Kamis, 22 Desember 2011

Buku Kiai Hamam dan Pondok Pabelan, Under Cover


Kata Pengantar


K.H. Hamam Dja’far (1938-1993) telah berbuat sesuatu. Secara konkret kiai aseli dari Desa Pabelan, Kabupaten Magelang ini mendirikan dan memimpin Balai Pendidikan Pondok Pabelan selama 28 tahun (1965-1993). Dari, lewat dan berpusat di pesantren inilah Kiai Hamam mengaktualisasikan diri juga berkomunikasi secara terbuka-luas dengan banyak orang dari berbagai kalangan dan dari beragam latar belakang untuk berpikir bersama, berbuat bersama bahkan kemudian bekerja sama saling membangun dan saling menguatkan dalam wadah besar negara Republik Indonesia. Sekian orang tokoh dan penggerak organisasi pada masa kepemimpinannya itu terbukti hadir, bertukar pikiran ataupun dipertemukan bersama di Pabelan guna menggagas berbagai hal dan berbuat bersama-sama. Bagi kiai tampak jelas bahwa Pondok Pabelan saat itu merupakan sebagian dari hal yang penting atau bahkan menjadi hal yang terpenting sehingga cukup tepatlah bila disebutkan Pabelan sebagai buah karya nyata beliau.
            Namun Pabelan bagi Kiai Hamam bukanlah tujuan melainkan sekadar alat. Alat beliau untuk bisa berbuat dan beraktualisasi diri dalam bingkai dunia pesantren, ummat Islam dan lebih luasnya dalam bingkai kehidupan berbangsa-bermasyarakat di negara kita Indonesia. Menjadi kesaksian kita bersama bahwa pada tahun 1970-an dan 1980-an kiprah kiai yang identik dengan kiprah Pondok Pabelan sedikit-banyak berperan dan tampak menonjol dalam percaturan pergerakan. Dalam bingkai-bingkai itu secara tulus Pondok Pabelan sering dijadikan ajang dan disodorkan olehnya sebagai pilihan tempat untuk mewujudkan ide atau konsep pemikiran baru para tokoh penggerak itu agar tidak sekadar hadir sebagai wacana. “Marilah konsep-wacana itu kita konkretkan dan kita bumikan di Pondok Pabelan kita bersama ini”, demikian ajakannya. Tawaran tulus inilah yang mengangkat Pabelan sebagai alternatif implementasi konsep-pemikiran baru. Di antara sekian konsep baru yang ‘berhasil’ dilakukan ialah model pengembangan masyarakat berbasis pesantren, program keterampilan santri, dan muatan tradisi dalam proses pembaharuan pesantren. Peran-peran mediasi, fasilitasi, pemberdayaan dan hal-hal yang seperti itulah yang dilakukan oleh Pondok Pabelan pada saat-saat itu.
Bingkai lain yang lebih substantif sebagai komitmen Kiai Hamam adalah pendidikan bangsa. Secara serius beliau memperhadapkan diri pada persoalan konkret bangsa guna mendidik kepribadian santri-santrinya, juga mendidik masyarakat lingkungannya, sekaligus bertukar pikiran secara terbuka dengan siapapun tamunya yang datang. Sekian banyak santri,  masyarakat lingkungan serta para tamunya jelas menjadi saksi hal itu. Berbagai ide dan buah pemikiran mengenai hal tersebut biasa terlontarkan bahkan kadang deras mengalir di forum perlisanan (dalam diskusi, dalam pengajaran, dalam khutbah, dalam wawancara) atau langsung diwujudkan dalam perbuatan dan karya nyata di Pabelan. Sungguh patut disayangkan ide dan pemikiran Kiai Hamam tidak pernah dituangkan dalam tulisan, sehingga tidak terdokumentasi. Hal inilah yang merupakan kelemahan sekaligus kekuatan beliau: ide pemikirannya bisa cepat mengalir ke mana-mana tetapi tidak mudah diidentifikasi. Konon yang khas dari ide dan pemikiran kiai adalah sifatnya yang inspiratif, bernas, improvisatif, moderat serta menguatkan pilihan pihak yang diajaknya berbincang. Adakah perannya yang seperti itu masih membekas, bermanfaat dan relevan hingga saat ini?
Apa saja yang sesungguhnya menjadi ide dan pemikiran Kiai Hamam Dja’far?
Bagaimana peran yang kyai jalankan bagi dunia pesantren dan ummat Islam?
Bagaimana sumbangan beliau bagi pendidikan dan kehidupan berbangsa?
Pertanyaan-pertanyaan itu hanya bisa dijawab tepat oleh mereka yang pernah mengenal dekat Kiai Hamam: santri, karib, kerabat, ulama, intelektual, pejabat, politisi, aktivis dan para tamu beliau yang biasa bertandang ke Pondok Pabelan dan asyik berbincang-bincang dengan beliau. Untuk itulah sehubungan dengan 70 tahun usianya jika masih hidup sekaligus ulang tahun ke-43 pesantren yang didirikannya, maka kami menganggap perlu menyusun buku yang memuat tulisan-tulisan dari mereka yang mengenal baik beliau serta menguatkan pilihan pihak yang diajaknya berbincang. Adakah perannya seperti itu masih berbekas, bermanfaat dan relevan hingga sekarang? Apa yang sesungguhnya menjadi gagasan dan pemikiran Kiai Hamam Dja’far? Bagaimana perannya dalam dunia pesantrén dan ummat Islam? Apa sumbangannya bagi pendidikan dan kehidupan bangsa?
            Dari lebih  90 orang yang kami mintai sumbangan tulisannya, kira-kira setengahnya memenuhi permintaan kami itu. Ada di antaranya yang memberikan hasil penelitian yang pernah dilakukan ketika Kiai Hamam masih  hidup. Naskah itu kami sunting disesuaikan dengan tujuan penerbitan buku ini. Tapi sumbangan yang lain adalah yang  mereka tulis khusus untuk keperluan penyusunan buku ini sesuai dengan yang kami minta. Ada juga yang karena kesibukannya tak sempat menulis sendiri sumbangan yang kami minta namun bersedia diwawancara oleh Panitia Buku K.H Hamam Dja’far. Setelah ditulis, hasil wawancara itu kami konfirmasikan kepada yang bersangkutan. Kepada mereka semua, kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan amal mereka akan menjadi amal yang soléh di sisi Allah SWT. Amin ya Robbal’alamin.
            Tiada lain maksud kami agar jejak langkah orang seperti K.H. Hamam Dja’far yang jelas berjasa mendirikan Pondok Pabélan yang fenomenal jangan sampai hanyut tak berbekas digilas Sang Kala. Mudah-mudahan buku ini bukan saja berhasil merekam jejak langkah almarhum melalui tulisan para santri, sahabat dan orang dekatnya, melainkan juga dapat dijadikan pedoman atau acuan oleh mereka yang di belakangnya memimpin atau mau mendirikan pondok.

Pabélan, 6 Juli 2008.

                                                                                    Panitia Buku Mengenang 70 Tahun
 K.H. Hamam Dja’far 









Panitia Buku
Mengenang 70 Tahun K.H. Hamam Dja’far

Penasihat                     : K.H. Drs. Ahmad Mustofa, K.H. Ahmad Najib Amin, Kyai Muh Balya, K.H. Drs. Mahfudz Masduki, MA
                                    Penyunting                  : Ajip Rosidi
                                    Ketua                          : Muhammad Nasiruddin, MA; R. Jamaludin, MHum
                                    Sekretaris                    : Dra. Nurul Faizah; Dra. Maria Nurhayati
                                    Bendahara                   : Drs. Nurhamid Effendi; Nur Afiyati, STh. I
Anggota                  : Drs. Mudzakir, MAg; Ahmad Zabidi, SHI; Muh Nurmustofa, SHI; Uswatun Hasanah, SPdI; Abdul Salam, SPdI; Abdul Gafur, SPdI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar