Rasa
Kauman Muntilan :
KHA Dahlan Bela Tanah Kauman Muntilan
Terjadi pada tahun 1918-1919.
Romo Van Lith SJ misionaris aseli Negeri Belanda bermaksud meluaskan areal
pasturan hingga meliputi Kauman Muntilan. Setiap hari dia membujuki warga dan
tokoh Kauman untuk bersedia pindah-rumah atau menjual tanah-rumah kepadanya.
Konon hingga suatu hari warga Kauman (ber-)/(di-) kumpul (-kan) di kantor
Kawedanaan Moentilan zaman penjajahan Belanda ketika itu untuk rapat soal tanah
Kauman Muntilan.
KH Ma’shoem bin KH Isa
(1848-1939) tokoh Kauman yang menjabat pengulu Sawangan saat itu mencari cara untuk
mengatasi hal tersebut hingga bertemu KHA Dahlan pendiri Moechammadijah Jogja.
Mungkin ada solidaritas “sesama Kauman”. Maka kemudian diselenggarakanlah
pertemuan antara Van Lith dengan KHA Dahlan dalam format debat-agama. Kalau Van
Lith kalah maka berhentilah rencana perluasan
ke tanah Kauman; kalau KHA Dahlan kalah maka boleh diteruskan bila warga
Kauman bersedia secara sukarela. Alhamdulillah, Van Lith kalah dalam debat
tersebut, gangguan tanah berakhir.
Kemudian ketika para murid KHA
Dahlan akan salat di mesjid Kauman (Al-Fath) sungguh menarik perhatian warga
Kauman. Sebab mereka berwudhu langsung di sungai yang mengalir airnya; tidak di
kolam mesjid yang tersedia. Begitulah yang tercatat dalam sejarah KHA Dahlan
dan perintisan Moechammadijah seperti ditulis sejarawan UGM Ahmad Adaby Darban
dalam blognya. So, Kauman Muntilan mampu berkiprah salah satunya karena adanya peran
pembelaan KHA Dahlan tersebut. Apalagi setelah itu KH Ma’shoem dengan
bersepeda-onthel biasa ikut pengajian malam Selasa Pon di Jogja yang
diselenggarakan oleh Hoofdbestuur
(Pimpinan Pusat) Moechammadijah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar