Jumat, 27 Januari 2012

Melibatkan Diri, Wajar dan Dinamis

Melibatkan Diri, Wajar dan Dinamis
Oleh: Muhammad Nasiruddin
          الحمد لله الذى خلق الانسان فى احسن تقويم فسواه وهداه الى صراط مسفقيم. اشهدان لا اله الا الله الخالق المعبود العزيز الرحيم . و اشهد ان محمدا عبده و رسوله الامين . صلاة و سلاما دائمين عليه و تابعيه باحسان الى يوم الدين . اما بعد .
 فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق تقواه و لا تموتن الا و انتم مسلمون
قال  الله تعالى فى قرآن الكريم : و ما خلقت الجن و الانس الا ليعبدون
و قال ايضا : و اذ قال ربك للملائكة إنى جاعل فى الارض خليفة
Jamaah Jumah rahimakumullah,
Kehidupan sosial di lingkungan kita akhir-akhir ini cukup memrihatinkan karena banyak permasalahan umum yang bermunculan. Sementara sikap kita cenderung tidak mau peduli alias abai, tak acuh bahkan egois. Sedang sesungguhnya terpikirkan juga kalau hal itu dibiarkan terus, tidak kita pedulikan tentu permasalahannya akan menjadi-jadi, berkembang tidak terkendali, bahkan bisa akut sehingga mengancam kenyamanan hidup bersama. Berbeda yang sebaliknya, kalau kita mau peduli, terbuka untuk mencermati, bahkan kemudian sedia terlibat tentu akan berdampak positif, yakni akan mempercepat tuntasnya masalah yang ada ataupun mempersingkat proses ditemukannya jalan-keluar.
Ajaran Islam, pedoman hidup kita secara jelas-tegas sesungguhnya sudah selalu mengarahkan setiap pemeluknya untuk bersikap peduli, terbuka, hingga terlibat serta proaktif menyelesaikan persoalan umum seperti itu. Ajaran Islam menyebutnya sebagai peran kekhalifahan, yakni peran hidup yang tumpuannya pada sikap bertanggung-jawab berdasarkan pengetahuan, penalaran, kesadaran, juga kreativitas dan keberanian. Oleh karena itu norma idealnya adalah semakin seseorang taat beragama semakin terlibat dirinya pada persoalan sosial yang ada di lingkungannya. Sebaliknya jika seseorang kok tidak terlibat, bahkan menghindari persoalan bersama itu, maka layak diragukan kelurusannya dalam beragama Islam. Sebab keterlibatan seseorang dalam persoalan sosial sebenarnya merupakan wujud kesadaran dirinya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Saat ini permasalahan sosial di lingkungan kita sungguh memprihatinkan. Banyak dan tampak semakin banyak, bahkan beraneka ragam jenis dan ukurannya. Ada banjir, ada pengangguran, lalu-lintas macet, juga korupsi, pornografi, narkoba, ketidakadilan, dll. Para ahli menyebutkan bahwa sumber masalah sosial itu ada lima macam. Pertama, ledakan jumlah penduduk, yang kini setiap detik lahir 8 orang bayi dan meninggal 3 orang, sehingga bertambah 5 orang penghuni bumi di setiap detiknya. Tak terbayangkan, betapa cepatnya bertambah. Kedua, merosotnya kualitas ekologi yang ditandai dengan mudahnya banjir, mudahnya kekeringan, eksploitasi alam berlebihan, pemanasan global, dll. Ketiga, krisis pangan, karena harus mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang meningkat tajam tadi. Keempat, krisis sumber energi di seantero dunia yang kemudian diupayakan dengan pencarian sumber-sumber alternatif dari banyak hal, termasuk lewat biofuel, dll. Kelima, krisis kemanusiaan yang berwujud maraknya perilaku zalim, serakah, tidak adil, tidak mausiawi, yang dilakukan oleh perseorangan maupun lembaga, perusahaan, negara, dll. Begitulah para ahli menjelaskan bahwa lima sumber masalah global ini telah melanda semua negara dan wilayah meskipun dengan komposisi dan derajat-kualitas persoalan yang berbeda-beda.
Penggambaran yang lebih akrab dan konkret mengenai lingkungan sosial ditulis oleh sastrawan Taufiq Ismail pada tahun 2007 lewat puisi-puisi sosialnya. Kita kutip satu bait puisinya yang relevan lengkap dengan judulnya:
Jangan-jangan Saya Sendiri Juga Maling”
Kita hampir sempurna menjadi bangsa porak poranda
Terbungkuk dibebani utang dan merayap melata sengsara di dunia
Penganggur 40 juta orang, anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid
Pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1,5 juta orang
VCD koitus beredar 25 juta keping
Kriminalitas merebak di setiap tikungan jalan
Dan beban utang di bahu 1600 trilyun rupiahnya
………………………………………………….
Demikianlah potret keadaan lingkungan sosial negeri kita lewat kacamata sastrawan yang kondang sejak tahun 1966. Tampak jelas bahwa lingkungan sosial kita memang memrihatinkan, sarat masalah, tampaknya negeri ini memang tak putus dirundung malang.
Lantas bagaimana sebaiknya kita menyikapi keadaan lingkungan sosial yang tidak ideal dan tidak nyaman itu? Pertama, mari dipahami dan diterima bahwa memang itulah tantangan berat generasi kita bersama saat ini. Kedua, sesuai kemampuan masing-masing, mari kita berinisiatif dan berbuat sesuatu yang konkret untuk lebih baiknya keadaan lingkungan kita. Mari kita tanam pohon di lahan sekitar. Mari kita asuh anak-anak kita secara lebih serius. Mari kita biayai anak-anak yang putus sekolah, mari kita menjadi orang-tua asuh. Mari kita gerakkan anak-anak muda agar kuat kalahkan narkoba, mari kita latih pemuda-pemudi untuk terampil menjalani hidup yang makin sulit. Mari kita bersihkan lingkungan sosial dari imbas pornografi-pornoaksi. Mari kita kuatkan tali silaturahim jamaah, komunitas, RT, RW, desa. Mari kita tampil untuk mengatasi persoalan umum di lingkungan kita. Jangan hanya mengeluhkan keadaan atau hanya bisa mengutuk kebobrokan yang ada. Kita perlu aksi-konkret meskipun kecil dan berskala lokal. Orang biasa bilang, itulah think globally and act locally, now!.
Ajaran Islam yang menjadi pedoman hidup kita secara jelas-tegas mendorong setiap pemeluknya untuk tampil mengambil peran guna mengatasi persoalan sosial seperti itu. Islam jelas mencela sikap pasif. Islam menegaskan bahwa sikap dasar manusia adalah berbuat, bertindak dan bukan menjadi sasaran tindakan, bukan hanya mampu menunggu kiamat tiba. Sebab sikap pasif bermakna tidak bisa mensyukuri banyaknya nikmat Allah yang berupa akal-pikiran, tanggung-jawab, kreativitas, keberanian juga kemapuan fisik-biologis kita. Sikap pasif berarti kita tidak mampu mendayagunakan nikmat Allah tersebut. Oleh karena itu Allah juga memberi julukan kepada manusia yang bersedia mendayagunakan aneka nikmat itu sebagai khalifah, bahkan khalifatullah fil ardhi ‘pengganti peran Allah di bumi’. خَلِيْفَةُ اللهِ فِى الارْضِ
Sungguh tinggi derajat manusia yang demikian. Inilah tipe manusia bercita-cita mulia, yakni mengubah keadaan lingkungan menjadi lebih baik, lebih benar dan lebih indah, serta lebih sesuai dengan ajaran Islam. Inilah manusia penuh ikhtiar yang sedia bersusah-payah menjalankan peran kekhalifahan, peran pelaksana usaha kemakmuran di bumi ini. Bahkan ada yang menyebut peran tersebut dengan bahasa fikih sebagai pelaksana amalan fardhu kifayah, فَرْضُ كِفَايَة    yakni kewajiban sosial yang bisa terlaksana bila dipahami bersama dan dilakukan oleh sebagian darinya.
Al-Quran mendudukkan manusia tipe khalifah ini pada kedudukan yang amat mulia (QS 2: 30-32). Manusia tipe khalifah inilah yang dahulu “disujudi” oleh malaikat berawal dari rasa iri merasa dirinya sebagai makhluk paling taat-patuh-tunduk. Manusia tipe khalifah adalah manusia yang mampu menyebutkan nama-nama benda alias berilmu, memiliki konsep, memiliki kreativitas, juga memiliki keberanian dalam mengubah keadaan. Bila keadaan yang dituju makin baik sesuai perintah-Nya yang berarti pelakunya naik tingkatan menjadi fi ahsani taqwim ‘sebaik-baik ciptaan’. Namun bila yang sebaliknya, menjadi semakin jelek, jauh dari perintah-Nya, menjadi makin kacau dan jauh dari kemakmuran ideal hingga jatuh tingkatan pelakunya sebagai asfala safilin ‘kerak neraka’ (QS 95: 4-5).
Satu-satunya pilihan yang benar untuk hidup di lingkungan sosial yang tidak ideal dan tidak nyaman saat ini adalah mau peduli, terbuka, dan melibatkan diri secara wajar dan dinamis. Sikap menutup diri, tidak acuh, tidak mau peduli, sungguh hanya merupakan sikap egois yang ditentang keras oleh ajaran Islam. Saat ini kita tidak bisa merasa benar sendirian dan menyalahkan pihak lain tanpa upaya untuk mengajak mereka menjadi benar. Tidak bisa saat ini kita merasa nyaman kok sendirian, atau istilahnya mustahil mampu masuk surga sendirian. Sebab lingkungan sosial kita hanya satu, only one earth dan identik dengan milik tetangga serta kolega kita. Oleh karena itu satu-satunya ikhtiar untuk keluar dari persoalan sumpek di lingkungan sosial kita adalah dengan cara-jalan menciptakan bersama-sama lingkungan sosial yang kondusif bagi kehidupan bersama. Tidak lagi pertimbangannya hanya “aku-kamu” melainkan sudah menjadi “kami”, bahkan terus berlanjut prosesnya sebagai “kita” yang inklusif. Inilah kebersamaan kita yang meliputi kehidupan bersama di lingkungan sosial.
اقول قول هذا و استغفرالله من المعاصى و الذنوب
فاستغفروا الله انه هو الغفور الرحيم و قل رب اغفر و ارحم و انت خير الراحمين
KhutbahKedua
الحمد لله الذى هدانا الى صراط مستقيم هو الذى خلق الانسان من طين و جعل نسله من سلالة من ماء مهين. اشهد ان لا اله الا الله اله الاولين و الاخرين . و ان محمدا عبده ورسوله الامين. و الصلاة و السلام على نبينا محمد و على اله و اصحابه اجمعين.
 اما بعد . فيا ايها المسلمون اتقوا الله حق تقواه و لا تموتن الا و انتم مسلمون.
Marilah kita tingkatkan iman-takwa dan mari bersikap saling peduli, saling terbuka mencermati perkembangan yang ada lantas saling menguatkan sehingga tercipta iklim  lingkungan sosial yang lebih baik, lebih benar dan lebih indah. Mari kita melibatkan diri secara wajar dan dinamis. Mumpung kita masih sehat, masih berkesadaran tinggi, masih berkuasa, dan masih berkesempatan selagi persoalan sosial juga belum akut. Mari kita berbagi tugas, mari kita berkoordinasi, kita berorganisasi, berjamaah agar lebih efektif-efisien langkah dan gerak kita memperbaiki lingkungan sosial karena berpacu dengan kehancuran bumi atau kiamat yang niscaya terjadi entah berapa lama lagi.
Semoga khutbah ini mendapat ridha dari Allah dan bermanfaat bagi kita semua. Mari kita berdoa memohon kepada Allah SWT semoga kita ditunjukkan pada jalan kebenaran, jalan orang-orang yang diberi nikmat dan bukan jalan yang tersesat lagi dimurkai.  
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين
اللهم ارنا الحق حقا وارزقنا اتباعة و ارنا الباطل باطلا و ارزقنا اجتنابة.
اللهم انا نسئلك علما نافعا و قلبا خاشعا و رزقا حلالا و عملا مقبولا
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة و فى الاخرة حسنة و قنا عذاب النار
و صلى الله على نبينا محمد و على اله و اصحابه اجمعين
سبحان ربك رب العزة عم يصفون و سلام على المرسلين و الحمد لله رب العالمين


Tidak ada komentar:

Posting Komentar