Oleh:
Muhammad Nasiruddin
الحمد
لله الذى خلق الانسان فى احسن تقويم فسواه وهداه الى صراط مسفقيم. اشهدان لا اله
الا الله الخالق المعبود العزيز الرحيم . و اشهد ان محمدا عبده و رسوله الامين . صلاة
و سلاما دائمين عليه و تابعيه باحسان الى يوم الدين . اما بعد .
فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق تقواه و لا
تموتن الا و انتم مسلمون
قال الله تعالى فى قرآن الكريم : و ما خلقت الجن و
الانس الا ليعبدون
و قال ايضا : و اذ قال ربك للملائكة إنى
جاعل فى الارض خليفة
Jamaah
Jumah rahimakumullah,
Kehidupan
sosial di lingkungan kita akhir-akhir ini cukup memrihatinkan karena banyak permasalahan
umum yang bermunculan. Sementara sikap kita cenderung tidak mau peduli alias
abai, tak acuh bahkan egois. Sedang sesungguhnya terpikirkan juga kalau hal itu
dibiarkan terus, tidak kita pedulikan tentu permasalahannya akan menjadi-jadi, berkembang
tidak terkendali, bahkan bisa akut sehingga mengancam kenyamanan hidup bersama.
Berbeda yang sebaliknya, kalau kita mau peduli, terbuka untuk mencermati,
bahkan kemudian sedia terlibat tentu akan berdampak positif, yakni akan
mempercepat tuntasnya masalah yang ada ataupun mempersingkat proses
ditemukannya jalan-keluar.
Ajaran
Islam, pedoman hidup kita secara jelas-tegas sesungguhnya sudah selalu mengarahkan
setiap pemeluknya untuk bersikap peduli, terbuka, hingga terlibat serta
proaktif menyelesaikan persoalan umum seperti itu. Ajaran Islam menyebutnya
sebagai peran kekhalifahan, yakni peran hidup yang tumpuannya pada sikap
bertanggung-jawab berdasarkan pengetahuan, penalaran, kesadaran, juga
kreativitas dan keberanian. Oleh karena itu norma idealnya adalah semakin
seseorang taat beragama semakin terlibat dirinya pada persoalan sosial yang ada
di lingkungannya. Sebaliknya jika seseorang kok
tidak terlibat, bahkan menghindari persoalan bersama itu, maka layak diragukan
kelurusannya dalam beragama Islam. Sebab keterlibatan seseorang dalam persoalan
sosial sebenarnya merupakan wujud kesadaran dirinya sebagai khalifah di muka
bumi ini.
Jamaah
Jumat rahimakumullah,
Saat
ini permasalahan sosial di lingkungan kita sungguh memprihatinkan. Banyak dan tampak
semakin banyak, bahkan beraneka ragam jenis dan ukurannya. Ada banjir, ada pengangguran, lalu-lintas
macet, juga korupsi, pornografi, narkoba, ketidakadilan, dll. Para ahli
menyebutkan bahwa sumber masalah sosial itu ada lima macam. Pertama, ledakan jumlah penduduk, yang kini setiap detik lahir 8
orang bayi dan meninggal 3 orang, sehingga bertambah 5 orang penghuni bumi di setiap
detiknya. Tak terbayangkan, betapa cepatnya bertambah. Kedua, merosotnya kualitas ekologi yang ditandai dengan mudahnya banjir,
mudahnya kekeringan, eksploitasi alam berlebihan, pemanasan global, dll. Ketiga, krisis pangan, karena harus mampu
memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang meningkat tajam tadi. Keempat, krisis sumber energi di
seantero dunia yang kemudian diupayakan dengan pencarian sumber-sumber
alternatif dari banyak hal, termasuk lewat biofuel, dll. Kelima, krisis kemanusiaan yang berwujud maraknya perilaku zalim, serakah,
tidak adil, tidak mausiawi, yang dilakukan oleh perseorangan maupun lembaga,
perusahaan, negara, dll. Begitulah para ahli menjelaskan bahwa lima sumber masalah
global ini telah melanda semua negara dan wilayah meskipun dengan komposisi dan
derajat-kualitas persoalan yang berbeda-beda.
Penggambaran
yang lebih akrab dan konkret mengenai lingkungan sosial ditulis oleh sastrawan
Taufiq Ismail pada tahun 2007 lewat puisi-puisi sosialnya. Kita kutip satu bait
puisinya yang relevan lengkap dengan judulnya:
“Jangan-jangan
Saya Sendiri Juga Maling”
Kita hampir sempurna menjadi bangsa porak
poranda
Terbungkuk dibebani utang dan merayap melata
sengsara di dunia
Penganggur 40 juta orang, anak-anak tak bisa
bersekolah 11 juta murid
Pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi
perang saudara 1,5 juta orang
VCD koitus beredar 25 juta keping
Kriminalitas merebak di setiap tikungan jalan
Dan beban utang di bahu 1600 trilyun
rupiahnya
………………………………………………….
Demikianlah
potret keadaan lingkungan sosial negeri kita lewat kacamata sastrawan yang
kondang sejak tahun 1966. Tampak jelas bahwa lingkungan sosial kita memang memrihatinkan,
sarat masalah, tampaknya negeri ini memang tak putus dirundung malang.
Lantas
bagaimana sebaiknya kita menyikapi keadaan lingkungan sosial yang tidak ideal
dan tidak nyaman itu? Pertama, mari dipahami
dan diterima bahwa memang itulah tantangan berat generasi kita bersama saat
ini. Kedua, sesuai kemampuan
masing-masing, mari kita berinisiatif dan berbuat sesuatu yang konkret untuk
lebih baiknya keadaan lingkungan kita. Mari kita tanam pohon di lahan sekitar. Mari
kita asuh anak-anak kita secara lebih serius. Mari kita biayai anak-anak yang
putus sekolah, mari kita menjadi orang-tua asuh. Mari kita gerakkan anak-anak
muda agar kuat kalahkan narkoba, mari kita latih pemuda-pemudi untuk terampil
menjalani hidup yang makin sulit. Mari kita bersihkan lingkungan sosial dari
imbas pornografi-pornoaksi. Mari kita kuatkan tali silaturahim jamaah, komunitas,
RT, RW, desa. Mari kita tampil untuk mengatasi persoalan umum di lingkungan
kita. Jangan hanya mengeluhkan keadaan atau hanya bisa mengutuk kebobrokan yang
ada. Kita perlu aksi-konkret meskipun kecil dan berskala lokal. Orang biasa bilang,
itulah think globally and act locally,
now!.
Ajaran
Islam yang menjadi pedoman hidup kita secara jelas-tegas mendorong setiap
pemeluknya untuk tampil mengambil peran guna mengatasi persoalan sosial seperti
itu. Islam jelas mencela sikap pasif. Islam menegaskan bahwa sikap dasar
manusia adalah berbuat, bertindak dan bukan menjadi sasaran tindakan, bukan
hanya mampu menunggu kiamat tiba. Sebab sikap pasif bermakna tidak bisa mensyukuri
banyaknya nikmat Allah yang berupa akal-pikiran, tanggung-jawab, kreativitas,
keberanian juga kemapuan fisik-biologis kita. Sikap pasif berarti kita tidak mampu
mendayagunakan nikmat Allah tersebut. Oleh karena itu Allah juga memberi
julukan kepada manusia yang bersedia mendayagunakan aneka nikmat itu sebagai khalifah, bahkan khalifatullah fil ardhi ‘pengganti peran Allah di bumi’. خَلِيْفَةُ
اللهِ فِى الارْضِ
Sungguh
tinggi derajat manusia yang demikian. Inilah tipe manusia bercita-cita mulia, yakni
mengubah keadaan lingkungan menjadi lebih baik, lebih benar dan lebih indah, serta
lebih sesuai dengan ajaran Islam. Inilah manusia penuh ikhtiar yang sedia bersusah-payah
menjalankan peran kekhalifahan, peran pelaksana usaha kemakmuran di bumi ini. Bahkan
ada yang menyebut peran tersebut dengan bahasa fikih sebagai pelaksana amalan fardhu
kifayah, فَرْضُ كِفَايَة yakni kewajiban sosial yang bisa terlaksana
bila dipahami bersama dan dilakukan oleh sebagian darinya.
Al-Quran
mendudukkan manusia tipe khalifah ini pada kedudukan yang amat mulia (QS 2:
30-32). Manusia tipe khalifah inilah yang dahulu “disujudi” oleh malaikat berawal
dari rasa iri merasa dirinya sebagai makhluk paling taat-patuh-tunduk. Manusia
tipe khalifah adalah manusia yang mampu menyebutkan nama-nama benda alias
berilmu, memiliki konsep, memiliki kreativitas, juga memiliki keberanian dalam
mengubah keadaan. Bila keadaan yang dituju makin baik sesuai perintah-Nya yang berarti
pelakunya naik tingkatan menjadi fi
ahsani taqwim ‘sebaik-baik ciptaan’.
Namun bila yang sebaliknya, menjadi semakin jelek, jauh dari perintah-Nya,
menjadi makin kacau dan jauh dari kemakmuran ideal hingga jatuh tingkatan pelakunya
sebagai asfala safilin ‘kerak neraka’
(QS 95: 4-5).
Satu-satunya
pilihan yang benar untuk hidup di lingkungan sosial yang tidak ideal dan tidak
nyaman saat ini adalah mau peduli, terbuka, dan melibatkan diri secara wajar
dan dinamis. Sikap menutup diri, tidak acuh, tidak mau peduli, sungguh hanya
merupakan sikap egois yang ditentang keras oleh ajaran Islam. Saat ini kita
tidak bisa merasa benar sendirian dan menyalahkan pihak lain tanpa upaya untuk
mengajak mereka menjadi benar. Tidak bisa saat ini kita merasa nyaman kok sendirian, atau istilahnya mustahil mampu
masuk surga sendirian. Sebab lingkungan sosial kita hanya satu, only one earth dan identik dengan milik tetangga serta kolega kita. Oleh
karena itu satu-satunya ikhtiar untuk keluar dari persoalan sumpek di
lingkungan sosial kita adalah dengan cara-jalan menciptakan bersama-sama
lingkungan sosial yang kondusif bagi kehidupan bersama. Tidak lagi pertimbangannya
hanya “aku-kamu” melainkan sudah menjadi “kami”, bahkan terus berlanjut prosesnya
sebagai “kita” yang inklusif. Inilah kebersamaan kita yang meliputi kehidupan
bersama di lingkungan sosial.
اقول قول هذا و استغفرالله من المعاصى و
الذنوب
فاستغفروا الله انه هو الغفور الرحيم و
قل رب اغفر و ارحم و انت خير الراحمين
KhutbahKedua
الحمد لله الذى هدانا الى صراط مستقيم
هو الذى خلق الانسان من طين و جعل نسله من سلالة من ماء مهين. اشهد ان لا اله الا
الله اله الاولين و الاخرين . و ان محمدا عبده ورسوله الامين. و الصلاة و السلام
على نبينا محمد و على اله و اصحابه اجمعين.
اما بعد . فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق
تقواه و لا تموتن الا و انتم مسلمون.
Marilah
kita tingkatkan iman-takwa dan mari bersikap saling peduli, saling terbuka
mencermati perkembangan yang ada lantas saling menguatkan sehingga tercipta
iklim lingkungan sosial yang lebih baik,
lebih benar dan lebih indah. Mari kita melibatkan diri secara wajar dan
dinamis. Mumpung kita masih sehat, masih berkesadaran tinggi, masih berkuasa,
dan masih berkesempatan selagi persoalan sosial juga belum akut. Mari kita
berbagi tugas, mari kita berkoordinasi, kita berorganisasi, berjamaah agar
lebih efektif-efisien langkah dan gerak kita memperbaiki lingkungan sosial
karena berpacu dengan kehancuran bumi atau kiamat yang niscaya terjadi entah berapa
lama lagi.
Semoga
khutbah ini mendapat ridha dari Allah dan bermanfaat bagi kita semua. Mari kita
berdoa memohon kepada Allah SWT semoga kita ditunjukkan pada jalan kebenaran,
jalan orang-orang yang diberi nikmat dan bukan jalan yang tersesat lagi
dimurkai.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله
الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين
اللهم ارنا الحق حقا وارزقنا اتباعة و
ارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجتنابة.
اللهم انا نسئلك علما نافعا و قلبا
خاشعا و رزقا حلالا و عملا مقبولا
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الاخرة
حسنة و قنا عذاب النار
و صلى الله على نبينا محمد و على اله و اصحابه
اجمعين
سبحان ربك رب العزة عم يصفون و سلام على
المرسلين و الحمد لله رب العالمين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar