Selasa, 09 Juli 2013

Renungan Hidup Aktual

Pilih STRES POSITIF ataukah POSITIF STRES?
Hidup benar-unggul di zaman seperti saat ini sungguh perlu pengelolaan-diri yang standar-pas.
1.        Kondisi lingkungan hidup kita saat ini sungguh rawan, penuh kemungkinan untuk bisa makin baik atau sebaliknya makin buruk. Perubahan baik atau buruk demikian mudah. Kemajuan teknologi tampak mempercepat perubahan itu sehingga tahu-tahu sesuatu sudah berada di atas tanpa tahu proses-naiknya, demikian pula tiba-tiba di bawah tanpa tahu proses turunnya. Faktor penentu perubahan juga tampaknya makin banyak dan makin beraneka-ragam. Seolah siapa saja ataupun apa saja bisa menjadi faktor pengubah apalagi ada provokasi berbagai pihak. Semua hal diprovokasi unlimited. Semua hal dipaksa jadi cepat, jadi besar, jadi banyak, bagaimanapun proses dan keadaannya. Gebyah uyah. Sejalan dengan dominasi zaman yang sarat Materialisme, Egoisme, Persaingan (MEP) maka sisi kehidupan yang menonjol seolah hanya sisi yang lahiriah-kuantitatif-instan. Inilah potret yang kini terjadi yakni eksklusif yang tentu saja tidak proporsional, tidak alami.

2.        Kehidupan yang normal-alami-proporsional tentu bersifat inklusif-mencakup. Logikanya kalau ada yang unlimited tentu ada yang limited, ada yang bisa cepat-besar-banyak juga ada yang tetap lambat-kecil-sedikit. Zaman pun selain warna MEP juga ada warna lain yang Immaterialisme, Altruisme, Sinergi (IAS) sehingga penting pula hal-hal yang bersifat batiniah-kualitatif-prosesif. Oleh karena itu mari jangan sampai terjebak pada cepatnya perubahan, kita perlu proporsional dalam menempatkan banyak hal di lingkungan kita. Memang ada hal yang perlu cepat, namun ada hal yang perlu lambat, ada yang perlu besar dan ada yang perlu kecil, ada hal yang perlu banyak dan ada yang perlu sedikit. Berpikir dan bersikap proporsional dan jangan rakus, lebih mementingkan dan berorientasi-mengarah ke masa depan yang lebih baik, lebih benar, serta lebih-indah daripada kepentingan sesaat.

3.        Bahwa hidup kita ke depan nanti kitalah pelaku-utamanya, kitalah pengarahnya, kitalah faktor terpenting bersama Tuhan Allah SWT, dan bukan ditentukan orang lain lagi, siapapun itu. Untuk itu mari rumuskan harapan kita di masa depan (dekat dan jauh) serta rencanakan dengan program menyeluruh-rinci untuk bisa diraih. SMART. Jalankan optimal. Tentu saja ketika menjalankan program ini kita dalam kondisi stress tetapi stress yang positif (EUSTRESS). Ya, keadaan jiwa tertekan yang terjadi karena dorongan maju-positif, timbul dari jarak kondisi saat ini dengan tujuan-sasaran-harapan yang belum tercapai. Demikianlah stress positif yang sengaja dipilih guna diraihnya harapan masa depan. Stress menyenangkan

4.        Jika tidak bersedia menjadi pelaku-utama hidup diri kita sendiri maka hal yang terjadi adalah (1) merasa sebagai korban keadaan, korban perubahan, (2) membenci kesibukan dan pekerjaan yang selama ini kita lakukan, serta (3) mengeluhkan berbagai tekanan hidup yang dialaminya. Inilah kondisi stress-negatif (DISTRESS) alias yang bersangkutan positif mengidap stress, tertekan jiwanya tanpa kendali diri. Sesungguhnya kondisi ini bukan pilihan-sadar melainkan keterpaksaan yang muncul karena tiadanya sikap proaktif (berinisiatif dan bertanggungjawab) atas hidup kita, tidak bersedia menjadi pelaku-utama hidup sendiri sejak dari pikiran sadarnya hingga pada risiko-akibat perbuatannya. Inilah  stress yang menyusahkan, tidak terkendalikan dan cenderung destruktif.


5.        Hasil sebuah penelitian sosial di AS dengan data selama 10 tahun menunjukkan bahwa (1) Orang yang lebih banyak susahnya cenderung lebih mudah terkena penyakit berat, dan (2) Orang yang lebih banyak senangnya cenderung lebih sehat. Bersyukur itu mengikat kebaikan, yakni mencari-cari peluang bahagia, senang, positif dari hidup yang biasa (al-yaum lailan wa naharan) sehingga memicu kesyukuran-kesyukuran baru berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar