Selasa, 09 Juli 2013

Renungan Hidup Saat Ini

PROPORSI  DUNIA  atas  AKHIRAT
1.      Dalam al-Quran kata al-akhirah ‘akhirat’ disebut 115 kali dan tepat sama dengan kata ad-dunya ‘dunia’ yang 115 kali dipakai dari 6428 jumlah ayatnya. Doa sapujagat kita, hasanah dunia dan hasanah akhirat, rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirah hasanah waqina azab an-nar (QS Al-Baqarah: 201). Apakah hal itu berarti porsi dunia sama dengan porsi akhirat dalam perhatian hidup benar seorang muslim? QS Al-Qasas: 77 menegaskan bahwa orientasi hidup adalah akhirat, tapi jangan lupakan nasib dunia.

2.      Saat ini kita hidup di dunia. Kita yakini bahwa dulu telah kita lalui hidup di alam ruh dan alam rahim; serta kelak kita akan mengalami hidup di alam kubur dan alam akhirat. Pertanyaannya: Kita manusia itu tergolong makhluk-dunia yang kelak sampai akhirat, ataukah kita sesungguhnya makhluk-akhirat yang saat ini sedang berproses sampai di dunia? Lebih lama mana hidup kita di dunia dengan di akhirat? Bagaimana kita pada tahun 1950 yang lalu? Bagaimana pula kita pada tahun 2050?

3.      Orang Jawa bilang, urip nang ndonya mung mampir ngombe, urip nang akhirat iku sak lawase. Kanjeng Nabi SAW bersabda: Celupkan jarimu di air laut, air yang menetes dari ujung jarimu, itulah dunia seisinya; air yang tertinggal di segenap samudera itulah akhirat nanti. Meski porsi dunia tak seberapa (lama-banyak-besar) dibandingkan akhirat namun kehidupan dunia itu amat menentukan bagaimana warna-kelas-kualitas hidup akhirat nantinya. Dunia amat penting dan menentukan akhirat. Namun sebaliknya, tingkat keyakinan dan konsep akhirat juga signifikan bagi hidup benar manusia di alam dunia ini (QS Yunus:7 dan QS An-Nahl: 60)

4.      QS Ali Imran: 145. Ayat ini bertalian dengan perang Uhud yang umat Islam mengalami kekalahan. Selain karena ada sebagian pasukan yang melakukan desersi, tak jadi ikut berperang (Abdullah ibn Ubay dkk), juga setelah pertempuran pertama berlangsung hingga banyak rampasan perang berlimpahan di medan laga lantas pasukan Islam berebutan merayahnya, bahkan pasukan pemanah yang berada di pos-pos atas bukit pun ikut turun merayah ghanimah: baju besi, pedang, tameng, tombak dll. Maka pada pertempuran yang kedua pasukan Islam menjadi kocar-kacir tanpa formasi perang hingga berakhir kalah. Ada 70-an orang syuhada bahkan Nabi terluka. Al-Quran lantas menyadarkan, memberikan renungan mendasar bahwa memang ada orang yang ikut berperang itu dengan harapan balasan dunia serta ada yang berharap ganjaran akhirat. Apakah harus dipilih salah satu saja di antara dua itu: pahala dunia atau pahala akhirat?

5.      QS Ali Imran: 148 menegaskan bahwa memang ada jenis tertentu manusia yang diberi Allah ganjaran dunia sekaligus ganjaran akhirat. [Ganjaran dunia: ketenangan batin, kemenangan, kecukupan harta, nama-baik, dll. Ganjaran akhirat: surga, ridha Allah dll yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata ataupun tidak terbetik dalam benak manusia]. Dua ayat sebelum ini ternyata menjelaskan bagaimana kok bisa mendapatkan hal ideal-terbagus seperti itu. Ternyata orang-orang ini punya sikap lahir duniawi yang unggul-hebat yakni tidak pernah berkecil hati, tidak melemah dan tidak menyerah dalam mengatasi masalah hidup dengan tetap berada di jalan Allah (ayat 146). Dilanjutkan dengan sikap batin-nya yang selalu saja berdoa dan menjadi sikap dasarnya yang harap-harap cemas: Memohon ampunan atas salah dan sikap berlebihan yang terjadi kemarin-dulu serta memohon dikuatkan keyakinannya dan dibantu dalam menghadapi kaum kafir di masa kini-mendatang (ayat 147).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar