Jumat, 30 Desember 2011

Berani Berdoa


Hikmah:

Berani Berdoa
Oleh: Muhammad Nasiruddin

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tiada tanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati …dan berilah mereka rezeki berupa buah-buahan. Semoga mereka bersyukur (QS 14[Ibrahim]: 37)


Tidak saja benar tetapi sesungguhnya juga pemberani jika hidup di zaman yang sarat materi sekaligus materialisme seperti sekarang ini ada orang yang masih tetap berdoa. Artinya, orang tersebut masih memohon pertolongan Allah SWT guna mengatasi persoalan hidupnya ataupun dalam ikut mewujudkan harapan dan cita-citanya. Dikatakan pemberani karena nyatanya sikap itu bertentangan dengan pemahaman awam bahwa berdoa hanya membuang waktu dan energi. Sebab, konon lewat banyak usaha yang konkret duniawi sebuah harapan belum tentu bisa tercapai, mengapa dibuang pula waktu dan energi hanya untuk berdoa yang tidak jelas kepentingan dan juntrung-nya. Bukankah dengan berdoa berarti juga memercayakan –minimal sebagian—proses keberhasilannya kepada Tuhan Allah SWT?
Memohon pertolongan kepada Allah SWT sesungguhnya merupakan kelanjutan dan risiko saja dari proses peribadahan kita manusia sebagai hamba-Nya. Artinya, kosekuensi logis dari kita telah menyembah kepada-Nya adalah kita memohon pertolongan kepada-Nya juga (QS 1[al-Fatihah]: 4). Oleh karena itu jika kita telah mengaku dan melakukan penyembahan kepada Allah SWT tetapi ternyata tidak diikuti dengan permohonan pertolongan kepada-Nya maka berarti kita tidak konsekuen, kita hanya mengambil sebagian saja. Ibaratnya antara beribadah dengan memohon pertolongan ini adalah dua sisi dari sekeping mata-uang yang tidak terpisahkan.
Sesungguhnya kegiatan berdoa bukanlah sekadar berkomunikasi sehingga muncul perasaan dekat dan memohon pertolongan-Nya, melainkan juga merupakan penorehan kesan mendalam ke dalam jiwa kita sendiri. Apalagi jika secara sadar kita mengucapkan permohonan itu disertai dengan hati yang khusyu’, sikap yang tenang dan sopan serta yakin bahwa kelak akan dikabulkan oleh Allah ta’ala. Dengan demikian orientasi berdoa ini selain ada arah ke atas juga ada arah yang ke dalam, yakni bereratan dengan spiritualitas-mentalitas kita sendiri.
Biasanya kita pahami bahwa berdoa berarti memohon agar Allah SWT mendekatkan harapan ataupun cita-cita kepada kita, namun bisa pula kita pahami secara berbeda. Sebutlah bahwa berdoa itu berarti berharap agar Allah SWT memberikan sebab atau alasan yang mengarahkan kita bergerak mendekat kepada hukum alam (Sunnatullah) hingga mengantarkan kepada cita-cita. Bisa pula dengan berdoa itu kita berharap agar Allah SWT menggerakkan hati kita sehingga timbullah kemauan kuat untuk kemudian muncul usaha konkret menuju kepada tercapainya harapan dan keinginan. Pemahaman yang demikian itu tampak lebih masuk akal dan lebih nyata jika dikaitkan dengen kecenderungan hidup saat ini yang materialistis dan ilmiah. Dengan makna yang demikian itu maka kegiatan berdoa menjadi tampak penting serta bersifat menentukan dalam ikut mewujudkan keberhasilan hidup manusia.
Sesungguhnya tidak ada hal yang tabu untuk kita mohonkan pertolongan-Nya. Pada umumnya manusia mohon kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, namun bisa pula kita minta petunjuk-Nya dalam persoalan yang rinci seperti jodoh, profesi, rezeki, anak, tempat tinggal, banjir, musibah, dll. Terdapat bertaburan contoh doa di dalam kitab petunjuk hidup kita ummat Islam, al-Quran, yang pernah dilantunkan oleh para rasul-Nya untuk kepentingan kemanusiaan. Bahkan ada pula doa permohonan yang jika dipikirkan sesungguhnya seolah mustahil bisa terjadi; ataupun dikatakan sebagai terlalu ‘berani’-nya Nabi Ibrahim AS bermohon yang terjemahannya seperti pada pembuka tulisan ini. Bagaimana tidak berani jika pada situasi yang masih kering-kerontang di lembah padang pasir dekat Kabah saat itu Nabi Ibrahim memohon rezeki berupa buah-buahan? Kini berlimpahan aneka buah-buahan di Mekah. Subhanallah.
Namun demikianlah kekuatan sebuah doa, bisa tidak terduga hasilnya. Jika para rasul, manusia yang dipilih-Nya saja banyak berdoa memohon pertolongan-Nya, mengapa kita yang manusia biasa tidak mengikutinya? Apalagi Allah SWT juga berjanji akan mengabulkannya jika memang berdoa kepada-Nya (QS 40[al-Mukmin]: 60). Wallahu a’lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar