Shalat Terapi
Bahagia
Pengantar: Banyak muslim yang
tidak mengerti makna bacaan-doa dalam shalat yang dikerjakannya. Kalau kursus
Bahasa Arab tentu lama tapi ini cara praktis. Setiap bacaan-doa yang dibaca
disarikan dalam tiga butir nilai yang mudah diingat. Shalat seharusnya menjadi
solusi problem hidup sehingga pelaku shalat berbahagia setelahnya. Hayya alas shalah, hayya alal falah,
mari dirikan shalat dan mari menuju bahagia. Namun nyatanya orang yang marah
tetap saja marah setelah shalat. Orang sedih tetap murung, orang minder tetap
tak percaya diri. Maka inilah kiat untuk membantu orang yang tidak mengerti
Bahasa Arab guna memahami dan menghayati bacaan-doa dalam shalatnya.
Terapi yang dimaksudkan di sini akan
berupa cara takbir, rukuk, sujud dan gerakan lainnya yang menghasilkan sikap tawakkal, tuma’ninah dan qanaah (T2Q). Pelaku shalat dilatih
untuk menghapus penyakit D3 (dengki, dendam dan dongkol) dan penyakit S2
(serakah dan sombong) yang menjadi sumber penderitaan hidup. Dengan begitu
pelaku shalat akan berubah menjadi penuh optimisme, percaya diri, sabar,
ikhlas, ridha dan tidak mengeluh atas cobaan-ujian hidup, penuh keyakinan akan
pertolongan Allah SWT dan pasrah kepada-Nya. Inilah kunci bahagia tersebut.
Rumus kunci: subhan turut hadir (di) masjid
(untuk) aksi sosial.
Adapun rinciannya adalah :
Bacaan
|
Tiga butir nilai kandungan
|
Rumus
|
Al-Fatihah
|
Syukur, bimbingan
dan ketahanan iman
|
Subhan
|
Rukuk
|
Tunduk kepada kemauan Allah
dan menurut semua perintah-Nya
|
Turut
|
I’tidal
|
Hak pujian hanya bagi Allah
dan semua yang kita alami terjadi atas takdir-Nya
|
Hadir
|
Sujud
|
Maaf Allah untuk
kita dan keluarga, sinar Allah untuk semua indera kita, serta jiwa
dan raga diserahkan sepenuhnya kepada Allah
|
Masjid
|
Duduk
|
Ampunan, kasih, sejahtera
dan iman
|
Aksi
|
Tasyahud
|
Sholawat Nabi SAW, persaksian serta tawakkal
|
Sosial
|
Dua keuntungan diharapkan muncul
dari penerapan metode ini, yakni (i) shalat lebih berkualitas, dan (ii) hidup menjadi
lebih bergairah dan berbahagia. Tidak lagi shalat terasakan hambar saja karena
dijalankan dengan penuh penghayatan dan perenungan. Apalagi malas-malasan. Kita
pelaku yang mengikhtiarkannya, mengisinya dengan kualitas secara sadar dan
terus-menerus.
Prof. Dr. Moh Ali Aziz, M.Ag
penemu-penerap metode ini kelahiran Lamongan, 5 Juni 1957 adalah guru besar
IAIN Sunan Ampel Surabaya. Metode ini dirumuskan, ditulis selama dua tahun
setelah ybs menderita sakit selama enam bulan tidak bisa bersuara (2000),
lantas sakit lutut dan punggung sehingga ketika rukuk dan sujud “terpaksa”
perlahan-lahan dan lama. Ternyata itu jadi cara terapi atas sakitnya. Sembuh.
Maka metode inilah hasil renungannya yang lantas ditularkan kepada banyak orang
berupa kenikmatan sikap ikhlas, ridha terhadap cobaan dan kepasrahan melalui
rukuk-sujud. Penemu-penerap-perumus metode Shalat Terapi Bahagia ini bapak 7
orang anak yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua MUI Jawa Timur.
Disarikan dari buku
berjudul 60 Menit Terapi
Shalat Bahagia, Surabaya, 2012, Cetakan kelima,
karangan Prof. Dr. Moh Ali Aziz, M.Ag.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar