Selasa, 09 Juli 2013

Renungan Azan

AZAN: Fenomena Unik Menarik

1.    Panggilan untuk melakukan shalat tidak dengan tetabuhan atau bebunyian melainkan dengan kalimat yang menyadarkan: AZAN. Tujuh macam kalimat dengan urutan spiritual yang diulang dilantunkan pada saat manjing waktu-waktu shalat. Sehari lima kali azan per mesjid. Sungguh menarik bila kita mencermati fenomena azan ini. Bisa saja dikaji secara estetika, sosial-budaya, teknologi pendukungnya, hukum, dll. Namun kali ini kita memilih pada (1) urutan redaksi azan, dan (2) momentum penanda pergantian waktu.

2.    Mari kita hayati urutan redaksi azan. Kita mencari logika, kaitan dan fungsi tujuh kalimatnya. Dibuka dengan takbir allahu akbar yang menyentakkan kesadaran; lantas sebuah kesaksian asyhadu anla ilaha illaAllah bertuhankan Allah; disusul kesaksian siapa tokoh akan dipanutinya asyhadu anna muhammad rasulullah. Tiga kalimat ini utuh sebagai stasi awal yang menegaskan bentuk-dasar hidup manusia benar. Kemudian setelah jelas siapa dipertuhankan dan siapa dipanutinya dalam hidup, mari melakukan shalat hayya ala shalat; lantas mari meraih kemenangan-kesuksesan hayya ala al-falah. Ya, ada kemiripan bentuk antara kata al-falah ‘kebahagiaan’ dengan al-fallah ‘petani’ hingga ada keterkaitan makna. Konsep ideal bahagia adalah bertani: mengolah tanah, mengelola tanaman dan menuai panenan. Ada di dalamnya faktor ikhtiar duniawi optimal dengan peparing Allah hasilnya, ad-dunya mazra’atul akhirah. Azan dilanjutkan penguatan komitmen allahu akbar takbir dan penutup la ilaha illaAllah termasuk juga sampai penutup hidup diniawi semoga meraih husnul khatimah penutup yang baik.

3.    Respons pendengar atas azan menyiratkan makna mendalam juga lewat kalimat-kalimat jawabannya. Pada stasi awal, jawabannya berupa pernyataan ulang kalimatnya. Persis. Lantas pada dua kalimat ajakan, dijawablah dengan la haula wala quwata illa billah ‘tiada pelindung dan kekuatan kecuali bersama Allah SWT’. Sungguh jawaban ini mendasar soal hakikat perbuatan manusia yang sepenuhnya bergantung pada perlindungan dan kekuatan dari Allah SWT. Kemudian dua kalimat azan terakhirnya dijawab dengan kalimat pernyataan ulang sebagai penguat-penegas sikap hidupnya menuju ke masa depan: dekat dan jauh.

4.    Tidak di sembarang waktu azan dikumandangkan. Azan dilantunkan menandai adanya pergantian waktu-situasi yang sifatnya alami-spiritualistik: Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, Isyak. Sering pula azan dikumandangkan saat ancaman-bencana hadir misalnya hujan-angin besar agar segera berganti menjadi aman. Bayi yang lahir diazani ataupun mayit diazani sebelum dikubur menandai adanya pergantian alam: barzah ke dunia dan dunia ke kubur. Ya, azan dikumandangkan menandai pergantian waktu, pergantian zaman, pergantian alam.


5.    Kalimat-kalimat azan berasal dari mimpi dua sahabat Nabi: Abdullah ibn Zain as-Tsa’labah RA dan Umar ibn Khattab RA. Nabi Muhammad SAW menyetujui, menetapkan, kemudian menunjuk Bilal ibn Rabah al-Habsyi sebagai pengumandang azan karena suara yang lantang lagi jernih penuh daya panggil ruhani. Selama Nabi hidup selalu Bilal yang berazan. Namun sesaat Nabi wafat, Bilal tidak kuasa melantunkannya terutama saat mengucapkan syahadat rasul. Bahkan Bilal minta berhenti azan, lantas pergi ke Syiria karena setiap tempat di Madinah mengingatkannya selalu pada Rasulullah. Dan Bilal azan sekali yang terakhir sudah ditunggu oleh kaum muslimin saat Khalifah Umar ibn Khatab RA datang ke Syiria memintanya azan yang disanggupi dan direspons dengan tangisan pendengar-jamaahnya yang semuanya menjadi rindu Rasulullah yang telah wafat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar