, Sambutan Yayasan, Pidato Utama Menteri Perhubungan RI dan Penandatanganan buku serta diakhiri dengan Doa; alhamdulilah semuanya berjalan lancar, baik dan terkendali. Sesaat kemudian setelah meja untuk panel diskusi disiapkan di panggung maka digelarlah acara kedua yakni Diskusi Buku dengan tiga orang pembahas yang juga berjalan dengan lancar, baik serta terkendali. Setelah dilakukan break untuk melaksanakan Salat Dhuhur dan Makan Siang maka pada pukul 14.00 dimulailah acara ketiga yaitu Refleksi Alumni dengan enam orang panelis; meskipun hujan acara tetap terfokus berlangsung secara lancar, baik dan terkendali. Malam harinya selain acara yang keempat yakni Munas IKPP bertempat di Gedung Workshop berlangsung seru juga sempat dimajukan waktunya acara yang kelima yaitu Pentas Seni di Panggung Utama yang nyatanya berjalan lancar, terkendali hingga selesai di waktu tengah malam. Pagi hari Ahad, 9 November pukul 09.00 WIB muncul acara improvisasi yakni Dialog Alumni-Santri yang amat mengesankan bahkan diakhiri dengan ritual saling bersalaman menjelang waktu Dhuhur tiba. Alhamdulillah itulah isi rangkaian acara dua hari yang ruar biasa.
Selama dua hari acara lengkap Peluncuran (Launching) Buku itu saya berinteraksi intensif dengan para alumni, utamanya yang termasuk panitia. Tentu tidak semua alumni yang hadir (tercatat 167 orang) bisa saya kenal, saya pahami sehingga terdapat jarak psikologis yang berbeda-beda. Sesuai karakter masing-masing ada alumni yang gampang akrab, ada yang menjaga jarak, ada yang sok kenal-akrab serta ada pula yang tertutup. Di antara alumni tersebut ada yang secara spontan menanyai saya, “Kamu itu angkatan siapa ya?” Tentu tidak langsung saya jawab bahkan sebaliknya, saya balik bertanya, “Kamu sendiri angkatan siapa?” Begitu dia sebutkan nama seseorang spontan pula kusebutkan nama-nama lain yang seangkatan dengannya hingga dia berusaha untuk membenarkan ataupun meluruskannya. Pembicaraan telah berlanjut terbuka sehingga rasanya tidak lagi perlu kujawab pertanyaan awalnya, sebab jawabannya tidak seperti harapan alumni. Ternyata pertanyaan spontan yang sama masih saya dapati kembali hingga mungkin tiga kali selama dua hari tersebut. Kebetulankah? Oleh karena itu saya berkesimpulan dan wajar mulai merasakan bahwa keberadaan saya di antara (komunitas) alumni telah diterima; sehingga acara Peluncuran Buku ini bagi saya pribadi merupakan upacara wisuda saya sebagai alumni.
 
Pernak-pernik Masalah dan Solusinya

Berkumpul banyak orang di satu tempat selama dua hari untuk acara Launching Buku tentu sebuah tantangan tersendiri agar bisa diatasi dan dikelola; panitia sudah siaga yang memang dibentuk untuk itu. Kendatipun begitu, seberapapun suksesnya perhelatan masih ada saja persoalan yang luput dari rencana ataupun muncul dari ketiadaan antisipasi sehingga kemudian timbul sebagai masalah. Solusi spontan telah dipilih, ada yang secepatnya teratasi dan ada yang berlarut-larut sesuai dengan karakternya, bahkan ada pula yang dengan berakhirnya acara justru masalahnya baru mulai membesar. Di antara masalah itu yang sempat dicatat adalah soal back ground panggung, soal undangan, soal CD rekaman pidato Menhub serta CD Khutbah Wada’ Kiai Hamam Dja’far yang diperjualbelikan atas nama Panitia.
Tidak banyak orang yang mencermati atau peka atau bisa pula hanya rikuh mengatakan bahwa back ground panggung perhelatan sungguh tidak layak, namun waktu yang mendesak menjadikan tidak mungkin untuk menggantinya dengan yang lebih baik. Pertama, soal tulisan yang terpampang besar-besar jelas bermakna bias (tidak sinkron) dengan acara kita, Peluncuran Buku mensle menjadi Launching Biografi, mustinya Kiai menjadi Kyai; hal ini mengakibatkan perhatian imajiner partisipan tidak fokus atau terbelahnya ide utama. Kedua, tiadanya tulisan nama Menteri Perhubungan sebagai keynote speaker dan nama para pembahas buku, yang selayaknya ikut terpampang di back ground. Namun untung desain yang bagus untuk foto Kiai serta warna hitam cukup dominan sehingga bisa menutupi kelemahan dan kekurangan itu. Ketiga, hadirnya pemandangan rusak dan amat mengganggu di belakang panggung yang masih tampak transparan sehingga tanpa perlu diintip pun sudah tampak secara jelas kerusakannya: rumah depan perpustakaan! Itulah ‘menu’ depan latar panggung perhelatan kita.
Desain undangan acara Peluncuran Buku ini alhamdulilah dibuat mirip dengan sampul bukunya, bahkan dengan pilihan warna yang lebih berani sehingga tampak bisa lebih hidup. Sayangnya tulisan di bagian dalam sebagai surat resmi undangan tidak tercetak secara jelas alias kabur-tulisannya. Pilihan warna kuning sungguh lemah karena latarnya berwarna putih. Alasan klasik lagi, waktu mepet tak sempat diganti dengan desain yang lebih hidup. Tapi ada pula yang berseloroh ‘tidak apa-apa toh bisa digunakan sebagai simbol’, [?] bahwa sesungguhnya begitulah potret nyata kondisi luar dan dalam Pondok Pabelan saat ini. Ah, yang ini tentu hanya seloroh.
Akibat saling mengandalkan orang lain maka tidak ada panitia yang bertugas merekam pidato Menteri Perhubungan selaku keynote speaker acara akbar Peluncuran Buku ini. Petugas sound system juga alpa diperintah untuk ini. Lengkaplah sudah keteledoran ini. Alhamdulilah ada alumni yang tampak jelas ikut merekam acara. Kita minta kepadanya copy, tetapi ternyata dia pasang tarif. Setelah ditimbang bahwa tetap diperlukan maka kita bayar tarif tersebut karena ini sangat urgen, eh ternyata kiriman CD-nya yang bisa diputar hanya separuh pidatonya saja. Dengan terpaksa pula maka yang kemudian kita kirimkan ke Kantor Departemen Perhubungan RI adalah berupa transkrip naskah tertulis setelah berhasil diimprovisasi dengan banyak bahan dari bacaan Koran, dll. Pelajaran yang sungguh berharga, panitia apapun tidak boleh alpa akan sesuatu yang urgen, tidaklah benar kita saling njagakake..
Akibat percaya saja kepada orang lain tanpa meneliti isinya juga terjadi pada kasus penjualan CD Khutbah Wada’ Kiai Hamam Dja’far. CD itu merupakan usaha perseorangan yang lantas dijual pada acara kita ini dengan harga eksklusif. Ternyata isinya selain rekaman suara juga gambar berjalan. ‘Kreatif’ memang tetapi ketika informasi yang dimuat di dalamnya tidak benar bahkan bisa ada kesan penyesatan, maka tentu tidak layak diedarkan. Siapapun yang melihat ketidaklayakan itu perlu menghentikannya agar tidak terjadi salah persepsi. Ketika persoalan itu dikonfirmasikan pada pihak pengusaha CD yang notabene alumnus lagi-lagi terjadi salah persepsi. Pondok secara tegas telah menyetop peredarannya dan meluruskan persoalan. Ini tampaknya sudah menyangkut soal sense yakni antara ngerti atau tidak ngerti; dan bukan pinter atau tidak pinter. Bismilah, hidup memang selalu ada masalah. Kita hidup di alam dunia ini dan hadir untuk ikut serta menyelesaikannya, bukan sebagai bagian dari masalahnya. Semoga.


Wasana Kata

There’s different between knowing the path and walking the path. Entah itu kata siapa tetapi tepat menegaskan perbedaan antara manusia pejalan-pelaku yang penuh risiko (positif-negatif) dengan manusia tahu yang bebas (menghindar) dari risiko. Kita tergolong pemilik sifat yang mana: risk taking behavior ataukah risk avoidance behavior? Bismilah.


                                                    

                                                     Muntilan, 4 Desember 2008

Kamis, 22 Desember 2011

Buku Kiai Hamam dan Pondok Pabelan, Under Cover


Kata Pengantar


K.H. Hamam Dja’far (1938-1993) telah berbuat sesuatu. Secara konkret kiai aseli dari Desa Pabelan, Kabupaten Magelang ini mendirikan dan memimpin Balai Pendidikan Pondok Pabelan selama 28 tahun (1965-1993). Dari, lewat dan berpusat di pesantren inilah Kiai Hamam mengaktualisasikan diri juga berkomunikasi secara terbuka-luas dengan banyak orang dari berbagai kalangan dan dari beragam latar belakang untuk berpikir bersama, berbuat bersama bahkan kemudian bekerja sama saling membangun dan saling menguatkan dalam wadah besar negara Republik Indonesia. Sekian orang tokoh dan penggerak organisasi pada masa kepemimpinannya itu terbukti hadir, bertukar pikiran ataupun dipertemukan bersama di Pabelan guna menggagas berbagai hal dan berbuat bersama-sama. Bagi kiai tampak jelas bahwa Pondok Pabelan saat itu merupakan sebagian dari hal yang penting atau bahkan menjadi hal yang terpenting sehingga cukup tepatlah bila disebutkan Pabelan sebagai buah karya nyata beliau.
            Namun Pabelan bagi Kiai Hamam bukanlah tujuan melainkan sekadar alat. Alat beliau untuk bisa berbuat dan beraktualisasi diri dalam bingkai dunia pesantren, ummat Islam dan lebih luasnya dalam bingkai kehidupan berbangsa-bermasyarakat di negara kita Indonesia. Menjadi kesaksian kita bersama bahwa pada tahun 1970-an dan 1980-an kiprah kiai yang identik dengan kiprah Pondok Pabelan sedikit-banyak berperan dan tampak menonjol dalam percaturan pergerakan. Dalam bingkai-bingkai itu secara tulus Pondok Pabelan sering dijadikan ajang dan disodorkan olehnya sebagai pilihan tempat untuk mewujudkan ide atau konsep pemikiran baru para tokoh penggerak itu agar tidak sekadar hadir sebagai wacana. “Marilah konsep-wacana itu kita konkretkan dan kita bumikan di Pondok Pabelan kita bersama ini”, demikian ajakannya. Tawaran tulus inilah yang mengangkat Pabelan sebagai alternatif implementasi konsep-pemikiran baru. Di antara sekian konsep baru yang ‘berhasil’ dilakukan ialah model pengembangan masyarakat berbasis pesantren, program keterampilan santri, dan muatan tradisi dalam proses pembaharuan pesantren. Peran-peran mediasi, fasilitasi, pemberdayaan dan hal-hal yang seperti itulah yang dilakukan oleh Pondok Pabelan pada saat-saat itu.
Bingkai lain yang lebih substantif sebagai komitmen Kiai Hamam adalah pendidikan bangsa. Secara serius beliau memperhadapkan diri pada persoalan konkret bangsa guna mendidik kepribadian santri-santrinya, juga mendidik masyarakat lingkungannya, sekaligus bertukar pikiran secara terbuka dengan siapapun tamunya yang datang. Sekian banyak santri,  masyarakat lingkungan serta para tamunya jelas menjadi saksi hal itu. Berbagai ide dan buah pemikiran mengenai hal tersebut biasa terlontarkan bahkan kadang deras mengalir di forum perlisanan (dalam diskusi, dalam pengajaran, dalam khutbah, dalam wawancara) atau langsung diwujudkan dalam perbuatan dan karya nyata di Pabelan. Sungguh patut disayangkan ide dan pemikiran Kiai Hamam tidak pernah dituangkan dalam tulisan, sehingga tidak terdokumentasi. Hal inilah yang merupakan kelemahan sekaligus kekuatan beliau: ide pemikirannya bisa cepat mengalir ke mana-mana tetapi tidak mudah diidentifikasi. Konon yang khas dari ide dan pemikiran kiai adalah sifatnya yang inspiratif, bernas, improvisatif, moderat serta menguatkan pilihan pihak yang diajaknya berbincang. Adakah perannya yang seperti itu masih membekas, bermanfaat dan relevan hingga saat ini?
Apa saja yang sesungguhnya menjadi ide dan pemikiran Kiai Hamam Dja’far?
Bagaimana peran yang kyai jalankan bagi dunia pesantren dan ummat Islam?
Bagaimana sumbangan beliau bagi pendidikan dan kehidupan berbangsa?
Pertanyaan-pertanyaan itu hanya bisa dijawab tepat oleh mereka yang pernah mengenal dekat Kiai Hamam: santri, karib, kerabat, ulama, intelektual, pejabat, politisi, aktivis dan para tamu beliau yang biasa bertandang ke Pondok Pabelan dan asyik berbincang-bincang dengan beliau. Untuk itulah sehubungan dengan 70 tahun usianya jika masih hidup sekaligus ulang tahun ke-43 pesantren yang didirikannya, maka kami menganggap perlu menyusun buku yang memuat tulisan-tulisan dari mereka yang mengenal baik beliau serta menguatkan pilihan pihak yang diajaknya berbincang. Adakah perannya seperti itu masih berbekas, bermanfaat dan relevan hingga sekarang? Apa yang sesungguhnya menjadi gagasan dan pemikiran Kiai Hamam Dja’far? Bagaimana perannya dalam dunia pesantrén dan ummat Islam? Apa sumbangannya bagi pendidikan dan kehidupan bangsa?
            Dari lebih  90 orang yang kami mintai sumbangan tulisannya, kira-kira setengahnya memenuhi permintaan kami itu. Ada di antaranya yang memberikan hasil penelitian yang pernah dilakukan ketika Kiai Hamam masih  hidup. Naskah itu kami sunting disesuaikan dengan tujuan penerbitan buku ini. Tapi sumbangan yang lain adalah yang  mereka tulis khusus untuk keperluan penyusunan buku ini sesuai dengan yang kami minta. Ada juga yang karena kesibukannya tak sempat menulis sendiri sumbangan yang kami minta namun bersedia diwawancara oleh Panitia Buku K.H Hamam Dja’far. Setelah ditulis, hasil wawancara itu kami konfirmasikan kepada yang bersangkutan. Kepada mereka semua, kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan amal mereka akan menjadi amal yang soléh di sisi Allah SWT. Amin ya Robbal’alamin.
            Tiada lain maksud kami agar jejak langkah orang seperti K.H. Hamam Dja’far yang jelas berjasa mendirikan Pondok Pabélan yang fenomenal jangan sampai hanyut tak berbekas digilas Sang Kala. Mudah-mudahan buku ini bukan saja berhasil merekam jejak langkah almarhum melalui tulisan para santri, sahabat dan orang dekatnya, melainkan juga dapat dijadikan pedoman atau acuan oleh mereka yang di belakangnya memimpin atau mau mendirikan pondok.

Pabélan, 6 Juli 2008.

                                                                                    Panitia Buku Mengenang 70 Tahun
 K.H. Hamam Dja’far 









Panitia Buku
Mengenang 70 Tahun K.H. Hamam Dja’far

Penasihat                     : K.H. Drs. Ahmad Mustofa, K.H. Ahmad Najib Amin, Kyai Muh Balya, K.H. Drs. Mahfudz Masduki, MA
                                    Penyunting                  : Ajip Rosidi
                                    Ketua                          : Muhammad Nasiruddin, MA; R. Jamaludin, MHum
                                    Sekretaris                    : Dra. Nurul Faizah; Dra. Maria Nurhayati
                                    Bendahara                   : Drs. Nurhamid Effendi; Nur Afiyati, STh. I
Anggota                  : Drs. Mudzakir, MAg; Ahmad Zabidi, SHI; Muh Nurmustofa, SHI; Uswatun Hasanah, SPdI; Abdul Salam, SPdI; Abdul Gafur, SPdI


Berpirau di Arus Global:



Berpirau di Arus Global:
Ikhtiar Pesantren dalam Membangun Peradaban Muslim
di Indonesia

Oleh:
Muhammad Nasirudin,
Pondok Pesantren Pabelan, Jawa Tengah

Melawan secara frontal terhadap arus global yang kejam-hegemonik tentu hanya akan berakhir mati sia-sia. Namun mengikuti arus global yang materialistic-hedonistik liberalistik tentu berarti menipu hati nurani selain meniadakan kedirian yakni panggilan kemanusiaan sebagai subjek-pelaku kehidupan mulia di alam ini. Oleh karena itu berpirau atau memirau di arus global merupakan pilihan yang logis-cerdas-solutif. Secara leksikal berpirau, memirau adalah gerakan berputar atau menyerang ke kanan atau ke kiri tidak secara langsung menuju tujuannya (KBBI, 1989: 688). Dengan pilihan istilah berpirau ini dimaksudkan bahwa diri kita tidak mati terlindas arus global namun juga mampu berkarya membangun peradaban muslim Indonesia sebagai alternatif kebudayaan yang bersih-cerdas-tinggi dengan pesantren sebagai alamat dan pilar utamanya.
Kebudayaan atau peradaban yang dewasa ini ada, berlaku dan dipilih mayoritas muslim di Indonesia dan juga umumnya manusia sedunia tampak jelas diatur dan dikendalikan oleh pihak Barat-Nasrani. Agen kebudayaan dan peradabannya amatlah banyak, seperti pilihan content dan model program televisi, ideologi, kesenian, buku dan Koran-majalah, pusat penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi, juga jaringan politik dan ekonomi. Dengan merata dan banyaknya agen tersebut maka barangsiapa tidak mengikuti arus global ini maka tentu akan tertinggal (perubahan zaman) dan atau tidak lagi diterima public.
Sementara kaum muslim sesungguhnya masih ada satu-dua yang mencoba terus aktif membangun kedirian tersebut bisa lewat kesenian, ada yang lewat pengembangan ilmu-pengetahuan-teknologi, juga ada yang secara serius membangunnya lewat jaringan ekonomi, ide, juga jaringan politik. Namun sungguh semua itu hingga saat ini masih bermain secara sendiri-sendiri serta tanpa konsep besar yang mampu mencakup keseluruhan ide-dasar mengenai peradaban-kebudayaan. Sementara itu siapa yang beride besar masih juga sebatas pada aide yang tanpa isi dan tanpa arah jelas. Oleh karena itu perlu benar untuk didiskusikan bagaimana pembangunan peradaban muslim di Indonesia.
Pesantren sebagai basis komunitas muslim dalam menjalankan ajaran agamanya pernah berperan besar dalam sejarah. 
Pesantren di Indonesia

Selasa, 20 Desember 2011

Terlanjur Hidup


Terlanjur Hidup
Oleh: Muhammad Nasirudin

Bila sebelumnya ditanya terlebih dahulu dan kondisinya seperti ini tentu jawabannya tidak. Bila diberi kesempatan untuk menawar kembali pilihan hidup yang seperti ini, mungkin sikap yang muncul akan berbeda, yakni hidup menjadi lebih terlibat secara total atau sebaliknya. Hal yang jelas dan nyata adalah sudah terlanjur hidup dan dengan proses yang seperti kemarin serta dulu sehingga pilihan kondisi berikutnya menjadi seperti saat ini. Itulah sebagian isi dari hukum alam, yakni hukum sebab-akibat yang diikuti. Pilihannya ke masa depan seolah tiada lain kecuali meneruskan proses hidup ini dan mengelolanya seoptimal mungkin sehingga mencapai seperti apa yang diharapkan. Bismillah.
Kalau hanya dipikir dan dipikir maka persoalan hidup tidak akan pernah selesai. Namun bila diterima kondisi hidup yang ada lantas kita jalani-jalankan hidup ini maka insya Allah masalahnya teratasi, apapun itu dan satu persatu akan selesai. Untuk hidup dan benar-benar hidup kadang hal yang diperlukan bukanlah menyelesaikan masalahnya, melainkan hanya  sikap untuk menerima masalah yang ada. Oleh karena itu sikap yang terlibat secara penuh dan bertanggung jawab akan hidup kita menjadikan kehidupan kita semakin baik, positif serta benar.
Inilah rumusan sederhana renungan hidup seorang pencari kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati? Paling tidak, jejak hidup yang dia tempuh selama ini terdapat tanda-tanda seperti itu. Pernah dulu dia menjadi wartawan, menulis untuk sebuah Koran local tetapi Koran itu mati-suri entah karena terlalu bersikap idealistis entah karena tidak dikelola secara professional. Pernah pula dia menjadi guru, jelas lebih berat nilai pengabdiannya  daripada kerja profesionalnya karena ijazah bangku pendidikannya bukanlah keguruan. Pernah juga dia berwiraswasta, beternak ikan mujahir, beternak  belut, pernah mengageni Koran dan majalah, namun semua itu masih dalam skala kecil sehingga sesukses apapun tentu tidak seberapa hasil rupiahnya. Oleh karena itu kesimpulan yang paling mendekati proses hidupnya adalah dia seorang pembosan. Atau dengan bahasa yang lebih halus dia adalah seorang perintis; perintis saja yang dia tidak mampu meneruskan usahanya itu hingga sukses.
Kondisinya saat ini tidak jauh dari hal-hal yang pernah dia lakukan dulu. Profesinya tidak jelas. Kalau kemampuannya tentu tidak sedikit, bisa menulis, pintar berbicara, mampu bernegosiasi, pandai mengelola. Namun rentang waktunya tidak ada yang bertahan lama. Dia tipe Panitia daripada Pengurus yang kerjanya ad hoc, sebatas pesanan lantas selesai. Oleh karena itu kelemahannya yang paling tampak adalah dalam bertahan, sebutlah sebagai adversity. Mudah saja dia tergoda dan beralih kepada sesuatu yang baru. Mengapa? Itulah yang boleh jadi selama ini dia selalu usahakan: menemukan kebahagiaan sejati. Hidup bagi dirinya adalah kesempatan dan peluang yang diberikan-Nya guna dia berupaya dengan mencari dan menemukan sesuatu itu. Adakah dia saat ini sudah mendapatkannya?
Jawabannya ada dua, sudah dan belum. Sudah karena dia sudah berhasil menyelesaikan sekian ‘projek’ hidup semasa dulu dan kemarin, semuanya dia lakukan dengan nyaman dan bahagia.  Umurnya kini 57 tahun, anaknya dua, laki-perempuan yang sudah bekerja dan keduanya sarjana pula.

Menyongsong Usia 40 Tahun

Renungan:
Menyongsong Usia 40 Tahun
Usia 40 tahun sungguh unik, penting lagi bermakna. Apalagi orang Barat juga biasa berkata, live begins at forty, ‘hidup dimulai pada usia 40 tahun’. Tentu saja hidup yang begini benar-benar hidup, bukan hidup yang asal-asalan. Alquran juga menuntunkan seseorang berdoa bila melewati usia ini seperti tertulis pada QS al-Ahqaf [46]: 15.
Pengalaman seseorang pastilah tidak sedikit menjelang atau saat usia 40 tahun. Sebab seumumnya orang pada usia itu sudah pernah mengalami proses naik, meniti karir hingga sukses namun pernah pula menjalani hidup turun bahkan jatuh dan terpuruk. Mungkin hal itu berkali-kali pula dialami, naik-turun, jatuh-bangun atau sukses-gagal-sukses. Itulah perjalanan dan pengalaman hidup seseorang yang khas dirinya, tiada mungkin sama apalagi identik dengan orang lain.
Usia 40 tahun itu usia transisi, pergantian, ada perubahan besar untuk menjadi semakin benar atau semakin salah. Kondisi fisiknya relatif masih bagus-sehat namun tidak lagi sebagus-sesehat masa sebelumnya. Bila kehidupan kemarin masih berdasarkan fisik maka ke depan perlu dilengkapi dengan dasar yang lain: sosial, mental, dan spiritual. Sebab untuk sukses di masa berikutnya akan lebih berdasarkan pada keterampilan batin (olah-batin) selain perlu keterampilan fisik (olah-raga) dan keterampilan pikir (olah-pikir).
Sungguh seseorang tidak mungkin bisa menjadi orang lain, sehingga tidak perlu meniru-niru apalagi yang latah kekanak-kanakan. Seseorang hanya bisa sukses dengan menjadi dirinya sendiri. Untuk itu perlu orang itu menjalani proses hidup yang terfokus-berkelanjutan agar selalu menuju lebih baik, lebih benar dan lebih tepat. Proses perjalanan hidup memang boleh mulai dari hal yang salah namun kemudian berubah menjadi benar; itulah perbaikan, taubat atau berbenah diri. Perjalanan hidupnya tentu memberi pelajaran dan kesadaran akan kebenaran nilai: Siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan; siapa berjalan di jalannya tentu akan sampai; siapa menanam pasti akan memanen,dll.
Arah dan cara yang benar berdasarkan pengalaman hidup tampak semakin jelas. Namun mungkin masih muncul kenakalan yang menyalahi kebenaran itu sesekali, entah karena salah niat, kurang tekad, atau salah cara dan salah sikap. Itu hal yang manusiawi jika segera diikuti dengan perbaikan diri dan taubat. Maka, niat harus benar, cara juga benar.
Kita mengisi hidup ini dengan panggilan hidup kita masing-masing. Ada yang panggilan hidupnya menjadi pedagang, ada polisi, ada pendidik, ada wiraswasta, ada pengacara, ada pegawai, ada petani, ibu RT, perawat, tukang dll. Pendorongnya pun bisa karena kebutuhan anak, keperluan isteri/suami, kepentingan orang-tua, kebutuhan masyarakat, kepentingan teman ataupun guna mengaktualisasikan diri; selain juga mungkin gabungan beberapa di antaranya. Itulah yang menjadi keberadaan kita, kebermaknaan hidup kita; hidup memang pengabdian yakni hidup yang bersifat melayani.
Perbaikan hidup itu marilah kita mulai dari diri sendiri, dari hal yang kecil dan dari saat ini juga. Biasakanlah kebenaran dan bukan benarkan kebiasaan. Senangilah apa yang dilakukan; dan bukan lakukan apa yang disenangi. Hidupkanlah sugesti positif dan hilangkan sugesti negatif. Mari ikuti proses sesuai hukum alam (sunnatullah), turuti mana yang lebih benar, pikiran terbuka. Sekali hidup hendaklah berarti! Bismilah. Respons lebih jauh email ke: muhnas_pabelan@yahoo.co.id atau naspabelan@yahoo.com.
Bukalah kembali Alquran, cari surat al-Ahqaf yakni surah ke-46 pada ayat ke-15 tertera secara jelas tuntunan doa bila seseorang sampai di usia 40 tahun. Bacalah dengan hati, pahamilah isinya, rasakan cita-rasanya. Sungguh dengan didasari doa tulus,  harapan tercapainya akan lebih berpeluang daripada yang tanpa doa. Ok dan sampai bertemu!

BMT AMMAN di BMT BUS

Studi Banding BMT AMMAN
Di KSPS-BMT BUS Lasem Rembang
Hari Sabtu, 17 Maret 2007


Skenario Proses Studi Banding:
Berangkat Muntilan Jumat, 16 Maret 2007 jam 20.00
Sampai di BMT BUS Sabtu, 17 Maret 2007 jam 04.00 Subuh
MCK dan makan pagi jam 06.00 siaga
06.30-12.00     Berada di lapangan/kantor sesuai bidang tugas
12.00-13.00     dhuhur dan makan siang
13.00-15.00     diskusi dan tukar pengalaman
15.00-18.00     ashar, wisata, shopping, makan malam
Pulang kembali ke Muntilan jam 20.00 dan sampai di Muntilan jam 04.00 Subuh Ahad

1.      Dasar Pemikiran
·         BMT AMMAN bersiaga untuk maju dan berkembang secara optimal sehingga perlu membaca pengalaman lewat BMT BUS yang relatif lebih dahulu maju
·         BMT BUS dipandang tepat sebagai model karena (i) telah memiliki 26 cabang hingga di Yogya dan Tuban Jatim selain Rembang dsk (ii) jumlah karyawan lebih dari 200 orang, (iii) telah mendapatkan Sertifikat ISO 9001-2000 serta (iv) relatif harmonis hubungan antara pengurus dengan pengelola
2.      Maksud dan Tujuan
·         Mendapatkan gambaran konkret sekaligus menantang soal pengelolaan BMT yang relatif benar, lurus dan profesional serta Islami
·         Menjalin silaturahmi dan kerjasama yang saling menguntungkan dengan lembaga sejenis di tempat lain sekaligus sebagai sparring partner
3.      Model Studi Banding (Kekhususan)
·         Datang di BMT BUS dan siap jam 06.30 pagi untuk mengikuti/membersamai karyawan/pengurus yang dibidik-sebidang akan segala aktivitasnya pada hari itu baik di pasar/lapangan maupun di kantor dan kegiatan lainnya hingga dhuhur
·         Setelah makan siang ikut acara bersama di aula untuk membedah lembaga BMT BUS dan sharing pengalaman seputar operasional KSPS-BMT
4.      Hal Penting (DIPERSIAPKAN SEBAIK-BAIKNYA)
·         Cakupan bidang tugas masing-masing orang/personalia yang kini menjadi kewajiban kerjanya di BMT
·         Inventarisasikan semua permasalahan di lapangan yang pernah terjadi ataupun pertanyaan yang perlu diajukan seputar hal tersebut baik mengenai kaidah, norma, cara, efektivitas, kiat, pengalaman, dll sekaligus menuliskannya secara lengkap untuk diajukan/ditanyakan ke personalia di BMT BUS
·         Setiap orang, segenap bagian dari BMT AMMAN dimohon menuliskan segala hal yang menjadi masalah tersebut dan menanyakan ke “pasangannya” di BMT BUS.
5.      Biaya
·         Transportasi Muntilan-Lasem PP 1 bus (27 orang)                 1.400.000,-                 
·         Akomodasi-makan-minum selama proses                               1.200.000,-
·         Dokumentasi, PPPK, souvenir, dll                                         1.000.000,-
·         Lain-lain                                                                                     400.000,-
      Jumlah                                                                                   4.000.000,-

6.      Format ”Pasangan” yang dibuat:
·         Pengurus BMT AMMAN dengan Pengurus BMT BUS
·         Pengawas Syariah BMT AMMAN dengan Pengawas Syariah BMT BUS
·         Manajer  dan Kacab BMT AMMAN dengan GM-Manajer BMT BUS
·         Marketing BMT AMMAN dengan marketing BMT BUS
·         Operasional BMT AMMAN dengan operasional BMT BUS
·         Personalia BMT AMMAN dengan personalia BMT BUS

Pengantar

Bermula dari keinginan untuk maju, bisa menerobos masalah dan meningkat prestasinya maka direncanakanlah sebuah kegiatan yang konstruktif sekaligus rekreatif. Adakah itu? Studi banding di lembaga sejenis dipilih yang tidak-amat-jauh dan jatuhlah ke BMT Bina Ummat Sejahtera (BUS) Lasem Rembang. Demikianlah cerita itu bermula. Alhamdulillah segala sesuatunya seolah memang “pas-pasan” alias serba kebetulan. Kebetulan awak lembaga BMT AMMAN merasakan perlu untuk rekreasi; kebetulan komunikasi Muntilan-Lasem terantarai juga oleh ormas aktivitas Muhammadiyah; kebetulan pula momentumnya tepat. Bismillah berangkatlah Jumat tanggal 16 Maret 2007 jam 21.30 wib kita ber-22 orang sejak dari pengurus, pengawas hingga segenap karyawan naik dalam satu bus kecil sampai di Lasem pada dini hari Sabtu, 17 Maret 2007 jam 03.00 wib.
Setelah melepas lelah tidur di mushala BMT BUS barang satu jam, shalat Subuh berjamaah kemudian berbenah (MCK) hingga bersih-rapi siap sedia jam 06.15 wib untuk memulai studi banding. Tepat jam 06.30 dimulailah dengan acara berjalan kaki 200 meter ke pasar Lasem kita semua berbatik seragam untuk mencermati sebuah kantor di kios pasar lengkap dengan kesibukannya. Hingga jam 08.15 wib kita lakukan aneka kegiatan di kantor cabang itu (wawancara dengan manajer dan petugas-petugas), mencermati tenaga marketing bersibuk di pasar itu bahkan beberapa orang ikut menyertainya mengambili uang dari para anggota/nasabah. Sungguh saat itu merupakan pagi yang barokah, penuh pelajaran. Lasem memang tidak sebesar dan seramai Muntilan meskipun sama-sama kota kecamatan.
Kembali ke kantor pusat di Jalan Raya No. 16 Lasem kita makan pagi di kantin belakang kantor. Kemudian mulai jam 09.00 wib kita membagi diri menjadi sembilan kelompok/bagian untuk berbincang mendalam dengan masing-masing kepala bagian: administrasi/operasional, keuangan, pembiayaan, marketing, pendampingan, IT, HRD/SDM, Internal Audit, dan Simpanan. Ada yang sekelompok itu terdiri atas tiga orang dan ada yang cuma dua orang dengan prinsip relevansi-pemerataan. Semuanya mendapatkan ’pasangan’, selain yang sakit tetap di bus. Tampaknya masing-masing bisa asyik, cukup mendalam bahkan cenderung amat dalam. Segala hal bisa ditanyakan secara leluasa bahkan eloknya bisa dicopy-filenya. Hingga jam 10.00 kita lakukan wawancara terfokus tersebut.
Kemudian ketika pak Haji Abdullah Yazid sang ketua pengurus hadir maka pertemuan umum dilaksanakan di lantai teratas dihadiri oleh segenap kita serta dari pihak BMT BUS ada 5 orang pejabat terasnya. Bukan main memang. Pak Yazid ini sosok pemimpin yang khas, local genius, penuh tenaga, kuat ruh, kuat otoritas serta super sibuk. Sayang memang tidak bisa lama kita mengangsu kawruh; beliau harus melayat mertua bupati. Tetapi sebelumnya sempat pula membakar semangat teman-teman, memperlihatkan otoritasnya yang tinggi, menjawab berbagai pertanyaan, juga bertukar cinderamata sesama ketua pengurus. Masih terngiang betul nasihatnya tentang tiga hal bila kita mau maju yakni (i) manfaatkan orang pintar, (ii) bangun komunikasi yang baik, serta (iii) jalankan dengan amanah. Kuburan pengelolaan BMT itu cuma dua yaitu NPL dan penyelewengan karyawan. Ini jihad; bukan bekerja biasa; jika mendapatkan ghanimah maka kita makan bersama-sama. Usai pak Yazid pergi kita kemudian dibersamai oleh para manajer BUS.
Saat dhuhur tiba kita semuanya berjamaah kemudian bergantian makan siang. Nikmat bukan main rasanya makan ketika lapar setelah bekerja cukup keras yakni studi banding ini. Usai itu semuanya jam menunjukkan pukul 13.15 wib dan kita diantar pak Soleh dari bagian marketing untuk pergi ke pantai Bonang berjarak 3 km guna berwisata sekadarnya selain membeli oleh-oleh berupa ikan asin kering: cumi-cumi, terasi, layur, jambal, dan lain-lain. Sementara beberapa orang kita ada yang berjalan hingga pekuburan Sunan Bonang beberapa orang lainnya justru dirubung oleh anak-anak yang meminta-minta. Inilah potret lain yang tampak dari Lasem, pantura, wisata, gersang, ikan asin. Setelah cukup memborong ikan asin itu maka dimulailah perjalanan panjang menuju Muntilan. Perjalanan relatif lancar kecuali menjelang Bawen yang macet-menyemut karena kebetulan menjelang hari libur Ahad-Senin serta saat keluarnya para buruh dari pabrik. Mampir makan malam di Secang maka bus kita sampai di Muntilan jam 21.05 wib . Alhamdulillah.
Berikut ini laporan teman-teman semua mengenai hasil kunjungan BMT AMMAN ke BMT BUS itu. Sebagai laporan yang otentik maka tetap dipertahankan adanya seperti yang ditulis langsung oleh masing-masing orang. Kemudian kita satukan, dikliping. Selamat membaca dan mencermati perubahan paradigma yang terjadi di BMT AMMAN ini.


Profil KJKS BMT AMMAN 2010



Profil KJKS BMT AMMAN
Tahun 2010
Pengantar
Tidak mudah membuat rumusan singkat mengenai lembaga ini. Bukan karena usianya atau usaha dan skalanya, namun lebih karena keunikannya. Saat ini usianya 11 tahun, asetnya 6,5 M dengan 1 kantor pusat dan 6 kantor cabang serta 24 orang karyawan. Namun perolehan itu, dicapai lewat jalan dan cara yang unik sejak dari proses kelahirannya, proses belajar-berjalannya, proses berkembangnya hingga mampu seperti yang ada saat ini. Segala sesuatunya berproses setapak demi setapak, setingkat demi setingkat sesuai karakter lembaga, karakter pengurus, karakter pengelola bahkan keluarga besar ataupun komunitas BMT dan sunnatullah yang membersamainya. Itu semua menegaskan bahwa memang tidak mudah membuat rumusan singkat lembaga ini.
Gambaran sekilas lembaga ini bisa dibaca dari tabel berikut :
Perkembangan kelembagaan BMT AMMAN
(per periode kepengurusan)
No.
Tahun period
Tantangan utama
Ikhtiar prioritas
Hasil siginifikan
Jumlah Pengurus
Kantor (unit)
Jumlah Karyawan
Asset (Milyar)
1.
1999-2001
Eksistensi lembaga
Perintisan usaha
Berdiri tegak
3 orang (SS, AI, LD)
1 pusat
3 orang
0,124
2.
2002-2003
Berjalannya usaha
Pelihara dan dampingan
Mampu berjalan
3 orang (MN, ANA, WB)
1 pusat
6 orang
0,661
3.
2004-2006
Jati-diri dan karakter lembaga
Penemuan dari eksplorasi
Rumusan visi-misi, budaya
3 orang (MN, ANA, HS)
1 pusat;  1 cabang; 1 kas
17 orang
3,016
4.
2007-2009
Guncangan internal lembaga
Penguatan dan konsolidasi
Bertahan; Program s.d. 2012
5 /4 orang (MN, EP, NEP, ANA)
1 pusat; 6 cabang
24 orang
6,438
5.
2010-2012
Profesionalisasi lembaga
Perluasan ekspansi





6.
2013-2015
Standarisasi nasional
Rasio usaha





7.
2016-2018
Standarisasi Internasional






8.
2019-2021
Globalisasi ekonomi 1






9.
2022-2024
Globalisasi ekonomi 2
















Keterangan: Isian untuk tahun 2010 hingga 2024 masih prediktif dan bersifat tentatif. 

Perkembangan Data Kuantitatif Sepuluh Tahun Pertama
Tahun
Unit (kary)
Anggota
Modal
Aset (M)
Dana p ketiga(M)
Pembiayaan (M)
Laba bersih (Jt)
SHU (Jt)
1999
1(3)
39

0,058




2000
1(3)


0,098




2001
1(3)


0,124




2002
1(5)


0,258




2003
1(6)


0,661
0,459
0,690
25,411
15,610
2004
2(10)


1,402
0,576
0,777
39,984
36,809
2005
2(14)


1,936
1,644
1,259
43,529
12,329
2006
3(17)


3,016
2,578
1,968
7,641
5,005
2007
4(22)


3,569
3,144
2,118
42,198
27,639
2008
5(21)


5,081
3,861
3,120
34,898
22,918
2009
7(24)


6,438





Kegiatan Bermakna Sepuluh Tahun Pertama
Tahun
Tanggal
Kegiatan bermakna
Tempat
1999
1 Maret
Pendirian BMT AMMAN
Kantor awal sewaan
4 Nov.
Legalitas formal Badan Hukum KSU KANDA
Kankop UKM Kab.
2000

Perintisan tradisi Rapat Anggota Tahunan (RAT)
Pucungrejo
2001

Pembangunan kantor milik  sendiri
Ngadiretno Muntilan
2002

Pelatihan Manajemen ZIS bagi Takmir Masjid
Darul Arqam Muntilan
2003

Perintisan tradisi rekruitmen terbuka karyawan
Tamanagung
2004

Pembukaan cabang Bandongan
Bandongan
2005

Pindah kantor pusat mendekati pasar utama
Pucungrejo
2006
1 Maret
Jalan Santai diikuti >5000 orang jelang MUSDA
Keliling Muntilan

Pembukaan cabang Talun
Talun, Dukun
2007

Studi banding di BMT BUS Lasem, Rembang
Lasem, Rembang

Studi banding di Lumbung Zakat Tempel, Sleman
Tempel, Sleman

Darul Arqam Pengelola, Pengurus Pengelola
Kaliurang

Rintisan cabang Salam
Sucen, Salam
2008

Pindah kantor pusat milik sendiri
Jl. Pemuda Barat Mtl.

Rintisan cabang Tempuran
Tempuran
2009
17 Agust
Launching Baitul Mal Wazis (BMW) AMMAN
Mungkid


Rintisan cabang Mungkid
Menginduk Muntilan

Prakata
            Bila bukan karena kemurahan dari Allah SWT tentu buku ini belum akan bisa terbit. Oleh karena itu terlebih dahulu mari kita bersyukur atas banyaknya nikmat, rahmat dan petunjuk-Nya yang terterima dan tak mungkin bisa kita hitung. Bersyukur esensinya adalah mendayagunakan pemberian dari-Nya tersebut sesuai dengan maksud Allah memberikannya kepada kita. Maka kita perlu introspeksi akan maksud kesengajaan-Nya memberi kepada kita tersebut. Insya Allah dengan bersyukur itu akan bisa memproduksi kesyukuran-kesyukuran baru berikutnya. Allahumma Amien.
            Isi utama buku tipis ini adalah naskah Visi Bersama BMT AMMAN 2012. Muatan visi inilah yang ingin dikomunikasikan dengan banyak pihak, baik pihak dalam maupun pihak-pihak luar. Semoga dengan buku ini selain jati-diri BMT baik di masa lalu maupun arah-tujuannya di masa depan bisa dipahami, dicermati, juga bisa dijalin kerjasama yang saling menguntungkan, win-win, bersifat mutualistis. Demikianlah harapan utama terbitnya buku tipis ini. Namun untuk kelengkapan informasi maka ditambahilah isi buku ini dengan resumme Sejarah Perjalanan Lembaga, Struktur Organisasi, AD-ART, hingga susunan Pengurus dan Pengelola BMT AMMAN 2007 saat buku ini diterbitkan.
            Secara internal buku tipis ini akan berguna dan dimanfaatkan sebagai pegangan bersama dalam melangkah bergerak menuju ke masa depan lembaga BMT. Seperti kita ketahui bersama bahwa dalam naskah visi ini ada rincian mengenai tujuan (goal) yang akan dicapai dalam beberapa waktu (2012) ke depan; metode-cara dalam menempuhnya, juga target-target yang akan diraih. Meskipun rumusannya sudah cukup jelas tetapi aplikasinya di lapangan juga perlu sense and art, kepekaan dan seni tertentu agar nyata terwujudnya hal tersebut. Kemudian secara eksternal buku tipis ini berguna sebagai semacam profil lembaga singkat yang bisa dipelajari, dicermati untuk semoga bisa dijalin kerjasama yang saling menguntungkan oleh pihak luar.
            Naskah buku ini sudah disiapkan cukup lama, terutama visi bersama 2012. Sejak bulan Juni 2006 proses perumusan sudah dimulai kemudian berlanjut pada diskusi-terbatas dan diskusi-luas yang melibatkan segenap pengelola dan segenap bagian. Baru selesai pada awal tahun 2007, tepatnya bulan Januari, sebelum ada Rapat Anggota Tahunan (RAT). Artinya, penyiapan naskah telah melibatkan banyak pihak dengan rentangan waktu yang tidak sebentar (7 bulan). Oleh karena itu kami pengurus mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak. Di antaranya adalah kepada: Dewan Syariah, Dewan Pengawas Keuangan, Dewan Pengelola serta tokoh masyarakat termasuk personalia Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Magelang yang nyata-nyata telah membantu proses perumusan visi dan juga perjalanan lembaga ini. Semoga Allah SWT melipatgandakan pahala amal saleh mereka semua. Amien.
            Semoga buku kecil-tipis ini meski di sana sini masih ada kekurangannya tetaplah bisa memberikan manfaat dan mendapatkan ridha Allah SWT. Amien. Nashrun minallahi wa fathun qoriib.
Pengantar Pengurus

               Sejak berdirinya 1 Maret 1999 BMT AMMAN terus berupaya bisa memahami  pilihan kerangka yang membersamai kelahiran dan keberadaannya. Kerangka itu terdiri atas empat pilar. Pertama, sebagai lembaga yang berdasarkan syariah Islam, BMT AMMAN secara konsisten berikhtiar menjadikan Islam sebagai sumbernya: sumber ide, sumber gerak, sumber karya dan sumber amal bagi lembaga ini serta segenap pihak yang terlibat di dalamnya. Kedua, sebagai organisasi yang lahir dari kancah persoalan kehidupan masyarakatnya, BMT AMMAN secara konsisten selalu terlibat dan tetap concern dalam berpihak, memahami serta memandu masyarakat dan ummat demi kebaikan, kelurusan dan kebaikannya. Ketiga, sebagai usaha di bidang ekonomi, BMT AMMAN konsisten mengelola usahanya secara profesional dengan target kuantitatif-kualitatif yang jelas, terukur serta pelayanan standar yang unggul baik secara kompetitif maupun secara komparatif. Keempat, sebagai salah satu mata rantai perjuangan ummat Islam, BMT AMMAN secara konsisten siap menjalin dan bekerja sama dengan lembaga manapun yang menuju pada terwujudnya cita-cita masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
               Kerangka empat pilar tersebut telah membangun-membuat koridor-jalan bagi program dan kegiatan yang sesuai dengan jatidiri BMT AMMAN sekaligus juga menolak program-kegiatan yang bertentangan dengannya. Untuk menjalankan program-kegiatan tersebut dibentuklah sebuah kepengurusan yang bertugas memimpin proses penyelenggaraannya. Pengurus ini dipilih dan ditetapkan oleh lembaga tertinggi koperasi yakni forum Rapat Anggota Tahunan (RAT) untuk masa bakti selama tiga tahun. Sampai kapanpun pengurus sebagai representasi segenap stakeholder BMT AMMAN berikhtiyar untuk selalu bisa berkembang, hidup, bergerak dan memperbaharui diri. Visi Bersama BMT AMMAN 2012 merupakan salah satu ikhtiyar tersebut. Tetapi tentu kita tidak akan berhenti di tahun itu apalagi berhenti pada rumusannya. Entah kapan dan bagaimana caranya tentu akan ada pembaruan visi dan misi BMT AMMAN hingga tahun 2017, 2022, 2030, atau tahun 2040 dan seterusnya. Sebab BMT AMMAN akan menjadi bermakna hanya ketika mampu memberikan manfaat kepada ummat dan bangsa. Semakin bermanfaat akan semakin bermakna. Demikian pengantar singkat ini disertakan sebagai ikhtiyar peneguhan kembali komitmen bersama untuk memperjuangkan nilai dan kebenaran Islam lewat lembaga BMT AMMAN kita bersama ini.
               BMT AMMAN disengaja diberdirikan untuk waktu yang tidak terbatas atau untuk memproduksi kemanfaatan seluas dan selama mungkin. Bila boleh memilih ya pilih untuk satu abad dengan jangkauan nasional Indonesia. Konsekuensinya memang kita wajib berkompetisi di tingkat nasional bahkan internasional. Oleh karena itu upaya meraih sertifikat ISO ataupun medali internasional atau nasional tentu dengan sengaja kita fasilitasi. Bismillah. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, maka kita mati meninggalkan lembaga prestisius BMT AMMAN. Insya Allah.

Sejarah Perjalanan dan Kelembagaan
            Setiap kejadian dikerangka oleh tempat dan waktu selain oleh situasi yang menyertai. Setiap sesuatu yang “hidup” selalu punya masa lalu, masa kini dan masa datang. Setiap perjalanan hidup selalu mengikuti hukum alam (sunnatullah) yang berlaku atasnya. Setiap amal-laku selalu dinilai dari niat yang tersemat dan diproses sesuai tingkat kesungguhan dalam memperjuangkannya. Setiap pergerakan dan perubahan sudah seharusnya dilandasi oleh kelurusan niat, kebenaran arah, kesungguhan proses serta kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi sesama.
            Ketika Adi Sasono diangkat dan naik menjadi Meteri Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah tahun 1998-1999, ketika itulah keberpihakan pemerintah RI kepada rakyat mulai tampak nyata. Selaku Menkop UKM Adi Sasono memformat pemberdayaan rakyat mayoritas dengan berbagai program. Di antaranya untuk wilayah Kabupaten Magelang ada 10 buah kelompok usaha yang mendapatkan fasilitas kredit; salah satu di antaranya bernama Kelompok Usaha Karya Anak Muda (KOPKAM) yang dikelola oleh para aktivis dan secara formal mendapatkan rekomendasi Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Magelang. Dengan legalisasi itulah KOPKAM mendapatkan pinjaman kredit lunak sebesar Rp 58.925.000,-- (lima puluh delapan juta sembilan ratus dua puluh lima ribu rupiah).
            Mengikuti pola pengelolaan saat itu, dibentuklah sebuah Koperasi Serba Usaha (KSU) dengan nama Karya Anak Muda (KANDA). Dipilihlah kemudian dua bentuk usaha, yakni usaha bidang perdagangan dan usaha bidang simpan-pinjam. Usaha perdagangan itu sempat memiliki banyak komoditas bahkan mesin fotokopi namun pada akhirnya ditutup dan dibekukan karena selalu mengalami defisit, kerugian; sedangkan usaha bidang simpan-pinjam yang memilih sistem syariah justru berkembang cepat hingga kemudian berbentuk formal sebagai lembaga keuangan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dengan nama Muammalah Mandiri (AMMAN).
            Kesepakatan bersama antara PDPM Kabupaten Magelang dengan KSU KANDA pada tanggal 18 September 2000, menegaskan bahwa lembaga yang mendapatkan rekomendasi PDPM ini merupakan salah satu amal usaha PDPM. Konsekuensi selanjutnya PDPM menyertakan pengurus hariannya atau yang ditunjuk untuk menjadi anggota koperasi dan sebagai Dewan Pengawas dengan hak dan kewajiban yang sama dengan lainnya. Laporan tertulis KSU KANDA kepada PDPM secara berkala tiga bulanan dan PDPM berhak atas 15% SHU (asset kurang dari Rp. 300.000.000,00) atau 20 % SHU (asset lebih dari Rp. 300.000.000,00) pada Rapat Anggota Tahunan (RAT). Demikian kesepakatan yang ditandatangani oleh Drs. Jumari (Ketua PDPM) dan Drs. Suryo Sukoco (Ketua KSU KANDA) serta saksi – saksi di antaranya adalah Drs. Nur Edy Pratiknya, Arqom Irawanto,S.Ag. Drs. Sugiyono, M.Si dan Hermawan Sulistyanta.
            Tanggal 15 Maret 2002 dalam pertemuan yang melibatkan pihak PDPM dan pendiri serta pengurus baru KSU KANDA ( Drs. Muhammad Nasirudin, Drs. Ahmad Nordin Arif, Budiarto Widodo, SH) telah diperbaharui kesepakatan terdahulu. Bahwa hak PDPM atas SHU seperti tersebut dalam kesepakatan akan diambilkan dari dana cadangan/perkembangan yang perhitungannya transparan meskipun tidak akan ditarik /diambil oleh PDPM sebagai wujud kepemilikan atas usahanya ini.
            Dalam perjalanan selanjutnya diadakan berbagai penyempurnaan seperti bentuk lembaganya menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT AMMAN. Kemudian untuk lembaga baitul maal memilih berbentuk Rumah Zakat AMMAN (RZA) Magelang. Pada RAT awal tahun 2007 telah disepakati rumusan Visi Bersama BMT AMMAN 2012 dan secara bertahap insyaAllah akan dicapai-diraih dengan senantiasa memohon petunjuk-Nya serta ikhtiyar yang tidak kenal lelah dari segenap pihak. Bismillah.
Kepengurusan dan Kepengelolaan
Pengurus Lengkap periode 2007-2009 ini sebanyak 11 Orang terdiri atas
Ketua                              : Muhammad Nasiruddin, MA
Sekretaris                       : Drs. Ahmad Noordin Arif;
                                          Eko Prasetyo, S. Pd.
Bendahara                     : H. Hermawan Sulistiyanta, SH;
                                         Drs. Nur Edy Pratiknya
Pengawas Keuangan     :  Iwan Hermawan, SE; H. Syaefuddin Ahmad
Pengawas Syariah         :  Drs. H. Fatoni
                                          KH Abdul Malik
                                          Suradi, S.Ag
                                          Drs. H. Qomari Baidjuri

Pengurus BMT AMMAN dari periode ke periode sejak berdirinya:
Periode
Ketua
Sekretaris
Bendahara
1999 - 2001
Drs. Suryo Sukoco
Arqom Irawanto, SAg
Lisnia Damayanti, AMd
2002 – 2003
(3 orang)
Muhammad Nasiruddin
Ahmad Nordin Arif, SPd.
Widodo Budiarto, SH
2004 – 2006 (3 orang)
Muhammad Nasiruddin
Ahmad Nordin Arif, SPd.
Hermawan Sulistiyanta, SH
2007 – 2009 (5 orang)
Muhammad Nasiruddin, MA
Eko Prasetyo, SPd.; Ahmad Nordin Arif, SPd
Hermawan Sulistyanta, SH; Drs. Nur Edy Pratiknya
2010-2012




Pengelola (manajemen) saat ini sebanyak 20 orang terdiri dari
Manajer                                   : H. Hermawan Sulistyanta, SH (ex officio)
Kabag Operasional/Anggota   : Tri Wahyuni S. Pd.
Umum                                     : Taryono        
Kacab Muntilan/Anggota        :  Muhadi
                                                   Fitria Sari Ambarwati AMd,
                                                   Rizka Fanani,
                                                   Fatchul Mujib,
                                                   Fatchan Amin.
                                                   Andi Prasetyo
Kacab Bandongan/Anggota    :  Ahmad Faisal, SE
                                                   Hani Afifah AMd,
                                                   Yoga Andia Rachman SP,
                                                   Arif Rahman Awaludin SE
Kacab Talun-Dukun/Anggota : Priyo Susanto, SE
                                                  Utami Prafitri, A.Md.
                                                Henry Faisal
                                                Indra Nata
Kas Salam/Anggota                : Putro Prihatmanto SH
                                                  Citra Ningrum Agustina, S.KM.
Kas Tempuran/Anggota          : Eko Budiyanto, S.Pd.I
                                                   Hj. Anna Qurrotul’Aini, S.KM.

VISI MISI KJKS BMT AMMAN 2012
Visi : Terwujudnya BMT AMMAN sebagai Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang profesional, Islami, adil dan akuntabel.
Faktor-faktor Utama :
  1. LKS yang profesional :
    1. Terlaksananya pembagian kerja dan koordinasi yang tersistem
    2. Adanya rencana strategis (renstra) dan rencana operasi (renop) yang terpadu baik secara vertikal maupun horisontal
    3. Terlaksananya program kerja dan kegiatan yang berkesinambungan
    4. Tersedia dan terkembangkannya sumberdaya insani yang memadai
    5. Terwujudnya gerakan bersistem yang diberlakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, berkomitmen dan berkompeten
  2. LKS yang Islami :
    1. Dipelajari, dipahami dan diamalkannya ajaran Islam oleh segenap pihak, pengelola, pengurus serta semua shareholder
    2. Terlaksananya sistem jamaah dan silaturahmi yang akrab bisa saling menguatkan
    3. Berfungsinya layanan publik lembaga dalam kerangka dakwah Islam
  3. LKS yang adil :
    1. Dipelajari, dipahami dan dilaksanakannya prinsip-prinsip keadilan dalam transaksi keuangan antara BMT dengan segenap pihak lain
    2. Terlaksananya pembagian hasil/keuntungan secara adil dan proporsional bagi segenap pihak yang terkait
    3. Diberlakukannya insentif secara adil dan proporsional sesuai dengan tingkat kewajiban dan hak masing-masing pihak
  4. LKS yang akuntabel :
    1. Terlaksananya layanan yang standar, simpatik, terpadu dan handal sehingga memuaskan masyarakat
    2. Bergerak, hidup dan meningkatnya jumlah nasabah, dana pihak ketiga, pembiayaan, aset lembaga serta laba
    3. Tumbuh dan berkembangnya konsolidasi/ekspansi organisasi lembaga di semua lini secara meluas dan merata
    4. Terpadu dan akuntabelnya lembaga untuk mencapai daya saing yang tinggi dalam menjalankan misi ke-Islaman sesuai perkembangan zaman

Misi yang ditetapkan sesuai dengan empat elemennya yang ada di BMT AMMAN adalah
1.  Menyelenggarakan pengelolaan LKS secara amanah dan profesional (oleh Dewan Pengelola)
2.    Menjalin kerjasama sinergis dan membangun jaringan dakwah pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bidang ekonomi syariah (oleh Dewan Pengurus)
3.    Membangun dan membudayakan transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses transaksi finansial (oleh Dewan Pengawas Keuangan)
4.    Membangun kultur Islami dalam segenap aspek kehidupan, khususnya di lingkungan lembaga BMT (oleh Dewan Pengawas Syari’ah)
Gambar 1 Tabel
Matriks Misi :
No.
Misi Lengkap
Indikator/Penanda
Awal/2007
Tengah/2009
Akhir/2011
1.
Terselenggaranya pengelolaan LKS secara amanah dan profesional
Teraihnya sertifikat kesehatan usaha
Tertingkatkannya profesionalisme dan kepercayaan lembaga
Teraihnya target kuantitatif dan kualitatif yang ditetapkan
2.
Terjalinnya kerjasama sinergis serta terbangunnya jaringan dakwah pemberdayaan masyarakat khususnya bidang ekonomi syariah
Terbitnya MoU kerjasama BMT dengan lembaga dakwah lain
Terbitnya MoU kerjasama BMT dengan lembaga dakwah tingkat nasional untuk kepentingan lokal
Terbitnya MoU kerjasama BMT dengan 3 (tiga) buah lembaga lain yang beraneka-ragam dalam kerangka dakwah
3.
Terbangun dan terbudayakannya transparansi serta akuntabilitas di setiap proses transaksi finansial
Tiadanya complain nasabah soal transaksi finansial
Terbitnya laporan financial standar secara berkala kepada segenap pihak terkait
Terselenggaranya system keuangan yang akuntabel dan transparan secara kontinyu
4.
Terbangunnya kultur Islami dalam setiap aspek kehidupan khususnya di lingkungan BMT
Terselenggaranya pengajian dan kajian PHIWM secara berkala dan berkelanjutan
Tersedianya sarana-prasarana ibadah lengkap di semua kantor BMT
Tiadanya complain soal penerapan ajaran Islam dan suasananya dalam kehidupan ber-BMT

Hal yang dituju untuk bisa dicapai pada tahun 2012 bagi BMT AMMAN adalah : Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah (LKMS) yang sehat, progresif dan Islami.
Matriks Tujuan :
No.
Komponen
Indikator
Alat Pembuktian
1.
LKMS yang sehat
a.       Terbentuknya struktur usaha dan prospek usaha yang bagus
b.      Terkendali dan terkoordinasi gerakan lembaga secara menyeluruh
Hasil Audit Lembaga
Job deskripsi dan kinerja
2.
LKMS yang progresif
a.       Aktif merencanakan, melakukan dan mengevaluasi usaha/kegiatan
b.      Punya jaringan dengan lembaga profesional berskala nasional
c.       Memiliki 5 kantor cabang yang kuat
d.      Proaktif terhadap perubahan lokal dan regional
Dokumen kegiatan
MoU

Berdiri-berjalan
Dokumen kebijakan

3.
LKMS yang Islami
a.       Dipelajari-diamalkannya nilai-nilai ke-Islaman dan kemanusiaan
b.      Terbangunnya suasana Islami dan manusiawi di dalam lembaga BMT
Pengajian Rutin, Aura
Dokumen kegiatan

     Tantangan Nyata
1.       Masih lemahnya infrastruktur, struktur dan suprastruktur BMT AMMAN
2.       Masih rendahnya kualitas sumberdaya insani BMT AMMAN
3.       Belum tingginya partisipasi masyarakat dalam membangun ekonomi berjamaah khususnya di lembaga BMT AMMAN
4.       Menyeruaknya masalah umum di masyarakat saat ini yakni krisis ekonomi berkepanjangan, menurunnya kualitas hidup manusia, melonggarnya tata nilai sosial sehingga kualitas kerukunan hidup, keamanan, ketertiban dan kesadaran hukum di masyarakat menurun.
5.       Terbukanya era persaingan bebas dunia yang menuntut tersedianya segala sesuatu yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif .

Konsolidasi Organisasi
a.       RAT diadakan setiap tahun pada antara bulan Januari sampai dengan Maret
b.      Pleno paripurna pengurus-pengelola-pengawas diadakan minimal triwulan sekali
c.       Rapat internal pengurus, rapat internal pengawas syariah, rapat internal pengawas keuangan serta rapat internal pengelola diadakan secara fleksibel sesuai dengan derajat kebutuhan masing-masing.
d.      Pemanfaatan momentum SEWINDU BMT AMMAN, 1 Maret 2007
e.      Pemanfaatan momentum DASA WARSA BMT AMMAN, 1 Maret 2009
f.        Pemanfaatan momentum SELUSIN  BMT AMMAN, 1 Maret 2011

Ekspansi Organisasi
g.       Pendirian Cabang Baru BMT AMMAN
h.      Perintisan untuk menjadi BPRS BMT AMMAN

Kegiatan Bermakna pada Sepuluh Tahun Pertama:
Tahun
Tanggal
Kegiatan bermakna
Tempat
1999
1 Maret
Pendirian BMT AMMAN
Kantor awal
4 Nov
Legalitas formal Badan Hukum KSU KANDA
Kankop UKM Kab.
2000



2001

Pembangunan kantor milik  sendiri

2002

Pelatihan Manajemen ZIS bagi Takmir Masjid
Darul Arqam Muntilan
2003



2004

Pembukaan cabang Bandongan
Bandongan
2005

Pindah kantor pusat mendekati pasar utama
Pucungrejo
2006

Jalan Santai diikuti >5000 orang jelang MUSDA
Keliling Muntilan

Pembukaan cabang Talun
Talun, Dukun
2007

Studi banding di BMT BUS Lasem, Rembang
Lasem, Rembang

Studi banding di LZI Tempel, Sleman
Tempel, Sleman

Darul Arqam Pengelola, Pengurus Pengelola
Kaliurang
2008

Pindah kantor milik sendiri
Jl. Pemuda Barat Mtl.
2009
17 Agust
Launching Baitul Mal Wazis (BMW) AMMAN
Mungkid
































Perkembangan Kuantitatif Sepuluh Tahun Pertama
Tahun
Unit (kary)
Anggota
Aset (M)
Dana ketiga (M)
Pembiayaan (M)
Laba bersih (Jt)
SHU (Jt)
1999
1(3)
39
0,058




2000
1(3)

0,098




2001
1(3)

0,124




2002
1(5)

0,258




2003
1(6)

0,661
0,459
0,690
25,411
15,610
2004
2(10)

1,402
0,576
0,777
39,984
36,809
2005
2(14)

1,936
1,644
1,259
43,529
12,329
2006
3(17)

3,016
2,578
1,968
7,641
5,005
2007
4(22)

3,569
3,144
2,118
42,198
27,639
2008
5(21)

5,081
3,861
3,120
34,898
22,918
2009
7(24)

6,5