Pilih STRES POSITIF
ataukah POSITIF STRES?
Hidup
benar-unggul di zaman seperti saat ini sungguh perlu pengelolaan-diri yang
standar-pas.
1.
Kondisi
lingkungan hidup kita saat ini sungguh rawan, penuh kemungkinan untuk bisa
makin baik atau sebaliknya makin buruk. Perubahan baik atau buruk demikian
mudah. Kemajuan teknologi tampak mempercepat perubahan itu sehingga tahu-tahu
sesuatu sudah berada di atas tanpa tahu proses-naiknya, demikian pula tiba-tiba
di bawah tanpa tahu proses turunnya. Faktor penentu perubahan juga tampaknya
makin banyak dan makin beraneka-ragam. Seolah siapa saja ataupun apa saja bisa
menjadi faktor pengubah apalagi ada provokasi berbagai pihak. Semua hal
diprovokasi unlimited. Semua hal dipaksa jadi cepat, jadi besar, jadi
banyak, bagaimanapun proses dan keadaannya. Gebyah
uyah. Sejalan dengan dominasi zaman
yang sarat Materialisme, Egoisme, Persaingan (MEP) maka sisi kehidupan yang
menonjol seolah hanya sisi yang lahiriah-kuantitatif-instan. Inilah potret yang
kini terjadi yakni eksklusif yang tentu saja tidak proporsional, tidak alami.
2.
Kehidupan
yang normal-alami-proporsional tentu bersifat inklusif-mencakup. Logikanya
kalau ada yang unlimited tentu ada
yang limited,
ada yang bisa cepat-besar-banyak juga ada yang tetap lambat-kecil-sedikit. Zaman
pun selain warna MEP juga ada warna lain yang Immaterialisme, Altruisme,
Sinergi (IAS) sehingga penting pula hal-hal yang bersifat
batiniah-kualitatif-prosesif. Oleh karena itu mari jangan sampai terjebak pada
cepatnya perubahan, kita perlu proporsional dalam menempatkan banyak hal di
lingkungan kita. Memang ada hal yang perlu cepat, namun ada hal yang perlu
lambat, ada yang perlu besar dan ada yang perlu kecil, ada hal yang perlu
banyak dan ada yang perlu sedikit. Berpikir dan bersikap proporsional dan jangan
rakus, lebih mementingkan dan berorientasi-mengarah ke masa depan yang lebih
baik, lebih benar, serta lebih-indah daripada kepentingan sesaat.
3.
Bahwa
hidup kita ke depan nanti kitalah pelaku-utamanya, kitalah pengarahnya, kitalah
faktor terpenting bersama Tuhan Allah SWT, dan bukan ditentukan orang lain
lagi, siapapun itu. Untuk itu mari rumuskan harapan kita di masa depan (dekat
dan jauh) serta rencanakan dengan program menyeluruh-rinci untuk bisa diraih. SMART.
Jalankan optimal. Tentu saja ketika menjalankan program ini kita dalam kondisi
stress tetapi stress yang positif (EUSTRESS).
Ya, keadaan jiwa tertekan yang terjadi karena dorongan maju-positif, timbul
dari jarak kondisi saat ini dengan tujuan-sasaran-harapan yang belum tercapai.
Demikianlah stress positif yang sengaja dipilih guna diraihnya harapan masa
depan. Stress menyenangkan
4.
Jika
tidak bersedia menjadi pelaku-utama hidup diri kita sendiri maka hal yang
terjadi adalah (1) merasa sebagai korban keadaan, korban perubahan, (2)
membenci kesibukan dan pekerjaan yang selama ini kita lakukan, serta (3)
mengeluhkan berbagai tekanan hidup yang dialaminya. Inilah kondisi
stress-negatif (DISTRESS) alias yang
bersangkutan positif mengidap stress, tertekan jiwanya tanpa kendali diri.
Sesungguhnya kondisi ini bukan pilihan-sadar melainkan keterpaksaan yang muncul
karena tiadanya sikap proaktif
(berinisiatif dan bertanggungjawab) atas hidup kita, tidak bersedia menjadi pelaku-utama
hidup sendiri sejak dari pikiran sadarnya hingga pada risiko-akibat
perbuatannya. Inilah stress yang
menyusahkan, tidak terkendalikan dan cenderung destruktif.
5.
Hasil
sebuah penelitian sosial di AS dengan data selama 10 tahun menunjukkan bahwa
(1) Orang yang lebih banyak susahnya cenderung lebih mudah terkena penyakit
berat, dan (2) Orang yang lebih banyak senangnya cenderung lebih sehat.
Bersyukur itu mengikat kebaikan, yakni mencari-cari peluang bahagia, senang,
positif dari hidup yang biasa (al-yaum
lailan wa naharan) sehingga memicu kesyukuran-kesyukuran baru berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar