Jumat, 17 Februari 2012

Butuh Hidup Berpedoman Agama Islam


Khutbah:

Butuh Hidup Berpedoman Agama Islam

Oleh: Muhammad Nasiruddin

الحمد لله الذى خلق الانسان فى احسن تقويم فسواه وهداه الى صراط مسفقيم .
اشهدان لا اله الا الله الخالق المعبود العزيز الرحيم . و اشهد ان محمدا عبده و رسوله الامين . صلاة و سلاما دائمين عليه و تابعيه باحسان الى يوم الدين . اما بعد.
 فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق تقواه و لا تموتن الا و انتم مسلمون.
قال  الله تعالى فى قرآن الكريم : و ما خلقت الجن و الانس الا ليعبدون
و قال ايضا : و اذ قال ربك للملائكة إنى جاعل فى الارض خليفة
Jamaah Jumah rahimakumullah,
Hidup pada zaman yang kompetitif seperti saat ini sungguh tidak mudah. Perjuangan untuk hidup dilakukan secara terus-menerus guna mewujudkan cita-cita atau mengatasi tantangan dan masalah yang menghadang. Sementara masalah hidup dewasa ini tampak semakin banyak ragam dan skalanya, sehingga beban dan tuntutan hidup pun terasa makin berat. Terlena sekilas atau tidak kuat sedikit saja bisa menyebabkan seseorang terpental dari arena persaingan atau keluar dari orbit kehidupannya, sehingga berakhir kalah atau mati sia-sia. Secara nalar hanya manusia terpilih yang berkepribadian kuat saja yang mampu hidup dengan tantangan yang demikian berat itu. Manusia jenis inilah yang benar-benar berkarakter atau berkepribadian kuat yakni tahan uji, ulet, pantang menyerah sehingga berpotensi untuk hidup sukses. Guna membangun dan menjaga standar kualitas pribadi kuat ini maka cara hidup berpedoman agama Islam menjadi makin dibutuhkan. Bahkan motivasi untuk mendapatkan hidayah taufik makin dipentingkan. Sebab dengan unsur agama dan hidayah taufik ini, dalam kehidupan seseorang akan memastikan arah hidupnya benar dan menguatkan tali-pegangannya sehingga selalu kokoh dalam berjalan.
Jamaah rahimakumullah,
Hidup yang benar sesuai standar dari Allah SWT menghajatkan adanya keyakinan yang kuat disertai pemahaman yang menyeluruh sehingga aktivitas hidup seseorang bisa penuh makna sesuai dengan peran dasar yang dipilih. Tanpa ketiga unsur tersebut menyatu maka mutu-hidup orang tersebut barulah setengah hidup, seolah-olah hidup atau bahkan belum hidup. Mungkin benar bahwa secara fisik-biologis sudah disebut hidup karena mampu bergerak, masih bernyawa dan tumbuh-berkembang, namun secara hakiki belumlah hidup karena “hidupnya” belum punya keputusan mendasar untuk hidup yang sehidup-hidupnya. Tentu saja akan jauh berbeda kualitas keyakinan, pemahaman dan aktivitas seseorang antara hidup yang belum sesungguh-sungguhnya dengan yang sudah, karena ada-tidaknya standar yang benar dari-Nya.
Hidup kita di alam dunia ini sesungguhnya bukan pilihan sadar kita. Kita tinggal menerima saja apa yang digariskan untuk kita: Di mana dan kapan dilahirkan, siapa bapak-ibu kita lengkap dengan kondisi dan lingkungannya. Hidup kita dengan demikian semata pemberian dari-Nya. Namun Allah SWT melengkapi hidup kita selain dengan potensi fisik, adalah dengan naluri, indera dan akal-pikiran yang bersifat otonom, merdeka. Secara leluasa kita bisa menggunakan pemberian Allah tersebut untuk hidup sekehendak kita, baik berorientasi positif maupun negatif, memanfaatkan sepenuhnya-semuanya-seoptimalnya maupun baru sebagian termanfaatkan.
Sementara di alam semesta ini kita dapati berlakunya hukum alam, hukum sebab-akibat atau disebut sunnatullah yang tidak pernah berubah kaidahnya sejak zaman azali dulu. Itulah aturan baku dari Allah SWT yang diterapkan guna menjaga keseimbangan dan keberlangsungan alam semesta ini sesuai yang dikehendaki-Nya. Karena kasih sayang-Nya kepada manusia pula lantas Allah mengutus para Nabi dan Rasul guna memberikan peringatan dan pembelajaran serta contoh konkret cara hidup yang benar di alam dunia ini. Para utusan mengemban tugas tersebut dilengkapi dengan firman-Nya yang tertuang dalam lembaran Kitab Suci. Itulah ajaran Islam, agama fitrah yang datang dari Sang Maha Pencipta Allah SWT untuk kita manusia.
           Para utusan sejak dari Nabi Adam AS ditugasi Allah untuk kaum masing-masing dengan ajaran dari-Nya yang pelaksanaan syariatnya sesuai dengan tingkat perkembangan hidup mereka. Itulah peran mulia para utusan-Nya. Namun utusan yang terakhir ditugasi-Nya untuk seluruh manusia sedunia, bahkan makhluk sealam semesta karena sesuai dengan perkembangan hidup makhluk di alam ini yang telah bertahap menuju era globalisasi. Itulah Rasulullah Muhammad SAW dengan Kitab Suci al-Quran yang kebenarannya bersifat universal dan abadi. Kita semua saat ini dihidupkan dan diberi kesempatan oleh-Nya hidup pada zaman utusan yang terakhir, mengikuti ajaran dan termasuk umat Muhammad SAW.
Guna mengisi hidup ini dengan kenyamanan dan kesuksesan, maka hendaknya kita gunakan segenap pemberian dari Allah SWT itu secara positif-konstruktif. Kemampuan fisik-biologis kita gunakan untuk beraktivitas aneka hal, kemampuan naluri kita gunakan untuk mempertahankan hidup jenis kita, kemampuan indera kita gunakan untuk merasakan-mencermati-menikmati segala yang ada atau terhidangkan di alam ini dan kemampuan akal-pikiran kita gunakan untuk menamai-menandai-membedakan berdasarkan ilmu. Namun hanya dengan itu semua, kita masih belum mantap berjalan di muka bumi ini sebab ke arah mana hidup dan apa peran hidup manusia serta perbedaan antara yang benar dan yang salah masih tidak jelas. Kejelasan mengenai hal itu hanya bisa diketahui dari pemberian-Nya yang berupa ajaran agama Islam. Misalnya pokok isinya demikian: Ternyata hidup manusia di alam dunia ini barulah hidup awal yang sementara dan sedikit namun menentukan tingkatan mana bagi hidup berikutnya dengan peran sebagai hamba-Nya serta khalifah-Nya, yakni guna memakmurkan bumi sekitar. Hidup yang abadi di akhirat kelak. Karena itulah untuk hidup lebih sukses secara hakiki dan sesuai dengan ketentuan-Nya diperlukanlah pemahaman agama Islam secara menyeluruh disertai pengamalan berdasarkan al-Quran dan juga Sunnah Nabi.
Kadang kita dihadapkan pada masalah pelik dan pilihan sulit, penuh risiko sehingga memerlukan petunjuk lain di luar naluri, di luar indera, di luar akal-pikiran, bahkan di luar agama formal. Itulah letak pentingnya hidayah taufik yakni petunjuk halus yang mampu mengantarkan seseorang pada tercapainya tujuan hidup yang benar.
الهِدَايَةُ هِيَ الدِّلاَلَةُ بِاللُطْفِ عَلَى مَا يُصِلُ اِلَى المَطْلُوْبِ .
Untuk bisa mendapatkan hidayah taufik ini tentu dengan melewati proses yang tidak sederhana, setimbang dengan hasil yang akan didapatkannya. Siapa yang berwewenang memberikan hidayah taufik tiada lain hanyalah Allah SWT. Nabi pun tidak memiliki wewenang tersebut. Kasus pamanda beliau, Abu Thalib yang besar peranannya terhadap hidup beliau dan dakwah Islam juga tidak bisa mendapatkan hidayah taufik ini, meskipun Nabi memohonkannya. Hidayah taufik sungguh merupakan hak prerogratif dan wewenang Allah SWT semata. Inilah jenis petunjuk khusus yang bisa dicapai manusia dengan dasar ihsan: yakni keikhlasan, taqarrub serta totalitas hidup yang sesuai kehendak-Nya.
Para mufasir, ahli tafsir al-Quran, telah menyusun konsep tentang anugerah Allah yakni berupa lima petunjuk yang diberikan kepada manusia. Lima petunjuk itu terdiri dari tiga petunjuk pertama bersifat gratis, satu petunjuk keempat didapat harus dengan cara dipelajari-diamalkan, serta satu petunjuk kelima dengan pencapaian terbaik. Tiga petunjuk pertama yakni hidayatul wijdan (petunjuk naluri), hidayatul khawas (petunjuk indera), dan hidayatul aql (petunjuk akal), manusia diberi-Nya tugas untuk menjaga dan mendayagunakannya secara optimal. Sedangkan terhadap petunjuk keempat yakni hidayatut diin (petunjuk agama), manusia diberi-Nya pilihan keutamaan untuk mempelajari-mengamalkannya. Adapun petunjuk kelima paling tinggi hidayatul maunah atau hidayatut taufiq (petunjuk taufik), manusia berkesempatan mencapainya dengan persyaratan standar yakni ikhtiar hidup total sesuai kehendak-Nya berdasarkan ihsan dan takwa.
اقول قول هذا. و استغفرالله من المعاصى و الذنوب .
فاستغفروا الله . انه هو الغفور الرحيم. و قل رب اغفر و ارحم و انت خير الراحمين
Khutbah Kedua
الحمد لله الذى هدانا الى صراط مستقيم .هو الذى خلق الانسان من طين .
و جعل نسله من سلالة من ماء مهين.
اشهد ان لا اله الا الله اله الاولين و الاخرين . و ان محمدا عبده ورسوله الامين .
و الصلاة و السلام على نبينا محمد و على اله و اصحابه اجمعين. اما بعد .
فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق تقواه و لا تموتن الا و انتم مسلمون
Jamaah rahimakumullah,
Saat ini diberi-Nya kita hidup di zaman yang memrihatinkan, sarat persoalan sehingga menghajatkan adanya pribadi kuat. Pribadi kuat adalah personalitas yang tahan uji, ulet, pantang putus asa dalam menjalani hidup. Mewujudkan pribadi kuat hanya bisa didasari  dengan cara hidup berpedoman agama Islam. Apalagi bila melihat beraneka-ragam dan besarnya skala permasalahan yang kini menghadang hidup kita maka hidayah taufik menjadi makin perlu untuk kita raih. Itulah petunjuk halus yang mengantarkan pada tercapainya tujuan hidup yang benar. Kita manusia bisa mendapatkan petunjuk taufik jika dan hanya jika kita memang meminta serta mau mengikutinya. Tanpa amalan untuk mengikutinya itu, kita hanya berpura-pura ingin atau sekadar mencoba. Dua faktor signifikan inilah, agama dan hidayah taufik yang makin kita butuhkan untuk hidup secara nyaman, benar juga sukses.
Demikian khutbah yang kami paparkan. Semoga khutbah ini mendapatkan ridha Allah dan bermanfaat untuk kita semua. Amin. Mari kita menjaga takwa dan mari berdoa kepada Allah memohon kekuatan fisik dan mental, tahan uji, ulet juga terjauhkan dari sikap berputus asa sehingga hidup kita sukses secara hakiki di dunia maupun akhirat. Amin.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين
اللهم ارنا الحق حقا وارزقنا ا تباعة و ارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجتنابة.
اللهم انا نسئلك علما نافعا و قلبا خاشعا و رزقا حلالا و عملا مقبولا
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الاخرة حسنة و قنا عذاب النار
و صلى الله على نبينا محمد و على اله و اصحابه اجمعين
سبحان ربك رب العزة عم يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين

                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar