Senin, 24 November 2014

Haji: Perjalanan Air Mata dan Air Keringat

bÏiŒr&ur Îû Ĩ$¨Y9$# Ædkptø:$$Î/ šqè?ù'tƒ Zw%y`Í 4n?tãur Èe@à2 9ÏB$|Ê šúüÏ?ù'tƒ `ÏB Èe@ä. ?dksù 9,ŠÏJtã ÇËÐÈ
1.   Undangan Haji. Undangan untuk menjalankan ibadah haji sudah dikumandangkan oleh Nabi Ibrahim AS kepada segenap manusia penghuni bumi Allah ini (QS al-Hajj [22]: 27). Tidak satu pun yang terlewati. Namun manusia yang mampu memenuhi undangan itu terbatas, sedikit. Yakni hanya yang terbukti bersungguh-sungguh hidupnya memprioritaskan dan mementingkan ibadah haji sehingga dirinya sampai pada kondisi istitha’ah  mampu. Mampu secara biaya, sarana, ilmu, juga stamina-mentalitas, sosial, dll. Oleh karena itu kalimat spontan yang dituntunkan adalah: “Kupenuhi panggilan-Mu, ya Allah, kupenuhi”. Talbiyah tidak henti-henti.

2.   Lakon drama kolosal. Menjalankan ibadah haji di Mekah dan sekitarnya bersama jutaan orang dengan laku dan pakaian yang sama sungguh ibarat drama kolosal. Aktor-aktrisnya adalah setiap jamaah haji, yang memerankan tokoh Nabi Ibrahim AS, Dewi Hajar juga Nabi Adam AS. Sutradaranya adalah Allah SWT, lewat perintah-Nya; temanya pertentangan antara taat kepada Tuhan Allah dengan Syetan; scene-nya Masjidil Haram Arafah Muzdalifah Mina; simbolnya Ka’bah Jamarat Shafa-Marwa; pakaiannya ihram; setting waktunya siang malam pagi sore. Setiap jamaah haji yang datang dari segenap penjuru dunia nyata melaksanakan peristiwa-laku simbolis penuh makna itu: thawaf, sa’i, tahalul, wukuf, mabit. Konon, aktor-aktris yang bagus adalah yang sangat terkesan kepada pribadi tokoh yang sedang diperankannya itu: laku-lakon Ibrahim, laku-lakon Hajar, laku-lakon Adam.

3.   Rukun Islam. Bangunan Islam terbentuk atas lima unsur: Syahadatain, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji. Syahadatain merupakan pondasi, shalat merupakan tiang penyangga, zakat adalah pintu-ventilasi, puasa sebagai pagar tembok bangunan dan haji sebagai atap-penutupnya. Itulah struktur bangunan lengkap. Sedangkan pendekatan baru atas Rukun Islam ini dalam dimensi proses  bisa jauh lebih menantang-mendorong untuk aktif-maju-naik. Syahadatain memproses manusia menjadi makhluk ruhani; Shalat memproses menjadi makhluk pribadi, Zakat memproses menjadi makhluk budaya, Puasa memproses menjadi makhluk sejarah, serta Haji memproses manusia menjadi makhluk sempurna, Insan Kamil.

4.   Kuatkan kemantapan beribadah. Apapun kondisinya ikhtiarlah guna mampu laksanakan ibadah haji dengan maksimal. Bahkan hingga carilah kesempatan meskipun ada dalam kesempitan-keterbatasan. Boleh jadi inilah haji terakhir kita, ibadah terakhir kita, doa terakhir kita-lafalkan, peran terakhir kita-lakukan, kalimat terakhir kita-ucapkan, napas terakhir kita hembuskan, waktu terakhir kita di alam fana ini. Jangan risau akan letak maktab jauh-dekat, anggota regu-rombongan tua-muda, kloter awal-akhir, gelombang satu-dua. Itu sekadar qur’ah, hasil ‘undian’. Selalulah jaga Sikap Mental Positif (SMP), cara pandang kreatif. Prioritaskan untuk beribadah mumpung di Madinah dan Makkah. Bukalah lebar-lebar campur-tangan Tuhan Allah dalam gerak langkah kita, nasib kita, masa depan kita. Insya Allah kehadiran Tuhan dalam hidup kita akan lebih nyata dan terasa. Itulah artinya kita semakin mengikuti kehendak-Nya, yakni pilih orbit kita sendiri di tengah thawaf berjuta manusia lainnya.


5.   Haji Tamattu’. Inilah pilihan haji paling ringan, banyak dipilih jamaah, yakni berihram untuk ibadah Umrah selesai lantas berihram lagi tanggal 8 Zulhijjah untuk ibadah Haji selesai, meskipun harus dengan membayar dam seekor kambing. Dibanding Haji Qiran yang lebih berat, menyatukan dalam kesatuan ibadah Haji dan Umrah, ataupun dibanding Haji Ifrad yang dahulukan ibadah Haji baru kemudian ibadah Umrah, tentu berihram lebih lama-berat. Kerinduan kita untuk segera melihat Ka’bah begitu sampai di Mekkah terpenuhi saat ibadah Umrah, dan bisa berkali-kali lagi saat berpakaian biasa menunggu masa ibadah haji. Ibadah haji juga dilakukan nyaman hingga tuntas. Meski begitu, proses haji tetaplah perjalanan dengan air-mata dan air-keringat, saat di sini maupun di sana, sendiri pun bersama.

BTM AMMAN

Buletin Edisi No. 06 : Desember 2014 / Safar 1436 Hijrah :

Karyawan Kuat Terpercaya
           
Wahai bapakku, ambillah dia sebagai pekerja, karena sesungguhnya sebaik-baik orang yang kita pekerjakan adalah yang kuat lagi terpercaya,” kata Syafura, putri Nabi Syuaib AS mengenai Nabi Musa AS yang telah menolongnya ambilkan minum bagi ternaknya. Ini kisah yang termuat dalam al-Quran surat al-Qashas [28]: 26. Dalam bahasa sekarang, pekerja-karyawan yang kuat-terpercaya itu adalah yang profesional-berkarakter. Kuat itu profesional berkaitan dengan bidang kerjanya; sedangkan terpercaya-berkarakter itu berkaitan dengan sifat-tabiat-mentalitas dan kebiasaan spiritualnya.
            Profesional-kuat dalam kerja dan kinerja konon dibentuk oleh empat faktor: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengalaman (experience). Seseorang disebut profesional hanya jika kerja-dirinya disangga oleh pengetahuan terkini, sikap terpuji, keterampilan teruji, serta pengalaman yang mendewasakan. Empat faktor atau unsur itu sebaiknya jumbuh-menyatu, saling dukung-menguatkan. Itulah empat kaki profesionalitas untuk kokoh-kuat bekerja.
            Adapun keterpercayaan merupakan totalitas seseorang yang bermula dari hati-qalb-nuraninya. Keterpercayaan itu ibarat kaca yang semakin digunakan atau makin digosok semakin bening-peka memantulkan jatidiri yang dipilihnya. Tetapi sekali terluka akan cacat, jika retak akan selamanya melekat, apalagi jika jatuh hancur akan berkeping-keping hingga binasanya tanpa keterpercayaan lagi.
            Dalam kisah di atas, Nabi Musa AS dipekerjakan oleh keluarga Nabi Syuaib AS itu selama delapan tahun sebagai maskawin untuk menikahi Shafura, putrinya. Kontrak kerjanya adalah sebagai pengelola ternak. Namun ditambahinya sendiri waktu dua tahun dan juga sukarela membantu di luar bidang kontraknya. Proses dan hasilnya memuaskan, kultur-usahanya kuat, ternaknya berlipat ganda namun akhlaknya juga terjaga dan keterpercayaannya meningkat di mata masyarakat. Di akhir kontrak sebelum kembali ke negeri Mesir, keluarga baru Musa-Syafura diberi oleh Nabi Syuaib beberapa ekor ternak sebagai modal bagi hidup pengantin baru. Ya, di mana ada energi positif. di situ ada kebaikan. Di mana ada kesetiaan di situ ada kehormatan. Di mana ada kesungguhan di situ ada kebanggaan. Di mana ada ketulusan di situ ada keajaiban. Where is sincerely there is miracle.

Ayat Unik :
Dia Mendapatimu Bingung
x8yy`urur ~w!$|Ê 3yygsù ÇÐÈ
Dan Dia Tuhan Allah mendapatimu sebagai seorang yang bingung karena tidak ada kepercayaan di masyarakat yang memuaskan nalar-jiwamu lalu Dia Tuhan Allah memberikan petunjuk kepadamu (QS ad-Dhuha [83]: 7)

Hadits Inspiratif :
Anak Akhirat
Dunia akan pergi menjauh dan akhirat akan mendekat. Masing-masing punya anak. Jadilah anak akhirat dan jangan pilih anak dunia. Sungguh hari ini hari beramal dan bukan hisab. Besuk akhirat hari hisab dan bukan hari beramal (HR Bukhari)

Nukilah Tarikh :

Musa Menantu Syuaib
            Musa remaja adalah sosok pembela kaum tertindas-lemah. Ketika Samiri, salah seorang warga lemah disiksa maka spontan Musa membela dengan memukul penyiksanya, Fatun. Seketika itu Fatun mati. Musa memang kuat fisik luar biasa. Musa pun lantas diburu karena Fatun adalah keluarga Firaun penguasa Mesir. Akhirnya Musa pergi menghindar tanpa persiapan sama sekali hingga sampai di negeri Madyan. “Semoga Tuhan menunjukiku ke jalan yang benar,” doa Musa.
Ketika sampai di sumber air dijumpainya ada serombongan lelaki berebut meminumi ternaknya dan di belakangnya ada dua wanita yang menahan ternaknya. Musa  mendekat kemudian menolong kedua wanita itu meminumi ternaknya. Dia kembali berteduh. “Ya Tuhan, sungguh kuperlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku,” doanya lagi.
Pada waktu berikutnya dengan malu-malu salah satu wanita yang ditolongnya mendekat dan berkata, “Bapak kami memanggilmu untuk memberikan balasan atas kebaikanmu”. Ini tentu skenario Tuhan. Musa pun mendatangi bapak wanita tadi, Nabi Syuaib AS dan menceritakan kisah perjalanannya. “Jangan takut engkau di sini. Engkau telah selamat dari kaum yang zalim,” kata Syuaib. Salah seorang putrinya lantas mengusulkan agar Musa itu diambil saja sebagai pekerja keluarganya. Ya, Musa kemudian dikontrak selama delapan tahun sebagai maskawin untuk menikahi Syafura, putri Syuaib. Saksi perjanjiannya adalah Allah dengan isi perjanjian yang dipahami oleh kedua belah pihak. Begitulah.
Sepuluh tahun berlalu, lebih dua tahun dari masa kontraknya, Musa tampil sebagai sosok karyawan-pekerja yang tekun, cerdas dan ikhlas. Keluarga Syuaib itu menjadi kuat, disegani dan hasil peternakannya berlipat-ganda berkembang bagus. Menikahlah Musa-Syafura lantas diberi oleh Syuaib beberapa ekor ternak untuk modal hidup keluarga baru. Namun bagaimanapun Musa rindu kepada tanah-tumpah darahnya Mesir. Kini dengan isterinya dimulailah perjalanan baru, perjalanan kenabian. Musa AS diperintah Tuhan untuk memimpin Bani Israil yang tertindas dan melawan penguasa absolut Firaun. Inilah kisah Nabi yang paling panjang dalam al-Quran. Musuhnya selain Firaun adalah Qarun dan Haman. Negeri yang didatangi juga banyak. Konon usia Nabi Musa AS hingga mencapai 120 tahun.


Sejarah Koperasi Kita Dimulai Tahun 1999
Songsong dan Maknai 2015
16 Tahun BTM AMMAN
Makin Mantap Berderap
Berperan dan berprestasi:
·        Perekat Amal Usaha Muhammadiyah (AUM)
·        Di atas dan untuk semua AUM
·        Kuat dan Terpercaya sebagai KJKS
·        Aman, nyaman dan menguntungkan
·        Kebanggaan Persyarikatan dan Warga

 



Kabupaten Magelang
Sambut Muktamar ke-47
Muhammadiyah dan Aisiyah
di Makasar, 3-7 Agustus 2015
dengan :
·        Tim Sukses Muktamar
·        Diskusi Rabu Legi 10 Kali di Aula Gedung PDM
·        Tim Gebyar Muktamar
·        Apel Milad ke-105 Hijriah; Sabtu 2 Oktober 2014 di 13 PCM Teraktif se-Kabupaten Magelang
·        SKBM ke-17 di Muntilan Ahad, 25 Oktober 2014
·        Lomba Gerak Jalan Antar-Pelajar di Mungkid hingga Borobudur; Sabtu, 15 November 2014
·        Jalan Santai doorprize; Ahad, 16 November 2014 di 7 PCM Terpilih se-Kabupaten Magelang
·