Selasa, 20 Desember 2011

Menyongsong Usia 40 Tahun

Renungan:
Menyongsong Usia 40 Tahun
Usia 40 tahun sungguh unik, penting lagi bermakna. Apalagi orang Barat juga biasa berkata, live begins at forty, ‘hidup dimulai pada usia 40 tahun’. Tentu saja hidup yang begini benar-benar hidup, bukan hidup yang asal-asalan. Alquran juga menuntunkan seseorang berdoa bila melewati usia ini seperti tertulis pada QS al-Ahqaf [46]: 15.
Pengalaman seseorang pastilah tidak sedikit menjelang atau saat usia 40 tahun. Sebab seumumnya orang pada usia itu sudah pernah mengalami proses naik, meniti karir hingga sukses namun pernah pula menjalani hidup turun bahkan jatuh dan terpuruk. Mungkin hal itu berkali-kali pula dialami, naik-turun, jatuh-bangun atau sukses-gagal-sukses. Itulah perjalanan dan pengalaman hidup seseorang yang khas dirinya, tiada mungkin sama apalagi identik dengan orang lain.
Usia 40 tahun itu usia transisi, pergantian, ada perubahan besar untuk menjadi semakin benar atau semakin salah. Kondisi fisiknya relatif masih bagus-sehat namun tidak lagi sebagus-sesehat masa sebelumnya. Bila kehidupan kemarin masih berdasarkan fisik maka ke depan perlu dilengkapi dengan dasar yang lain: sosial, mental, dan spiritual. Sebab untuk sukses di masa berikutnya akan lebih berdasarkan pada keterampilan batin (olah-batin) selain perlu keterampilan fisik (olah-raga) dan keterampilan pikir (olah-pikir).
Sungguh seseorang tidak mungkin bisa menjadi orang lain, sehingga tidak perlu meniru-niru apalagi yang latah kekanak-kanakan. Seseorang hanya bisa sukses dengan menjadi dirinya sendiri. Untuk itu perlu orang itu menjalani proses hidup yang terfokus-berkelanjutan agar selalu menuju lebih baik, lebih benar dan lebih tepat. Proses perjalanan hidup memang boleh mulai dari hal yang salah namun kemudian berubah menjadi benar; itulah perbaikan, taubat atau berbenah diri. Perjalanan hidupnya tentu memberi pelajaran dan kesadaran akan kebenaran nilai: Siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan; siapa berjalan di jalannya tentu akan sampai; siapa menanam pasti akan memanen,dll.
Arah dan cara yang benar berdasarkan pengalaman hidup tampak semakin jelas. Namun mungkin masih muncul kenakalan yang menyalahi kebenaran itu sesekali, entah karena salah niat, kurang tekad, atau salah cara dan salah sikap. Itu hal yang manusiawi jika segera diikuti dengan perbaikan diri dan taubat. Maka, niat harus benar, cara juga benar.
Kita mengisi hidup ini dengan panggilan hidup kita masing-masing. Ada yang panggilan hidupnya menjadi pedagang, ada polisi, ada pendidik, ada wiraswasta, ada pengacara, ada pegawai, ada petani, ibu RT, perawat, tukang dll. Pendorongnya pun bisa karena kebutuhan anak, keperluan isteri/suami, kepentingan orang-tua, kebutuhan masyarakat, kepentingan teman ataupun guna mengaktualisasikan diri; selain juga mungkin gabungan beberapa di antaranya. Itulah yang menjadi keberadaan kita, kebermaknaan hidup kita; hidup memang pengabdian yakni hidup yang bersifat melayani.
Perbaikan hidup itu marilah kita mulai dari diri sendiri, dari hal yang kecil dan dari saat ini juga. Biasakanlah kebenaran dan bukan benarkan kebiasaan. Senangilah apa yang dilakukan; dan bukan lakukan apa yang disenangi. Hidupkanlah sugesti positif dan hilangkan sugesti negatif. Mari ikuti proses sesuai hukum alam (sunnatullah), turuti mana yang lebih benar, pikiran terbuka. Sekali hidup hendaklah berarti! Bismilah. Respons lebih jauh email ke: muhnas_pabelan@yahoo.co.id atau naspabelan@yahoo.com.
Bukalah kembali Alquran, cari surat al-Ahqaf yakni surah ke-46 pada ayat ke-15 tertera secara jelas tuntunan doa bila seseorang sampai di usia 40 tahun. Bacalah dengan hati, pahamilah isinya, rasakan cita-rasanya. Sungguh dengan didasari doa tulus,  harapan tercapainya akan lebih berpeluang daripada yang tanpa doa. Ok dan sampai bertemu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar