Edisi
03: September 2014 / Dzulqa’dah 1435 Hijriah
Berani
Berdoa
Berani
berdoa? Ya, tidak saja benar tetapi sesungguhnya juga pemberani jika hidup di
zaman yang serba materi sekaligus materialisme seperti sekarang ini masih ada
orang yang tetap berdoa. Artinya, orang tersebut masih memohon pertolongan
Allah SWT guna mengatasi persoalan hidupnya ataupun Allah diikutsertakan dalam
mewujudkan harapan dan cita-citanya. Dikatakan pemberani karena nyatanya sikap
itu bertentangan dengan pemahaman umum-awam bahwa berdoa hanya membuang waktu
dan energi. Sebab, konon lewat banyak usaha yang konkret duniawi saja sebuah
harapan belum tentu bisa tercapai, mengapa dibuang pula waktu dan energi hanya
untuk berdoa yang tidak jelas kepentingan dan juntrung-nya. Bukankah dengan berdoa berarti juga memercayakan
–minimal sebagian—proses keberhasilannya kepada Tuhan Allah?
Memohon
pertolongan kepada Allah SWT sesungguhnya merupakan kelanjutan dan risiko saja
dari proses peribadahan kita manusia sebagai hamba-Nya. Artinya, kosekuensi
logis dari kita telah menyembah kepada-Nya adalah kita memohon pertolongan
kepada-Nya juga (QS al-Fatihah [1]: 4). Oleh karena itu jika kita telah mengaku
dan melakukan penyembahan kepada Allah SWT tetapi ternyata tidak diikuti dengan
permohonan pertolongan kepada-Nya maka berarti kita tidak konsekuen, kita hanya
mengambil sebagian awalnya saja. Ibaratnya antara beribadah dengan memohon
pertolongan ini adalah dua sisi dari sekeping mata-uang yang sungguh tidak
terpisahkan.
Sesungguhnya
kegiatan berdoa bukanlah sekadar berkomunikasi sehingga muncul perasaan dekat
dan memohon pertolongan-Nya, melainkan juga merupakan penorehan kesan yang mendalam
ke dalam jiwa kita sendiri. Apalagi jika secara sadar kita mengucapkan permohonan
itu disertai dengan hati yang khusyu’, sikap yang tenang dan sopan serta yakin
bahwa kelak akan dikabulkan oleh Allah ta’ala. Dengan demikian orientasi berdoa
ini selain ada arah ke atas juga ada arah yang ke dalam, yakni bereratan dengan
spiritualitas-mentalitas kita sendiri.
Banyak
doa yang seolah mustahil namun nyatanya terwujud nyata berikutnya. Di antaranya
adalah doa monumental Nabi Ibrahim AS: Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di
lembah yang tiada tanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati …dan berilah mereka
rezeki berupa buah-buahan. Semoga mereka bersyukur (QS Ibrahim [14]: 37).
Bukankah saat ini buah-buahan, apapun dan berapapun, melimpah ruah di tanah
suci Mekkah? Itu kemustajaban doa Ibrahim. Wallahu
a’lam bis sawab.
Nukilan
Sejarah :
HIJRAH (1)
Suatu hari Rasulullah
SAW menyampaikan kepada Abu Bakar r.a. bahwa Allah telah memerintahkannya untuk
berhijrah dan mengajak sahabatnya itu agar berhijrah bersamanya. Spontan
berbinar raut muka Abu Bakar, bersyukur merasakan kegirangannya. Sesaat kemudia
dibelinya dua ekor unta serta mempersilakan Rasulullah untuk memilih mana yang
dikehendakinya. Terjadilah dialog menarik :
“Aku tidak akan menaiki unta yang bukan milikku sendiri,” kata
Rasul.
“Unta ini kuhadiahkan kepadamu, ya Rasul,” jawab Abu Bakar.
“Baiklah,
tetapi aku akan membayar harganya,” jelas Rasul kemudian.
Abu Bakar pun bersikeras
agar unta itu diterima sebagai hadiah, tetapi Nabi tetap menolak hingga pada
akhirnya Abu Bakar pun setuju untuk menjualnya. Mengapa Nabi/Rasul bersikeras
untuk tetap membelinya? Bukankah Abu Bakar itu sahabat dekat Nabi? Sungguh
dalam kasus ini terdapat pelajaran yang berharga.
Rasulullah ingin
mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu yang besar diperlukan juga pengorbanan
dan usaha yang maksimal lagi besar dari setiap orang. Rasul bermaksud berhijrah
dengan segala daya yang dimilikinya, ya tenaganya, pikirannya dan materi bahkan
juga jiwa dan raga beliau. Dengan membayar harga unta itu Rasul mengajarkan
kepada Abu Bakar dan kepada kita pengikutnya bahwa dalam mengabdi kepada Allah
SWT janganlah mengabaikannya dengan hanya mengorbankan sedikit kemampuan,
sedikit pikiran, jangan hanya setengah-setengah selama kita memiliki kemampuan
untuk hal tersebut. Sebab dengan setengah-setengah maka hanya akan setengah
pula hasilnya.
Bina Usaha:
Total
Quality Management (TQM) 3
Gagasan
tentang Management
a.
Manajemen = proses
pengaturan yang terjadi dalam sebuah perusahaan yang tertuju untuk mencapai
mutu yang terbaik/sempurna (the governing
process through which a company achieves quality and excellence)
b.
Henry Fayol (1890)
berhasil merumuskan sebab mengapa suatu perusahaan bisa berhasil atau gagal.
Ternyata perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang segala sesuatunya bisa terencana, terorganisasi,
terkoordinasi, terkomunikasi, terlaksana dan terawasi.
c.
Perusahaan atau
organisasi berproses menjadi TQM dengan usaha merumuskan misi, membentuk visi, menyatakan tujuan-tujuannya,
mengembangkan strategi pencapaian tujuan, memadukan dan mengorganisasikan
sumber-sumber (manusia, daya, uang, tekno), merumuskan sasaran-sasaran, merancang dan melaksanakan rencana,
memantau hasil, kemudian menguji
ulang dan mengubah proses secara keseluruhan apabila diperlukan.
Teknik
Memelihara dan Meningkatkan Disiplin :
1.
Nyatakanlah
penghargaan di muka umum namun celaan dalam tatap muka secara pribadi.
2.
Berilah orang itu
keuntungan atas keteguhannya.
3.
Disiplinkanlah
individu dan bukan kelompok.
4.
Perhatikanlah bahwa
ada dan tidaknya pelanggaran disiplin adalah sengaja tidaknya perbuatan itu
dilakukan;
5.
Perhatikanlah dokumen
seseorang
6.
Perlakukanlah tidak
berat sebelah, konsisten dan berperikemanusiaan
7.
Usahakanlah tidak
pernah mempergunakan hukuman keras terhadap kesalahan sepele;
8.
Apabila mungkin,
pindahkanlah petugas yang baik tetapi tidak cakap;
9.
Lebih baik ajarilah
mereka sehingga mengerti disiplin daripada menakut-nakuti; segeralah memberikan
hukuman kepada yang bersalah dan bebaskanlah yang benar-benar tidak berdosa;
10.
Dukunglah usaha-usaha
perbaikan yang dilakukan bawahan Anda.
Hadits Inspiratif :
Dermawan
dan Kikir
Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan
manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir
jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka.
Orang jahil yang dermawan lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang kikir. (HR
at-Tirmidzi)
Ayat
Unik :
Batas Wewenang Nabi
(ayat)
Jika demikian jelas bukti-bukti tentang kuasa Allah, maka
wahai Nabi agung, berilah peringatan kepada siapapun dan jangan paksakan
kehendakmu karena sesungguhnya engkau hanyalah sebagai pemberi peringatan. Engkau
bukanlah atas mereka penguasa yang boleh memaksakan pendapat, walau itu
tuntunan yang bermanfaat bagi mereka. Karena itu engkau tidak berdosa dan tidak
perlu berkecil hati jika mereka enggan beriman
(QS al-Ghasiyah [88]:
21-22).
Berita :
Percayai
BTM AMMAN
(foto)
Senin, 11 Agustus 2014 jam 11.00 Ketua
PDM, Dr.H. Bambang Surendro, MT, MA; Ketua Pengurus KJKS BTM AMMAN HM
Nasirudin, MA dan Manajer BTM AMMAN Magelang Putro Prihatmanto, SH hadir di
Batikan, Pabelan, Mungkid. Ada acara khusus. Bertiga mereka hadir di rumah Ibu
Hj. Sri Wabiyah-Bpk H. Syahid guna mengapresiasi kepercayaan suami-istri warga
Muhammadiyah ini kepada BTM. Mereka nyata menyimpan dana di AUM bidang ekonomi
ini. PDM merupakan pemilik lembaga BTM, Pengurus merupakan penanggung-jawabnya,
serta Manajemen-Pengelola merupakan pelaksana hariannya.
Mengapa pilih simpan dana di BTM AMMAN?
“Ya,
kan di lembaga punya sendiri,” jelas Hj. Sri Wabiyah. “Terima
kasih dan kami menerima amanat ini,” jawab pak Bambang. “Mari
kita berusaha dan berdoa, semoga transaksi ini bernilai ibadah mendapat
ridha-Nya, juga bernilai muamalah bisa memproduksi kebaikan-keuntungan serta
kemanfaatannya berlipat-ganda bagi umat,” sambung pak Bambang Surendro.
Ibu Hj. Sri Wabiyah-Bpk H. Syahid
merupakan satu dari banyak pihak yang menyimpan dana di BTM AMMAN. Ada yang
akadnya Simpanan Modal Penyertaan (SMP), ada yang sebagai Deposito, ada yang
Tabungan biasa, tentu ada pula yang memenuhi sebagai anggota yakni Simpanan
Wajib dan Simpanan Pokok. Bismilah, mari percayai BTM AMMAN.
Kalau bukan kita, warga persyarikatan, siapa lagi.
Pelengkap:
Bedanya
Hablun min an-Nas
Hablun min Allah tentu berbeda dengan hablun min an-Nas.
Ketika Umar ibn Khattab RA mengumumkan
bahwa beliau membutuhkan seseorang untuk suatu jabatan penting di dalam
kekhalifahannya, beliau didatangi seseorang yang memberikan rekomendasi bagi
seorang lain untuk memegang jabatan tersebut. Umar bertanya dan terjadilah
percakapan berikut ini:
“Apakah
ia tetanggamu, yang kau kenal dari dekat?” Umar bertanya.
“Tidak, “jawab orang itu.
“Apakah
engkau pernah berdagang atau mengadakan suatu transaksi dengan dia?” Lanjut
pertanyaan Umar.
“Belum pernah.”
“Apakah
engkau pernah bermusafir bersama orang ini?”
“Belum pernah.”
“Jadi
bagaimana engkau mengenalnya sehingga engkau berani merekomendasikan untuk
jabatan ini?”
“Aku sering lihat dia sembahyang di
masjid, dan kelihatannya sangat khusyuk serta wiridnya sesudah shalat paling
panjang jika dibandingkan dengan orang lain.”
“Aku
tidak bisa menerima rekomendasi berdasarkan pengamatan tentang hubungannya
dengan Allah yang tidak mungkin dinilai orang lain.” Jelas Umar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar