Terlarang Berputus-Asa
الحمد لله الذى خلق الانسان فى احسن
تقويم فسواه وهداه الى صراط مسفقيم .
اشهدان لا اله الا الله الخالق المعبود
العزيز الرحيم واشهد ان محمدا عبده و رسوله الامين. صلاة و سلاما دائمين عليه و تابعيه باحسان الى
يوم الدين . اما بعد .
فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق تقواه و لا
تموتن الا و انتم مسلمون .
قال
الله تعالى فى قرآن الكريم : و ما خلقت الجن و الانس الا ليعبدون
و قال ايضا : و اذ قال ربك للملائكة إنى
جاعل فى الارض خليفة
Jamaah Jumah rahimakumullah,
Hidup secara benar di dunia ini memang penuh perjuangan. Sebab mayoritas
manusia berkecenderungan tidak benar atau tidak sadar. Berjuang tampaknya merupakan
hakikat hidup manusia; apalagi bagi manusia yang jelas arah hidupnya, konkret cita-citanya,
harapannya juga kemauannya. Berjuang berarti mewujudkan keadaan sehingga menjadi
ideal; atau minimal berjuang mengatasi masalah yang menyerimpung langkah. Sementara
kita ketahui masalah hidup selalu ada, bahkan
kalau kita cermati tampaknya bertambah hari justru bertambah banyak dan
meningkat kualitasnya. Dari masalah pribadi, masalah keluarga, masalah
lingkungan, hingga masalah umum dan masalah negara. Itulah permasalahan hidup
yang sebenarnya merupakan lahan perjuangan hidup kita.
Banyak dan beragamnya masalah yang menghadang hidup merupakan lahan kita
memperjuangkan hidup kita agar menjadi lebih benar, lebih baik juga lebih
indah. Oleh karena itu sungguh terlarang kita untuk berputus-asa bila tertumbuk
masalah besar. Larangan ini tidak hanya karena sikap berputus-asa bisa
menciptakan hal-hal negatif dan destruktif bagi jiwa dan hidup manusia
melainkan berputus asa juga berarti meniadakan iman karena memilih sikap kufur
atas nikmat yang telah diterimanya. Bagaimana rincian dan penjelasan terlarangnya berputus asa? Bagaimana pula cara
mengubah sikap dan keadaan dari berputus asa menjadi yang sebaliknya,
optimistis namun tetap realistis?
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Masalah yang menghadang gerak langkah hidup kita ke depan memang tidak
sedikit dan tidak ringan. Konon menurut pengamatan para ahli, dewasa ini polusi
dan tingkat stress manusia jauh lebih hebat dibanding 5 atau 10 tahun lalu. Itulah
hidup yang sudah berubah, bergerak dan bahkan bertambah. Menjalani hidup
berarti menghadapi dan mengatasi masalah yang menghadangnya. Kadang masalah kecil
dan kadang besar. Apapun masalah yang hadir di hadapan kita sesungguh-sungguhnya
mampu kita atasi manakala kita yakin serta berupaya secara optimal. Sebab Allah
SWT dzat yang mencipta kita dan Sumber segala sumber itu telah menetapkan
kelayakan-kepatutan hadirnya masalah itu dengan kualitas kepribadian kita guna
menghadapinya. Dibuat-Nya setara, pas, sesuai antara masalah hidup dengan
kemampuan masing-masing manusia. Ketetapan tersebut ditegaskan Allah dalam
firman pada QS al-Baqarah [2]: 286.
w ß#Ïk=s3ã
ª!$# $²¡øÿtR
wÎ) $ygyèóãr
4 ÇËÑÏÈ
Allah tidak akan membebani
seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.
Renungan dari firman ini adalah setiap masalah yang dihadapi seseorang
sudah diformat sesuai serta pas untuk dihadapi oleh orang tersebut. Masalahnya
kemudian adalah, apakah orang tersebut meyakini bahwa sesungguhnya dirinya
mampu dan berupaya secara optimal? Untuk inilah maka renungan, pengertian yang
mendasar serta doa tulus dan keyakinan menjadi kunci penting untuk suksesnya
menghadapi masalah hidup kita.
Mari kita urai, masalah apa yang sesungguhnya menghadang kita serta
bagaimana solusinya? Pertama, apakah
sumber masalah kita itu berasal dari perilaku kita sendiri? Jika benar demikian
maka solusinya hanya dengan cara mengubah kebiasaan kita, misalnya boros,
malas, takut, setengah hati, serakah, dll. Kedua,
apakah sumber masalah itu menyangkut perilaku orang lain? Jika benar demikian
maka solusinya dengan cara mengubah metode pengaruh kita, misalnya pengaruh
terhadap teman, bawahan, atasan, tetangga, dll. Ketiga, apakah sumber masalah itu menyangkut hal di luar kendali
kita? Jika benar demikian maka solusinya dengan mengubah cara pandang kita
terhadapnya sebab hal itu hanya bisa diterima, misalnya terhadap gempa bumi, gunung
meletus, musibah, dll. Tampak bahwa apapun masalah hidup kita pasti ada
solusinya yang dimulai dari sikap dalam diri kita: mengubah kebiasaan, mengubah
metode-pengaruh atau mengubah cara-pandang.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Apapun masalah kita dan seberapapun skalanya sungguh tidak pantas
menjadikan kita berputus asa. Konon bunuh diri merupakan wujud ekstrem dari
sikap berputus asa. Menurut penelitian terdapat tiga faktor pemicu atau penyebab
seseorang melakukan bunuh diri. Ketiga faktor tersebut adalah: kekurangan
ekonomi, penyakit menahun (kronis) dan harga-diri atau rasa-malu. Tiga pemicu
itu bisa mengantarkan seseorang menuju bunuh diri jika dia merasakan hidupnya sudah
buntu, capek, dan tanpa ada titik-terang. Namun pasti hal itu hanya sebatas
perasaan pada si pelaku. Biasanya perasaan dan pilihan begitu itu menimpa pada
jenis orang yang introvert, perasa, kurang dipedulikan orang lain, tidak
dihormati lingkungannya, serta hanya dibiarkan saja. Oleh karena itu untuk
mengatasi agar tidak terjerumus ke berputus asa perlu adanya dukungan dan
perhatian dari keluarga, dan bisa melihat-merasakan adanya teman yang
sependeritaan, ataupun adanya tempat untuk mencurahkan isi hatinya sehingga tidak
menjadikannya gelap mata.
Penegasan Allah mengenai larangan putus asa tertuang pada QS Yusuf [12]:
87:
wur (#qÝ¡t«÷($s?
`ÏB Çy÷r§
«!$# (
¼çm¯RÎ) w
ߧt«÷($t `ÏB
Çy÷r§ «!$#
wÎ) ãPöqs)ø9$#
tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÐÈ
Dan janganlah berputus-asa dari rahmat
Allah, sebab sesungguhnya tidak akan berputus-asa dari rahmat Allah melainkan
kaum yang kufur.
Berputus-asa tergolongkan perilaku kufur? Inilah penggolongan resmi dari
Allah yang pasti benar, tegas dan perlu kita cermati. Barangsiapa berputus asa
niscaya tergolongkan kaum kufur. Kufur di sini berarti mengingkari nikmat yang
telah diterima dan juga kufur dari ke-Mahakuasaan Allah SWT, bahkan kemudian
kufur dari keyakinan akan adanya Allah SWT. Bukankah hanya yang kufur saja yang
berani berputus-asa? Berani melanggar ketentuan-Nya? Sebab jika ada keyakinan
meskipun tipis pasti tidak akan berani berputus-asa. Begitulah larangan
langsung dari Allah SWT kepada kita hamba-Nya.
Jamaah rahimakumullah,
Sikap berputus-asa ini dari tinjauan ilmu psikologi selalu berkecenderungan
negatif, bahkan merusak-destruktif. Seseorang yang berputus-asa berarti telah
menutup diri secara kejiwaan dari proses hidup yang selalu bergerak,
berkembang. Seseorang yang berputus-asa adalah yang jiwanya mati atau mematikan
diri sendiri. Sebagai akibatnya adalah ketiadamaknaan hidup baginya sehingga
mudah saja untuk merusak jiwanya, hidupnya, bahkan tidak sedikit yang juga
berusaha merusak hidup dan jiwa orang lain di lingkungannya. Dia merasakan
dirinya telah rusak kemudian mengajak orang-orang lain agar juga rusak. Inilah
logika psikologis seorang teroris yang berawal dari sikap putus-asa.
Guna meniadakan sikap berputus-asa, mari kita berikhtiar untuk selalu memiliki
sikap mental positif (SMP) terhadap apapun yang menghadang. Berdoa sehabis
shalat sesungguhnya juga dimaksudkan untuk hal ini. Dengan membaca subhanallah ‘maha suci Allah’ berarti
meniadakan pandangan negatif dan salah sangka kepada Allah. Dengan membaca alhamdulillah ‘segala puji bagi Allah’ berarti
menanam prasangka baik dan sikap positif. Lantas dengan allahu akbar ‘Allah Maha Besar’ berarti menegaskan diri bahwa
selain Allah SWT itu kecil serta bertekad menjalani hidup dengan keyakinan
bersama Allah tersebut. Lengkaplah sudah unsur mental positif kita dengan
ketiga doa tersebut yang kita lantunkan sepenuh jiwa dan berulang 33 kali
sehingga terinternalisasikan dalam jiwa kita.
اقول قول هذا و استغفرالله من المعاصى و
الذنوب .
فاستغفروا الله . انه هو الغفور الرحيم
. و قل رب اغفر و ارحم و انت خير الراحمين
KhutbahKedua
الحمد لله الذى هدانا الى صراط مستقيم .هو
الذى خلق الانسان من طين و جعل نسله من سلالة من ماء مهين. اشهد ان لا اله الا الله اله الاولين و الاخرين
. و ان محمدا عبده ورسوله الامين
و الصلاة و السلام على نبينا محمد و على
اله و اصحابه اجمعين. اما بعد.
فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق تقواه و لا
تموتن الا و انتم مسلمون
Jamaah Jumah rahimakumullah,
Bagaimanapun beratnya masalah hidup yang kita hadapi tetap terlarang kita
untuk berputus-asa. Sebab masalah apapun yang nyata hadir di hadapan kita jelas
sudah diukur dan disesuaikan oleh Allah SWT dzat yang Maha Mengatur dengan
kualitas kepribadian kita masing-masing. Tidak pernah meleset ukuran itu. Kita
pasti kuasa menghadapi bahkan mengatasi masalahnya. Kuncinya adalah kita yakin mampu
serta berikhtiar secara optimal. Berputus-asa hanya bermakna menujukan diri ke
golongan orang kufur; selain itu juga akan mengarahkan jiwa kita menjadi negatif
bahkan rusak. Rusak diri juga rusak sekitarnya.
Diriwayatkan dalam atsar bahwa Sahabat
Umar ibn Khatab r.a. selalu mampu bersyukur kendatipun masalah yang dihadapinya
besar bahkan berupa musibah. Mengapa? Pertama,
musibah itu tidak mengenai akidah dan tidak mencabut keyakinan agama kita. Kedua, musibah itu bukanlah yang
terbesar atau tidak yang terberat. Ketiga,
adanya janji Allah SWT kepada siapapun yang berhasil menghadapinya dengan
balasan dan kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Begitulah tiga alasan kuat
mengapa Sahabat Umar r.a. selalu mampu bersyukur meskipun menghadapi musibah
yang maha berat.
Demikianlah khutbah yang kami sampaikan. Semoga mendapat ridha dari Allah
SWT dan memberikan manfaat bagi kita semuanya. Mari kita jaga iman-takwa, dan mari
kita berdoa memohon kekuatan fisik dan mental sehingga mampu menghadapi dan
menyelesaikan apapun masalah yang menghadang kita.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله
الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين
اللهم ارنا الحق حقا وارزقنا ا تباعة و
ارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجتنابة.
اللهم انا نسئلك علما نافعا و قلبا
خاشعا و رزقا حلالا و عملا مقبولا
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الاخرة
حسنة و قنا عذاب النار
و صلى الله على نبينا محمد و على اله و اصحابه
اجمعين
سبحان ربك رب العزة عم يصفون و سلام على
المرسلين و الحمد لله رب العالمين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar