Minggu, 18 Desember 2011

40+9


Syawalan eks siswa SMAN Blabak ’80 pada 12 September 2010 di Sawangan:

40+9

Konon baru sembilan tahun usia hidup kita saat ini, tapi hidup yang sudah dilandasi kesadaran. Sebab empat puluh tahun sebelumnya barulah hidup yang penuh coba-coba dan wajar salah (trial and error) guna mendapatkan pengalaman yang beraneka-ragam. Tentu saja hal ini “hanya” pendapat orang Barat yang menyebutkan life begins at forty, hidup bermula saat usia seseorang empat puluh tahun. Berdasarkan pendapat tersebut hidup seseorang pasca-40 tahun merupakan hidup yang sebenar-benar hidup, hidup penuh kesadaran diri dengan landasan pengalaman dan juga penglamaan, yang alami dan lama. Lama? Nyatanya memang demikian.
Rasanya kita lulus SMA itu baru kemarin saja, tahun kemarin ataupun sepuluh tahun kemarinlah. Namun faktanya kita lulus SMA tahun 1980 alias sudah 30 tahun yang lalu. Benarkah sudah selama itu? Rasanya mau tetap tidak percaya, namun badan anak-anak kita pun sudah lebih tinggi daripada tinggi kita; rambut kita pun nyatanya sudah mulai meninggalkan dunia-hitam menuju dunia-putih, kondisi fisik kita juga sudah menurun jauh, bahkan satu-dua mulai sudah harus berpantangkan makanan tertentu. Tidak bisa dielakkan hidup kita ke depan sedang menuju masa fisik-turun, masa tua. Usia tua, takut? Bagaimanapun syukurilah usia kita, apalagi bukankah kebanyakan kita masih tergolong sebagai Balita (Bawah Lima Puluh Tahun)?
Hidup manusia ke depan tampaknya tidak semakin mudah. Sebab masalah hidup tampak makin banyak dan makin berat saja sementara kemampuan fisik kita justru menurun. Oleh karena itu selain memang masih perlu terus bekerja keras, kita juga perlu mulai bekerja cerdas dan utamanya membiasakan untuk bekerja ikhlas. Bismilah ke depan kita perlu untuk lebih berani mengambil risiko dan peran benar dalam mengabdi kepada sesama, tidak hanya kepada diri sendiri. Ya, bukankah hidup kita memang selalu mengarah dan menuju pada kehidupan abadi di akhirat setelah mati-duniawi? Ah, jangan menakut-nakuti dengan mati, belum siap.

Mari kita bertemu, saling menyapa dan saling menguatkan pilihan. Rasanya kita perlu untuk saling berbagi, baik itu kesedihan maupun kegembiraaan. Sebab kesedihan jika dibagi akan menjadi berkurang, sedangkan kegembiraan jika dibagi justru akan bertambah. Dengan berbagi, hidup kita makin berarti. Mari kita membuka diri untuk bisa saling memahami hingga bisa saling menguatkan. Seberapapun keterbukaan yang sedia dan rela kita ungkapkan. Insya Allah setelah bertemu nanti, kita akan menjadi lebih saling peduli dan saling menguatkan pilihan masing-masing. Tentu saja bukan intervensi, bukan campur tangan; melainkan saling menjaga dan saling membantu guna lebih baiknya keadaan kita, keluarga kita juga lingkungan dan komunitas bersama kita. Kalau toh belum mampu bekerjasama, minimalnya tidak terjadi hal yang saling merugikan, saling menyakiti atau saling menjatuhkan di antara kita.
Sesuai kerelaan masing-masing, mari kita ungkapkan hal-hal yang perlu untuk dimengerti orang lain akan diri kita : sebagian perjalanan hidup kita selepas SMA, keluarga kita, kesibukan kita, pengalaman unik kita, impian dan harapan kita, rencana kita ke depan, dll. Dengan pengungkapan ini insya Allah orang lain akan memahami siapa diri kita saat ini, karakter kita kini, sehingga ada pemahaman baru dari orang lain yang memungkinkan untuk adanya kerja sama dengan teman kita, saling menguatkan dan saling membantu guna kebaikan, keindahan dan kebenaran bersama. Apapun bentuknya, hingga mungkin ada yang mau besanan!
Mari kita lanjutkan hidup kita masing-masing dengan isi hidup yang lebih bermakna. Insya Allah dalam Syawalan ini nanti kita bisa saling bertegur-sapa untuk saling memahami, saling menguatkan. Hidup ke depan sungguh indah jika kita bisa lebih saling peduli sesama kita.
Kita siapkan diri untuk hari Ahad Pon, 12 September 2010 alias 3 Syawal 1431 di rumah teman ISTIYOSO HS (08124852345) Gondang, Sawangan jam 11.30 – selesai. Mari hadiri reuni kita bersama dengan penuh keingintahuan: Kayak apa sih kanca-kancaku saiki? Jalaran 30 tahun ora ketemu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar