Sabtu, 10 Desember 2011

Peran Muhammadiyah dalam Kehidupan : Studi Kasus di Daerah Magelang


Oleh: Muhammad Nasiruddin
Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM Kabupaten Magelang


Ide tentang gerakan Muhammadiyah hadir di Borobudur Kabupaten Magelang pada awal tahun 1917 lewat jalur pernikahan dan pertemanan. Pada periode berikutnya, di daerah Magelang hingga saat Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir tahun 1945, Muhammadiyah telah berdiri resmi sebagai groep atau kring di empat tempat yakni Borobudur (1928), Magelang (1930), Muntilan (1935) dan Salam (1938). Hingga dewasa ini tepatnya pada tahun 2007 Muhammadiyah telah merata ada di 20 dari 21 kecamatan se-Kabupaten Magelang. Tinggal satu kecamatan yakni Pakis yang belum berdiri Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM). Data pertumbuhan Muhammadiyah di Magelang ini sungguh menarik karena meningkat relatif cepat. Namun dari hal tersebut pastikah juga bermakna besar dan kuat peran yang dimainkan Muhammadiyah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya di daerah Magelang ini?
Guna mengidentifikasi peran organisasi yang berslogankan Islam berkemajuan, maka tulisan ini disusun dengan tumpuan lima pokok-pikiran. Pertama, platform Muhammadiyah yang merupakan perangkat dasar persyarikatan; unik karena proses perumusan dan perwujudan yang bertahap. Kedua, filosofi kemandirian berupa uraian alasan dan motivasi gerakan dalam ber-Muhammadiyah. Ketiga, filosofi pemilihan berupa uraian bagaimana pemilihan nilai, ide dan jenis gerakan yang sesuai tuntutan zaman. Keempat, filosofi pengelolaan berupa uraian persoalan konkret yang muncul di masyarakat sebagai tantangan organisasi lantas bagaimana pengelolaannya. Kelima, peran Muhammadiyah yakni kesimpulan terinci mengenai peran persyarikatan berdasarkan uraian, analisis dan data yang diungkap sebelumnya. Data kuantitatif-kualitatif mengenai Muhammadiyah Magelang secara parsial-kontekstual dilekatkan pada masing-masing pokok-pikiran dengan fungsi sebagai pelengkap dan bukti; kecuali pada pokok pikiran pertama karena uraian yang normatif.

Platform Muhammadiyah: Proses yang Bertahap

“Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” merupakan rumusan ketujuh mengenai maksud dan tujuan Muhammadiyah. Enam rumusan sebelumnya telah menjadi dokumen-tahapan saat menuju yang ideal sesuai aspirasi dan konteks zaman masing-masing. Bila dicermati tujuh rumusan berikut ini tampak jelas pengaruh faktor luar (situasi politik, konstelasi) selain faktor dalam (aspirasi warga). Apakah rumusan yang terakhir ini masih akan berubah pula di masa mendatang? Tidak ada yang bisa memastikannya saat ini. Namun tentu diyakini bahwa rumusan yang disepakati secara organisatoris merupakan rumusan paling ideal, paling tepat dan paling representatif.
Tabel 1
Tujuh urutan rumusan tujuan Muhammadiyah
Tahun
Rumusan Tujuan
Statuten Pendirian, 1914
a. Menyebarkan pengajaran agama kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera di dalam residensi Yogyakarta, b. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya
Perluasan Wilayah, 1921
a. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Nederland b. Memajukan dan menggembirakan cara kehidupan sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya (segala sekutunya)
Zaman Jepang/Dai Nippon, 1942
Sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Timur Raya di bawah pimpinan Dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh Allah, maka perkumpulan ini: a. Hendak menyiarkan agama Islam serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntutannya. b. Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum, c. Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya. Kesemuanya itu ditujukan untuk berjasa mendidik masyarakat ramai
Muktamar Purwokerto, 1950
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
Muktamar Yogyakarta, 1959
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
Muktamar Solo, 1985
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah Subhananhu wa Ta’ala
Muktamar Jakarta, 2000
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
Sumber: Tabulasi dari buku referensi

Tidak hanya rumusan tujuan yang berubah, sebab sesungguhnya perangkat-dasar (platform) yang lain juga berubah, karena diperbarui, ditambahkan, ditajamkan dan disempurnakan. Ada perangkat-dasar yang bersifat ideologis, misalnya Mukaddimah Anggaran Dasar (1951), Kepribadian Muhammadiyah (1961), Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (1969), dan juga Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (2000). Adapun perangkat-dasar persyarikatan yang bersifat strategis di antaranya adalah Khittah 1938-1940, Khittah Palembang 1956-1959, Khittah Ponorogo 1961, Khittah Ujung Pandang 1971, Khittah Surabaya 1978, juga Khittah Denpasar 2002. Dari nama kota dan tahun tampak jelas bahwa momentum yang digunakan untuk memunculkan aspirasi perubahan tersebut adalah forum Muktamar atau Tanwir yang merupakan lembaga tertinggi dan tinggi dalam tata-aturan persyarikatan Muhammadiyah.
 Proses perubahan menuju masa depan yang bertahap merupakan kata-kunci bagi pergerakan Muhammadiyah. Akan tampak pula bahwa proses sosialisasi perubahan tersebut baik ke dalam maupun ke luar juga bertahap, pelan dan berjenjang. Sebutlah misalnya PHIWM yang merupakan keputusan Muktamar 2000 namun sampai tahun 2010 ini tidak sedikit warga bahkan aktivis di daerah yang belum memahaminya, apalagi memedomaninya. Oleh karena itu orientasi masa depan hingga beberapa tahun berikutnya merupakan olah-ketajaman para pimpinan guna meletakkan platform yang signifikan sehingga mampu menuntun ataupun menjadikannya pegangan bagi warga persyarikatan.

Filosofi Kemandirian: Maju Bukan karena Dibantu

Islam berkemajuan merupakan slogan yang tepat, cerdas dan representatif. Dengan slogan ini konsep dasar gerakan bisa tercakup dan mudah diidentifikasi. Identifikasi ke arah luar akan memudahkannya dibedakan-dibandingkan dengan gerakan dan organisasi lain. Sedangkan identifikasi ke arah dalam kepada warga sendiri akan menjadi pedoman dalam mengarahkan gerak atau memberikan citra dan rasa khas sebagai gerakan Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah merupakan pelopor, berorientasi ke depan dan penuh berkemandirian. Maju bukan karena dibantu, dan wajar dibantu karena memang maju.
Orientasi Islam berkemajuan tentulah ke masa depan dan bukan ke masa lalu. Namun Islam berkemajuan yang bagaimana? Secara leksikal makna Islam n “agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT” (KBBI, 1998: 340). Adapun maju v bermakna “1. bergerak (berjalan) ke muka 2. mendesak ke depan 3. menjadi lebih baik, berkembang 4. telah mencapai atau berada pada tingkat peradaban tinggi, dan 5. cerdas, berkembang pikirannya, berpikir dengan baik” (KBBI, 1998: 545). Lantas makna kemajuan n “hal (keadaan) maju (tentang kepandaian, pengetahuan, dsb.), misalnya pada bertanggung jawab atas kemajuan bangsa dan negara “(KBBI, 1998: 545).
Sejarah hadirnya Muhammadiyah di banyak tempat mencitrakan slogan tersebut dengan cakupan leksikal di atas secara sempurna. Gerakan Muhammadiyah merupakan gerakan berperadaban maju, tinggi yang didasarkan pada ajaran agama Islam. Oleh karena itu warna-dasar sejarah hadirnya Muhammadiyah adalah pembaruan ajaran dan ketepatannya dengan tuntutan zaman. Wawasan yang luas, arif-bijaksana, toleran, menjelajahi berbagai kemungkinan serta tidak memersulit pengamalan ajaran Agama Islam merupakan ciri sikap orang berpaham Muhammadiyah. Inilah trade-mark Muhammadiyah yang perlu terus dijaga dan diaktualisasikan. Data hadirnya Muhammadiyah di Magelang pada awal-mula sebelum Indonesia lahir ini tampak menegaskan trade-mark tersebut: gerakan berperadaban maju.
Table 2
Empat Groep Muhammadiyah awal-mula di Daerah Magelang

Borobudur
Magelang
Muntilan
Salam
Ide masuk
1917
1917
1918-1919
1926
Jalur dan sebab awal
Jalur dakwah keluarga dan karib
Jalur dakwah khusus ke siswa MOSVIA
Jalur dakwah membendung kristenisasi
Jalur dakwah di lingkungan social
Tokoh  pembawa ide
KRH Hadjid
KH Ahmad Dahlan
KH Ahmad Dahlan
Kiai Siradj alias Sentot Kauman
Alamat awal
Sabrangrowo
Kwarasan
Kauman
Jagalan
Tokoh local paling awal
KH Siradj bin AQ dan Ny. Siti Aminah
RM Soempeno
KH Ma’shoem dan Mangoenredjo
Kiai Abdullah Mursjid dan Julaini
Groep/kring
1 Juli 1928
1930-an
13 Juli 1935
1938-an
Tahun resmi menjadi eselon persyarikatan
Cabang: tgl. 17 Agustus 1964 (No. 1859/A)
Daerah: Kedu; Kabupaten-Kota 1969
Cabang: Tanggal. 17 Januari 1943
Cabang: Tgl 15 Agusts 1963 (No. 1731/A)
Sumber: Tabulasi Data dari Sejarah Muhammadiyah Magelang (2006)

Kemandirian dan kepeloporan organisasi perlu terus diimplementasikan dalam berkegiatan baik di tingkat pusat maupun tingkat ranting hingga kapan pun. Dalam mengelola Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) misalnya, kerjasama dengan berbagai pihak terus digalang baik dengan pemerintah maupun swasta. Bagaimana dengan subsidi dari pemerintah? Dengan atau tanpa subsidi dari manapun Muhammadiyah terus berproses maju, terus mandiri dan tidak bergantung. Muhammadiyah terus maju. Bisa saja Muhammadiyah dibantu tapi karena maju, dan memang sesungguhnya maju yang bukan karena dibantu. Inilah pemahaman yang benar mengenai kemandirian dan subsidi dari luar. Termasuk pada gerakan infak guna penyelenggaraan perhelatan Muktamar 1 Abad di Yogyakarta ini, mandireng pribadi.

Filosofi Pemilihan: Pilih Mulia meskipun Penuh Kesukaran

Di antara dua jalan, kebenaran dan kesesatan, mengapa menghindari kesulitan? Pilih saja hal yang mulia kendatipun prosesnya akan penuh kesulitan karena itulah kebenaran yang mampu akan mengantarkan pada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Mendirikan Muhammadiyah sungguh keputusan riskan, penuh risiko. Sekali Muhammadiyah berdiri di suatu tempat tentu menuntut adanya keberlangsungan dan progresivitas kegiatan. Risiko para aktivisnya bisa dikucilkan lingkungan, dicemooh, bahkan hingga disiksa dan dibunuh sungguh bukan isapan jempol dalam sejarah Muhammadiyah pada dekade 1960-an karena adanya rivalitas dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tampak jelas bahwa pilihan para pemrakarsa Muhammadiyah didasari oleh keyakinan keagamaan guna mencapai kemuliaan hidup. Kesukaran sebagai risiko dalam meraih kemuliaan adalah hal logis. Apalagi bilamana para pemrakarsa-aktivis juga memahami filosofi berdirinya Muhammadiyah pada hari Tarwiyah 8 Zulhijah 1330 Hijriah yang diunsuri oleh tiga nilai dasar: kesamaan-egaliter (berpakaian yang sama, ihram) mendekat-taqarub kepada Allah (berwukuf di Arafah) dan kerelaan berkurban (berkurban di hari Nahr) Nilai-nilai tersebut seolah sudah terinternalisasi secara konkret pada jiwa aktivis-pejuang lewat tantangan nyata perjuangan menghidupkan  organisasi.
Di daerah Magelang ini mayoritas PCM berdiri pada dekade 1960-an. Pada dekade ini pula PRM bertumbuhan bak jamur di musim penghujan, termasuk munculnya berbagai ragam Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), seperti bidang pendidikan (MWB, SMP, SMEP, ST, SPG, PGA), bidang kesehatan (RB/BKIA), bidang sosial (PAY), dll. Tabel berikut memberikan gambaran konkret bagaimana maraknya Muhammadiyah di daerah Magelang tersebut.
Table 3
Daftar PCM berdasarkan waktu berdirinya, Jumlah PRM dan AUM
PCM
Resmi Berdiri
Lembaga dan Nomor SK
PRM
AUM
Muntilan
17 Januari 1943
HB Moehammadijah  No. 938
13
38
Salaman
24 Mei 1962
PP Muhammadijah  No. 1581/A
9
8
Salam
15 Agustus 1963
PP Muhammadijah  No. 1731/A
6
13
Sawangan
15 Agustus 1963
PP Muhammadijah  No. 1732/A
11
15
Mungkid
28 September 1963
PP Muhammadijah  No. 1743/A
15
46
Borobudur
17 Agustus 1964
PP Muhammadijah  No. 1859/A
7
13
Secang
19 November 1964
PP Muhammadijah  No. 1908/A
20
17
Dukun
10 April 1965
PP Muhammadijah  No. 1966/A
10
17
Kaliangkrik
5 Agustus 1965
PP Muhammadijah  No. 2064/A
8
9
Windusari
13 Oktober 1965
PP Muhammadijah  No.  2103/A
4
1
Srumbung
18 Desember 1965
PP Muhammadijah  No. 2105/A
12
14
Bandongan
22 Februari 1966
PP Muhammadijah  No. 2205/A
4
14
 Grabag
5 Maret 1966
PP Muhammadijah  No. 2209/A
4
3
Kajoran
25 Oktober 1967
PP Muhammadijah  No. 2575/A
9
14
Ngluwar
1967
Dalam pelacakan data
4
15
Mertoyudan
1979
Dalam pelacakan data
6
12
Tempuran
1979
Dalam pelacakan data
3
15
Candimulyo
1981
Dalam pelacakan data
3
3
Ngablak
2006
Dalam pelacakan data
1
0
Tegalrejo
2007
Dalam pelacakan data
1
0
Sumber: Tabulasi Data dari Sejarah Muhammadiyah Magelang (2006)
Namun tidak setiap pilihan mulia akan berakhir dengan sukses di dunia ini. Secara konkret ada PCM yang tidak marak, ada AUM yang harus mengalami Alih-Fungsi karena berbagai sebab, bahkan ada AUM yang dengan terpaksa Tidak Lagi Operasional. Namun hal tersebut tidak perlu menjadikan perjuangan terhenti. Kamus berputus-asa bagi warga persyarikatan sudah dibuang jauh sehingga kendatipun saat ini belum mampu mengembangkan AUM misalnya, namun niatan dan ikhtiar untuk memajukan atau menemukan bentuk AUM baru yang lebih sesuai masih terus diusahakan, dipelihara dan dijaga. Table berikut memberikan gambaran mengenai AUM yang beralih-fungsi dan AUM yang berhenti. Membaca paparan data ini memang bisa menimbulkan  perasaan pahit-getir bahkan menyakitkan dalam jiwa, namun semua ini merupakan data yang konkret sehingga penting untuk diterima sebagai kenyataan dalam kehidupan ber-Muhammadiyah di daerah Magelang.
Table 4
Data AUM yang Alih-Fungsi dan Tidak Operasional
PCM
AUM alih Fungsi
AUM Tidak Operasional
Muntilan
SPGàSMA2, PGAàMTs2, MWBàSD TA
SMP Muallimin Pucungrejo (1971-91); MI Tamanagung
Salaman
PGAàSMA, SPGàSMK
-
Salam
SMAàSMK2, STàMTs
MI Krakitan, MI Somakerto, TK Somakerta, TK Tersan Gede (1988-)
Mungkid
MWBàMIàSD
-
Sawangan
MWBàMI
-
Borobudur
SPGàSMK1
-
Secang
SMPàPAY, PGAàSMP
SMP Secang (1971-94)
Dukun
MWBàMI
ST
Kaliangkrik
MWBàMI
Madin
Windusari
-
-
Srumbung
SMEPàSMP
-
Bandongan
-
SMA (1996)
 Grabag
-
SMA Kalikuto (1981-93)
Kajoran
MWBàMI
TK ABA
Ngluwar
MIàSD, PGAàMA
PGA, MA Bligo (1986-93), MTs1-2, ST
Mertoyudan
-
SMP Jogonegoro (1977-93)
Tempuran
SMAàSMEAàTK ABA
SMA (1984-96), SMEA (1998-2001)
Candimulyo
SMP1àPAY
SMP1 (1981-2000)
Sumber: Tabulasi Data dari Sejarah Muhammadiyah Magelang (2006)
Memilih hal mulia tentu benar apalagi ketika dihadapkan pada risiko besar dan kesukaran hidup. Para perintis dan aktivis Muhammadiyah di daerah Magelang ini nyata membuktikan pilihan mulia tersebut lengkap dengan besarnya risiko. Mulai dari dikucilkan masyarakat, dicemooh, dilecehkan, hingga ada yang disiksa dan diancam bunuh merupakan hal lumrah pada dekade 1960-an ketika Muhammadiyah bekonfrontasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Filosofi Pengelolaan: Melibatkan diri, Wajar dan Dinamis

Menyadari sepenuhnya bahwa persoalan hidup manusia di dunia ini merupakan ladang amal bagi hidup abadi di akhirat maka perlombaan untuk mendapatkan kenikmatan akhirat tidak mungkin membiarkan kegersangan ataupun ketidakproduktifan di bumi ini. Setiap muslim yang sadar akan berusaha sekuat tenaga melibatkan diri dalam persoalan hidup di lingkungannya karena memang itulah ladang amal-salihnya. Panenan hasil mungkin saja ternikmati semasa hidup di dunia namun yang jelas orientasi utamanya adalah kehidupan akhirat. Untuk itulah keterangan sifat wajar dan dinamis menjadi penting agar seseorang tidak terjerat oleh persoalan duniawi yang tidak perlu, tidak sesuai sunnatullah. Kehidupan sosial sungguh dibangun oleh kesepakatan bersama mengenai bagaimana yang baik-benar sehingga kesejahteraan-kenyamanan hidup di dunia mungkin menjadi nyata.
Ikhtiar mengubah lingkungan menjadi lebih baik dilakukan warga Muhammadiyah lewat pendirian dan pengelolaan AUM. Inilah pilihan cerdas jamaah guna mewujudikan nilai lebih hidupnya sekaligus menawarkan solusi bagi persoalan konkret di lingkungan tersebut. Ada AUM yang berupa SMK, ada yang berupa Sekretariat/Kantor PCM, ada yang Gedung Pertemuan, ada yang PAY, ada yang RB/BKIA. Semakin AUM dibutuhkan dan dikelola secara professional akan semakin baik dan menjadi rahmatan lil alamin bagi lingkungan tersebut. Table berikut menggambarkan aneka pilihan AUM yang dikelola jamaah Muhammadiyah Magelang; beberapa memang muncul sebagai AUM unggulan yang kuat dan professional.
Table 5
AUM Baru dan Manajemen Baru di PCM tahun 1981-2007
PCM
Tambahan AUM Baru
Manajemen Baru
Muntilan
Kantor PCM DA (1981), SMK2 (1997), Pesantren (2001), SMP Plus (2007)
SD GP (1993), SD1 (1999), SD TA (2002); RSIA (2002)
Salaman
SPG-SMK (1988)

Salam
BKIA (1985), BTM (1994)

Mungkid
PAY (1981), SMA (1989)
SD Sirajudin (2003)
Sawangan
Kantor PCM/Balai Muslimin (1985)

Borobudur
BKIA (1987), SMK2 (1997)

Secang
PAY (2003)
SD Payaman (2003)
Dukun
Ruko BMT (2000)
TK Darusalam (2004)
Kaliangkrik


Windusari
TK (2002), PAY (2007)

Srumbung
MTs (1981), PAY (2007)

Bandongan
PAY (1998) SMK (2007)
SDIT (2002)
Grabag
SMA (1981)

Kajoran


Ngluwar
MTs-MA (1986), Kantor PCM (1989)
SD Bligo (2004)
Mertoyudan
SPP (1981), Ponpes (1984); SMK (1985); UMM II (1998)

Tempuran
SMA (1984), SMEA (1998)
Pesantren SMP (1984)
Candimulyo
SMP 1 (1981), SMP2 (1987)
PAY (2008)
Ngablak
Pengajian (2006)

Tegalrejo
Pengajian (2007)

Sumber: Tabulasi Data dari Sejarah Muhammadiyah Magelang (2006)

Lantas bagaimana sesungguhnya warna Muhammadiyah di tengah kancah masyarakat, dan bagaimana gambaran konkret Muhammadiyah tersebut diukur? Mengikuti ‘kekayaan’ pemerintah dalam jumlah desa maka bisa dibandingkan dengan jumlah PRM; demikian juga jumlah TK ABA dibandingkan dengan jumlah TK umum; serta jumlah SMK Muhammadiyah dibandingkan dengan jumlah SMK keseluruhan. Tampak jelas dari perbandingan tersebut bagaimana wajah Muhammadiyah secara umum, bahkan diakhiri dengan angka persentasenya sehingga menunjukkan seberapa besar dan terukur warna kuantitatif Muhammadiyah di lingkungan tersebut meskipun terbatas pada bidang atau jenis yang sama.
Table 6
Perbandingan Jumlah Desa dengan PRM, Jumlah TK dengan TK ABA,  Jumlah SMK dan SMK Muhammadiyah Tahun 2007
PCM
Desa
PRM
Minus                      
TK
ABA
Selisih
SMK
SMK Muh
    Muntilan
14
13
1
31
22
9
5
2
Salaman
20
9
11
14
4
10
2
1
Salam
12
6
6
17
8
9
5
2
Mungkid
16
15
1
25
20
5
2
1
Sawangan
15
11
4
10
9
1
0
0
Borobudur
20
7
13
11
7
4
2
2
Secang
20
20
0
14
10
4
1
1
Dukun
15
10
5
29
10
19
0
0
Kaliangkrik
19
8
11
7
5
2
0
0
Windusari
19
4
17
7
1
6
1
0
Srumbung
17
12
5
20
11
9
0
0
Bandongan
14
4
10
12
8
4
1
1
 Grabag
28
4
24
12
1
11
0
0
Kajoran
28
9
19
13
9
4
0
0
Ngluwar
8
4
4
34
10
24
0
0
Mertoyudan
13
6
7
38
7
31
2
2
Tempuran
15
3
12
8
2
6
0
0
Candimulyo
19
3
16
11
0
11
0
0
Ngablak
16
1
15
4
0
4
1
0
Tegalrejo
21
1
20
20
0
20
1
0
(Pakis)
20
0
20
6
0
6
0
0
Jumlah
369
148
223
326
144
182
23
12
Persentase
100
40,1
59,9
100
44,1
55,9
100
52,17
Sumber: Tabulasi Data dari Sejarah Muhammadiyah Magelang (2006)

Bila semua data kuantitatif di atas bersifat struktural-potensial bagaimana pula dengan kelengkapannya secara fungsional-kinetis? Data berikut boleh jadi melengkapinya. Selama tiga tahun terakhir ini, sejak 2008 PDM Kabupaten Magelang membuat dan lantas memiliki hari ber-Muhammadiyah yang diselenggarakan secara berkala (3-4 bulanan)  bergiliran. Pilihannya jatuh pada hari libur sekolah/bekerja agar bisa dihadiri oleh segenap warga, sejumlah 5.000-10.000 orang di lapangan terbuka. Tentu kegiatan yang dinamai Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah (SKBM) ini sarat dengan kepentingan. Kepentingan PCM tuan-rumah, kepentingan AUM, kepentingan PDM, juga kepentingan ekonomi warga, kepentingan politik, kepentingan pengembangan kesenian-kebudayaan hingga kepentingan untuk adu-prestasi dan lainnya karena adanya panggung terbuka, ada bazaar-pameran, juga stand-stand yang sesuai aspirasi warga.  Delapan kali SKBM bisa dicermati dari table berikut ini.
Table 7
Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah (SKBM) Kabupaten Magelang
No
Waktu
Tempat
Penceramah
Konteks
Seremoni
1.
1 Juni 2008
Bandongan
Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin
Jelang Tahun Ajaran Baru
Peresmian SMK, Masjid
2.
24 Agustus 2008
Salaman
Prof. Dr. H. M. Amin Rais
Jelang Pilkada Jateng

3.
28 Desemb 2008
Srumbung
Dr. H. Khairuddin Bashori
Jelang Pilkada Kabupaten

4.
3 Mei 2009
Kaliangkrik
Drs. H. Rozihan, SH
Jelang Pileg dan Pilpres

5.
5 Juli 2009
Windusari
Drs.H. M. Syukriyanto AR

Peresmian PAY
6.
18 Oktober 2009
Gunungpring, Muntilan
Dr. H. Khairuddin Bashori


7.
17 Januari 2010
Jumoyo, Salam
Dr. H. Abdul Mu’thi, M. Ed.
Porseni Siswa Muhamadiyah
Kantor PCM Salam
8.
23 Mei 2010
Pabelan, Mungkid
Prof. Dr. H. M. Amien Rais
Jelang Muktamar
Sekretariat PDM
Sumber: Tabulasi Data dari PDM Kabupaten Magelang, 2010
Sudah barang tentu banyak pejabat terkait yang dihadirkan dalam SKBM sehingga secara berkala tergalang komunikasi dan kerjasama internal-eksternal Muhammadiyah dalam banyak hal. Selain bupati, kepala dinas, kepala Polres, Komandan Distrik, juga para tokoh masyarakat yang relevan. Adanya panggung terbuka, pameran aneka produk dan bazaar menjadikan suasana leluasa untuk banyak kepentingan.

Peran Muhammadiyah: Ada untuk Bermakna

Dari uraian di atas maka bisa disimpulkan beberapa identifikasi berikut ini:
1.      Platform Muhammadiyah, perangkat dasar persyarikatan terus berkembang dan bertambah menuju yang lebih baik, lebih tajam, lebih sesuai, dan lebih mampu menyelesaikan persoalan yang ada. Oleh karena itu warga Muhammadiyah menyadari bahwa proses perkembangan itu sebagai bukti hidupnya organisasi yang mampu merespons perubahan zaman dengan sikap yang arif, bijak dan tepat.
2.      Muhammadiyah sejak awal berdirinya memiliki kepeloporan dan kemandirian yang perlu untuk terus dijaga dan ditingkatkan sehingga tidak bergantung kepada pihak manapun termasuk pemerintah. Muhammadiyah maju bukan karena dibantu atau disubsidi; bisa saja Muhamadiyah dibantu karena memang maju. Dengan atau tanpa subsidi pemerintah, Muhammadiyah terus maju mewujudkan tujuannya.
3.      Pemrakarsa yang mendirikan Muhammadiyah atau siapa yang bersedia menjadi pengurus persyarikatan berarti memilih hidup mulia; tidak menghindar dari kesukaran hidup. Ancaman dikucilkan oleh lingkungan, dicemooh, disiksa bahkan hingga dibunuh pun merupakan risiko wajar pejuang sejati, seperti misalnya saat berkonfrontasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada dekade 1960-an. Pilih hidup mulia meskipun ada kesulitan.
4.      Warga dan simpatisan Muhammadiyah mendarmabaktikan hidup dan kegiatannya untuk kebaikan lingkungan dan masyarakatnya sehingga berupaya mendirikan dan mengelola Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) sesuai bidang kehidupan yang dibutuhkan. Semuanya itu didasari niat mengabdi kepada Allah dengan kesadaran penuh melibatkan diri dalam kancah kehidupan secara wajar dan dinamis guna terciptanya kebaikan dan kenyamanan hidup bersama di dunia.
5.      Muhammadiyah berperan besar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Peran itu tampak secara kuantitatif-struktural dari jumlah AUM yang ada dan berprestasi sesuai kekhasan-kelebihan masing-masing. Secara kualitatif-fungsional Muhammadiyah juga berperan dalam menjaga dan menguatkan masyarakat madani, bangsa dan negara sehingga selalu berada dalam koridor keadilan, kebaikan, dan kesejahteraan umum bersama. Muhammadiyah ada untuk bermakna secara positif bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Daftar Pustaka
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah 2005. 2005. Yogyakarta: PP Muhammadiyah.
Asrofie, M. Yusron. 2005. Kyai Haji Ahmad Dahlan, Pemikiran dan Kepemimpinannya. Yogyakarta: MPKSDI PP Muhammadiyah.
Darban, Ahmad Adaby. 2005. “Imamah Muhammadiyah Menyongsong Perjuangannya di Abad ke-2” dalam Majalah Suara Muhammadiyah Nomor 12 Tahun ke-90/16-30 Juni 2005. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Pers SM.
Hambali, Hamdan. 2008. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Hasyim, Mustofa W. 2000. Ranting Itu Penting: Mengaktifkan Peran Sosial Muhammadiyah Lewat Ranting. Yogyakarta: Pustaka SM.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 1988. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kuntowijoyo. 1997. Identitas Politik Umat Islam. Bandung: Mizan
Mulkhan, Abdul Munir. 1990. Warisan Intelektual KH Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah. Yogyakarta: PT Percetakan Persatuan.
Nasiruddin, Muhammad, dkk. 2006. Ada Untuk Bermakna, Sejarah Muhammadiyah Magelang. Magelang: PDM Kabupaten Magelang.
Pasha, Musthafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban. 2009. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Penerbit Pustaka SM.
Shihab, Alwi. 1998. Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia. Bandung: Penerbit Mizan.


Biografi Singkat Penulis

Muhammad Nasiruddin lahir di Magelang, 19 Oktober 1961 (No. KTAM: 741.598) adalah Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM Kabupaten Magelang, Ketua Pengurus KJKS BTM AMMAN Magelang, selain sebagai staf edukatif di Pondok Pesantren Pabelan. Lulus S1 (PAI-UIN Jkt) tahun 2002 dan S2 (MSI-UMY) tahun 2005. Bersama isteri bernama Siti Nurlaela serta dua anak yakni Mustafa Najih Fuadi (18) dan Halida Fatha Arrifa (16) kini berdomisili di Jalan Kartini 10 Kauman Muntilan 56411. No HP 08121581471                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar